Yogyakarta sebagai salah satu kota tujuan utama pariwisata di Indonesia memiliki peran yang besar dalam perkembangan perekonomian masyarakat Yogyakarta secara umum. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan pelaku pariwisata dengan segala aktivitasnya. Keberadaan beberapa kampung wisata di Kota Yogyakarta yang diusung dengan konsep gandeng gendong untuk saling mendukung dan mengisi satu kampung wisata dengan kampung wisata yang lain tampak efektif pada saat ini. Meningkatnya kegiatan kepariwisataan di kampung-kampung wisata tersebut memunculkan masalah yang dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Dampak nyata yang dapat dilihat secara langsung yaitu menumpuknya sampah. Pemerintah Kota Yogyakarta harus segera menemukan solusi untuk mengatasi pengumpulan sampah tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan green economy dalam konsep gandeng-gendong di Kampung Wisata Rejowinangun, Yogyakarta. Peneliti memperoleh data sampai ke tingkat klaster-klaster yang ada di Kampung Wisata Rejowinangun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengambilan sampel data menggunakan teknik snowball sampling. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan di Kampung Wisata Rejowinangun. Untuk memperoleh data yang valid, peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait yang menjadi mitra gandeng gendong dari Kampung Wisata Rejowinangun. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan analisis kualitatif model Miles dan Huberman. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara berkelanjutan sampai data jenuh, lalu dilakukan reduksi dan penyajian data. Kemudian data diverifikasi dan diambil kesimpulan. Temuan utama penelitian ini bahwa Kampung Wisata Rejowinangun sudah menerapkan green economy dengan konsep gandeng gendong walaupun belum menyeluruh. Sinergi antar-kampung wisata terdekat dengan Kampung Wisata Rejowinangun sudah berjalan baik. Peran pemerintah dalam menggandeng Kampung Wisata Rejowinangun untuk bekerja sama menerapkan green economy tidak dirasakan pengaruhnya yang signifikan. Kontribusi kampus dan korporat di Kampung Wisata Rejowinangun juga masih terbatas. Terakhir, komunitas yang ada di klaster- klaster Kampung Wisata Rejowinangun sudah mulai terbentuk kesadaran untuk menerapkan green economy. Penelitian ini memiliki keterbatasan waktu dan lingkup wilayah penelitian. Berbagai pihak perlu bersinergi supaya penerapan green economy dapat berjalan dengan optimal.