Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Realitas yang Sakral: Upacara Sedekah Gunung Merapi dalam Perspektif Mircea Eliade Muhammad Akbar; Naufal Ridhwan Aly
Kawalu: Journal of Local Culture Vol. 6 No. 2 (2019): July - December 2019
Publisher : Laboratorium Bantenologi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/kwl.v6i2.8390

Abstract

Upacara Sedekah Gunung Merapi is a form of ritual that still exists by residents of Lencoh Village, Selo District, Boyolali Regency. This ceremony is a ritual tradition that is held every year, to be precise at 1 Muharram to welcome the Islamic New Year. This paper seeks to elaborate Mircea Eliade's thoughts in the case of Upacara Sedekah Gunung Merapi, to be precise in Lencoh Village, Selo District, Boyolali Regency. This ceremony is a ritual held to give offerings to the spirits of deceased ancestors who when they were still alive were believed by the villagers to be the forerunners of the village founders. Also, this ceremony is an expression of gratitude addressed to God. The procession of Upacara Sedekah Gunung Merapi begins with an offering ceremony in the form of ndas kebo, tumpeng, and other uba rampe as a complement to the offerings. The offerings will be floated in the crater of Mount Merapi. Each of the offerings in this ceremony has its meaning for local. This research is expected to provide information about the meaning of Upacara Sedekah Gunung Merapi as well as to explore local wisdom studies in Indonesia using the perspective of Mircea Eliade's thinking.
Kekhasan penerapan konsep smart city pada wilayah kabupaten Muhammad Akbar; Achmad Djunaedi
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 19, No 1 (2024)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v19i1.71313

Abstract

Smart city pada kabupaten merupakan hasil adaptasi dari konsep smart city yang dibangun untuk kawasan perkotaan dengan mempertimbangkan karakteristik, potensi, dan kearifan lokal. Wilayah kabupaten dapat memiliki perbedaan karakteristik satu sama lain. Perbedaan tersebut membutuhkan generalisasi dan pendetailan penerapan konsep smart city pada karakteristik setiap kabupaten. Penelitian ini menggunakan pendekatan abduktif kualitatif dengan metode studi kasus untuk mengidentifikasi kekhasan penerapan konsep tersebut. Data diolah menggunakan analisis triangulasi dan komparasi terhadap penerapan konsep smart city antara Kabupaten Bantul sebagai studi kasus dengan penelitian sebelumnya yakni Kabupaten Kulon Progo dan Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap penerapan konsep smart city pada wilayah kabupaten. Namun demikian, perbedaan terletak pada obyek yang didukung program inovasi smart city. Kabupaten pesisir memungkinkan pengembangan branding pariwisata pantai serta sistem peringatan dini dan mitigasi bencana tsunami, kabupaten fokus pertanian memungkinkan pengembangan pertanian dan ekonomi lokal berbasis pertanian, kabupaten penyangga kota memiliki infrastruktur TIK jaringan internet dan telekomunikasi lebih memadai pada area aglomerasi perkotaan dibandingkan di luar area aglomerasi perkotaan, dan kabupaten administrasi khusus memungkinkan pengembangan program inovasi smart city didukung dana khusus.