Subiyantoro Subiyantoro
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Struktur Bahasa Indonesia dalam Gaya Berkomunikasi: Kajian Berdasarkan Ancangan Retorika Tekstual dan Aspek Kebahasaan Karangan serta Implikasinya bagi Pembelajaran Menulis di SMA Sri Wahyuni; Ida Zulaeha; Subiyantoro Subiyantoro; Hari Bhakti
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang penelitian berkaitan dengan struktur bahasa siswa SMA dalam menulis karangan yang berhubungan dengan cara berkomunikasi. Kekacauan antara struktur bahasa dan cara berkomunikasi yang bersifat verbal itu dijumpai pada karangan siswa SMA. Ketika menulis sebuah karangan sering tidak memperhatikan struktur dalam gaya berkomunikasi. Mereka cenderung mengungkapkan gagasannya dengan bebas tanpa memperhatikan aspek kebahasan dalam sebuah karangan, terutama dalam bahasa tulis. Menurut Nababan (1992:156), bahasa dan nalar menyatakan bahwa struktur bahasa menentukan struktur logika pikiran. Menurut Sapir dan Whort (Sampson, 1980:10), dunia realita manusia itu ditentukan semata-mata oleh bahasa dalam menciptakan dunia realitas bagi manusia. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Ciri-ciri apakah yang menandai struktur bahasa pada bentuk ungkapan tulis Bahasa Indonesia Siswa SMAN 4 Semarang yang dikaji berdasarkan ancangan retorika tekstual dan aspek kebahasan karangan?(2) Prinsip retorika tekstual dari aspek kebahasaan karangan yang manakah yang mewarnai struktur bahasa pada bentuk ungkapan tulis Bahasa Indonesia siswa SMAN 4 Semarang? (3) Apa sajakah implikasi hasil penelitian ini bagi pembelajaran menulis pada siswa SMAN 4 Semarang yang merupakan reprensentasi bentuk ungkapan pikiran, persepsi, gagasan, dan perasaannya? Pembahasan karangan dalam ancangan retorika tekstual menganalisis karangan berdasarkan (1) prinsip prosesibilitas, (2) prinsip kejelasan, (3) prinsip ekonomi, dan (4) prinsip ekspresivitas. Pembahasan karangan dalam aspek kebahasaan menganalisis (1) struktur kalimat, (2) fungsi unsur awal kalimat, (3) ragam bahasa, (4) Ejaan, dan (5) diksi. Karangan siswa itu dihasilkan dengan menggunakan analisis ancangan retorika tekstual dan aspek kebahasaan digunakan untuk membekali siswa memiliki keterampilan menulis.
Hegemoni Sosial, Budaya, Dan Kekuasaan Wacana Sastra Buku Teks Bahasa Indonesia SMA Mafrukhi Mafrukhi; Rustono Rustono; Subiyantoro Subiyantoro; Muh. Doyin
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam praktiknya, penulis buku teks pelajaran melakukan hegemoni melalui wacana dalam buku teks pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Gramsci hegemoni adalah kondisi sosial dalam semua aspek kenyataan sosial yang didominasi atau disokong oleh kelas tertentu. Dalam pandangan Gramsci, hegemoni kekuasaan yang dijalankan oleh alat-alat negara dengan jitu dan jeli bisa membuat rakyat yang ada di dalam kuasanya menjadi tenteram, dan aman dalam penindasannya. Menurut Kristanto, hegemoni tidak tampil dalam wajah seram, tetapi halus memikat siapa saja yang ada di sekitarnya, bahkan akhirnya mereka takluk mutlak dalam tangan kekuasaan.Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut (1) bagaimanakah hegemoni sosial dalam wacana sastra buku teks pelajaran bahasa Indonesia SMA, (2) bagaimanakah hegemoni budaya dalam wacana sastra buku teks pelajaran bahasa Indonesia SMA, dan (3) bagaimanakah hegemoni kekuasaan dalam wacana sastra buku teks pelajaran bahasa Indonesia SMA? Sebagaimana pandangan Fairclough, wacana sastra dalam buku Bahasa Indonesia Kelas X, XI, dan XII dilihat sebagai praktik sosial. Ada hubungan dialektis antara praktik diskursif dengan identitas dan relasi sosial. Wacana sastra dalam penelitian ini dianalisis dalam tiga dimensi: teks, praktik wacana, dan praktik sosiokultural. Fairclough juga berpendapat bahwa wacana dibentuk oleh hubungan-hubungan kemampuan dan ditanamkan dengan ideologi, sehingga pembentukan wacana berada di ujung tanduk dalam perjuangan kekuasaan. Dengan menggunakan pandangan Fairclough, wacana sastra dalam buku Bahasa Indonesia X, XI, dan XII dapat diklasifikasikan ke dalam hegemoni sosial, budaya, dan kekuasaan. Pembahasan wacana sastra dalam hegemoni sosial menganalisis (a) wacana sebagai realisasi interaksi sosial, (b) wacana mengendalikan atau mengontrol perilaku dan kehidupan material, (c) wacana menciptakan dan menjaga batas-batas kuasa, status, dan peran kehidupan sosial. Pembahasan wacana sastra dalam hegemoni budaya menganalisis (a) makna diproduksi secara simbolik, (b) pengetahuan terikat pada nilai-nilai tertentu, (c) wacana budaya bersifat interdisipliner. Pembahasan wacana sastra dalam hegemoni kekuasaan menganalisis (a) kekuasaan mempengaruhi kehidupan manusia sehari-hari, dan (b) kekuasaan dipandang sebagai kekuatan koersif. Wacana sastra itu diproduksi dan ditafsirkan pembaca sebagai pembebasan hegemoni sosial, budaya, dan kekuasaan.