Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Identitas Etnis Buton dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2018: Kemenangan Kubu Ali Mazi – Lukman Abunawas Di Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara La Ode Muhammad Adam Nur
Arus Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2: Agustus (2023)
Publisher : Arden Jaya Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57250/ajsh.v3i2.237

Abstract

Tujuan penelitian ini secara umum ialah untuk mengetahui identitas etnis Buton dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara tahun 2018 dimana secara khusus bertujuan untuk mengetahui upaya strategis kubu Ali Mazi – Lukman Abunawas dalam menarik simpati etnis Buton pada pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara tahun 2018 serta untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan etnis Buton menjatuhkan pilihannya kepada Ali Mazi – Lukman Abunawas dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara tahun 2018. Analisis data yang digunakan adalah deskripitif kualitatif yaitu menganalisa data dimana data-data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk uraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab dukungan etnis Buton kepada Ali Mazi dan Lukman Abunawas dipengaruhi oleh faktor sosiologis pemilih beretnis Buton sebagaimana dalam menjatuhkan pilihannya masyarakat di Sulawesi Tenggara yang beretnis Buton masih dipengaruhi oleh tradisi kesukuan dan faktor kesamaan etnis. Kemenangan Ali Mazi yang notabenenya adalah putra daerah Buton dipengaruhi oleh masyarakat etnis Buton cenderung memilih berdasarkan yang satu etnis ataupun semarga dengan mereka. Upaya strategis kubu Ali Mazi – Lukman Abunawas dalam menarik simpati etnis Buton pada Pilgub Sultra tahun 2018 yakni dengan penggunaan bahasa dan simbol etnik Buton pada masa kampanye. Bahasa turunan dari kelompok etnis Buton menjadi saluran komunikasi calon kepala daerah. Bahasa etnis menjadi instrumen dalam melakukan pendekatan secara emosional karena akan terasa adanya perasaan kekitaan antara kandidat dan masyarakat.
Penerapan Disiplin Kerja Aparatur Pemerintah pada Kantor Desa Ambake Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara Nonia Sakka Lebang; La Ode Muhammad Adam Nur
Arus Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2: Agustus (2023)
Publisher : Arden Jaya Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57250/ajsh.v3i2.240

Abstract

Aparatur pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya serta kewajiban sebagai pelayan masyarakat diatur dalam ketentuan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian, dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Proses pelaksanaan disiplin kerja aparatur pemerintah yang tertuang dalam ketentuan tersebut diatas mengandung arti bahwa seorang aparatur pemerintah mempunyai kewajiban dan larangan yang diembannya. Selain dari kewajiban dan larangan dalam menjalankan tugas kesehariannya untuk memberikan layanan prima kepada masyarakat, seorang PNS juga mempunyai hak-hak yang berupa penggajian dan promosi jabatan yang penilaiannya dilakukan berdasarkan tingkat disiplin dan kualitas kerja yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan disiplin kerja aparatur pemerintah di kantor Desa Ambake Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Pelaksanaan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup kantor Desa Ambake belum mencapai taraf optimal yang ditunjukkan oleh adanya kebiasaan masuk dan pulang kantor tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Selain itu, efektivitas pelaksanaan tugas-tugas administrasi pelayanan masyarakat membutuhkan motivasi yang kuat dari dalam diri masing-masing individu serta pengawasan yang rutin dari atasan mereka. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan disiplin kerja pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup kantor Desa Ambake adalah minimnya motivasi individu dalam bekerja dan pengaruh lingkungan kerja mereka berupa, proses pengawasan dan pemberian contoh perilaku disiplin atasan mereka yang masih rendah.