Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi model pendidikan inklusi di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Luqman Al-Hakim dan Assalaam melalui mata pelajaran pendidikan agama Islam. Metode pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa merupakan inti dari pendekatan tersebut. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran krusial dalam memastikan partisipasi siswa berkebutuhan khusus dalam pembelajaran. Penelitian ini berupaya mengisi kesenjangan informasi serta memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan inklusi pada konteks pengajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini mengusung pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan beberapa teknik seperti Interpretative Phenomenological Analysis (IPA), analisis interaktif, dan Cross Case Analysis. Triangulasi data dilakukan dalam tiga tahapan; sumber data, analisis, dan teori. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan pendekatan inklusi antara SDIT Luqman Al-Hakim yang memfokuskan pada penyesuaian pembelajaran individu dan SDIT Assalaam yang lebih menekankan inklusi sosial di kelas reguler. Namun, keduanya memiliki pendekatan serupa dalam pengembangan potensi siswa berkebutuhan khusus dengan perbedaan dalam penggunaan "shadow teacher" dan peran orang tua. Faktor pendukung inklusi meliputi fasilitas belajar, dukungan kepala sekolah, kebersamaan, kesetaraan, dan penerimaan siswa normal terhadap siswa berkebutuhan khusus. Namun, kendala terdapat pada keterbatasan guru PAI spesialis dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai