Bahtiar Bahtiar
Institut Agama Islam Negeri Palopo

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pelatihan Pembuatan Cendol Rumput Laut bagi Perempuan Penjemur Rumput Laut sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga di Palopo Muhammad Ashabul Kahfi; Subekti Masri; Bahtiar Bahtiar; Fitriani Jamaluddin; Muhktarram Ayyubi
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 No 3 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v7i3.13519

Abstract

Kehidupan masyarakat pesisir yang identik dengan lingkaran kemiskinan mendorong para perempuan pesisir di Palopo untuk terlibat menjadi penjemur rumput laut. Pendapatan mereka sebagai penjemur rumput laut tergolong masih rendah dikarenakan tidak adanya pengetahuan mengenai olahan rumput laut. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan untuk mengolah rumput laut menjadi produk makanan, sehingga nilai jual dari rumput laut bisa meningkat dan berkontribusi positif bagi kehidupan mereka. Kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan penyuluh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Palopo, Dinas Koperasi dan UKM Kota Palopo, BAZNAS Kota Palopo, dan KUA Wara Selatan.  Perempuan penjemur rumput laut yang tergabung dalam Kelompok Cahaya Katonik diajarkan tentang budidaya rumput laut yang baik dan benar, mulai dari cara memilih bibit, cara mengikat rumput laut yang efektif, cara menebar rumput laut yang telah diikat, hingga cara menjemur rumput laut yang bersih sehingga mampu menghasilkan rumput laut yang berkualitas tinggi. Selanjutnya, perempuan penjemur rumput laut juga diajarkan cara mengolah rumput laut yang sudah kering menjadi produk olahan makanan menjadi cendol rumput laut. Melalui pengolahan produk cendol rumput laut, perempuan penjemur rumput laut dapat mengurangi anggaran rumah tangga untuk cemilan anak, dan membuka usaha baru bagi mereka untuk meningkatkan pendapatan rumah tangganya.
Mabarazanji as a Mirror of Gender Relations in Multicultural Education of the Bugis Bone Community Syahrianti Syam; Rosniar Rosniar; Wandi Wandi; Arif Ridha; Bahtiar Bahtiar
QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama Vol. 16 No. 2 (2024): Qalamuna - Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Program Pascasarjana IAI Sunan Giri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/qalamuna.v16i2.6190

Abstract

This study aims to analyze how the practice of Mabarazanji in the Bugis Bone community reflects the division of gender roles influenced by local social and cultural constructions and examines it from an educational perspective. The research method used is a qualitative approach with the analysis of literature studies related to the practice of Mabarazanji, as well as the application of Talcott Parsons' social role theory to understand the social structure that affects gender roles in the practice. The results of the study showed that men in the practice of Mabarazanji often led and were directly involved in rituals as instrumental roles, while women were more often in supporting positions with logistical tasks as expressive roles. This reflects the division of gender roles that has been deeply rooted in the culture of the Bugis Bone community and serves to maintain stability and continuity of tradition. The conclusion of this study is that the practice of Mabarazanji not only functions as a religious ritual, but also serves as a means of reproduction of social values and the formation of individual identities based on gender roles in accordance with societal norms in the perspective of Islamic education, this is relevant because it shows how traditional and religious values can be combined in an effort to build individual character in accordance with the social and cultural goals of society. The educational implications of these findings show that education in the Bugis Bone community does not only focus on religious knowledge, but also on instilling social values that direct gender roles. However, this study also emphasizes the need for educational adaptation to achieve gender equality without sacrificing the integrity of local culture.