Pestisida dapat memberikan manfaat yang menguntungkan dan merugikan bagi manusia. Kebanyakan bahan aktif dalam pestisida tidak mempunyai toksisitas yang spesifik, sehingga bisa mempengaruhi organisme target ataupun non target. SGPT merupakan enzim yang keberadaan dan kadarnya dalam darah dijadikan penanda terjadinya gangguan fungsi hati. Enzim tersebut normalnya berada pada sel-sel hati. Kerusakan pada hati akan menyebabkan enzim-enzim hati lepas ke dalam aliran darah sehingga kadarnya dalam darah meningkat dan menandakan adanya gangguan fungsi hati. Hati merupakan salah satu organ target pestisida. Akumulasi penggunaan pestisida jika masuk kedalam hati tidak dapat diuraikan serta dieksresikan dan tersimpan dalam hati akan menyebabkan gangguan sel organel hati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar SGPT pada tikus yang terinhalasi pestisida. Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik, dengan menggunakan distribusi frekuensi. Sampel yang digunakan adalah darah tikus yang diinhalasi pestisida sebanyak 18 sampel dengan penambahan 2 sampel sebagai control negatif. Pemeriksaan SGPT dan Acethylcholinesterase menggunakan metode fotometer. Hasil penelitian, kadar SGPT dalam darah tikus didapatkan kadar tertinggi 262U/L, dan kadar terendah 1U/L dengan rata- rata 88,06U/L. Kadar Acethylcholinesterase dalam darah tikus didapatkan kadar tertinggi 922U/L dan kadar terendah 127U/L dengan rata-rata 4,482U/L. Berdasarkan hasil uji kolerasi person dengan hubungan Acethylcholinesterase dan SGPT diperoleh nilai signifikan P<0,000 (0,000 <0,05) besar kolerasi ini menunjukkan adanya hubungan antara Acethylcholinesterase dan SGPT.