Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

RESPON TANAMAN BENGKUANG TERHADAP WAKTU PEMANGKASAN DAN PUPUK NPK PADA TANAH ALUVIAL Edo Abdari Pratama; Iwan Sasli; Wasian Wasian
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 3 (2023): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i3.3251

Abstract

increasing the growth and production of jicama plants on alluvial soil. The research was conducted in Pontianak City from July to November 2022. The research was conducted using a factorial complete randomized design. The first factor was pruning time (without pruning, 6, 7 and 8 WAP), the second factor was the dose of NPK fertilizer (200 kg ha-1, 300 kg ha-1 and 400 kg ha-1). The results showed that the interaction of pruning time and doses of NPK fertilizer only played a role in influencing the tuber harvest index. When pruning the jicama plants did not show any difference in tuber diameter, tuber weight and harvest index, however, the pruning played a role in increasing tuber yields. It was seen that the pruning was done to obtain the best tuber yield compared to no pruning on tuber diameter, tuber weight and harvest index. . The application of NPK fertilizer at different doses plays a role in increasing plant growth and jicama plants production with the doses needed to produce the best growth and tubers, namely as much as 400 kg ha-1. INTISARIPenelitian bertujuan untuk mengkaji peran waktu pemangkasan, dosis pupuk NPK serta interaksi keduanya dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bengkuang pada tanah aluvial. Penelitian dilaksanakan di Kota Pontianak pada bulan Juli - November 2022. Pelaksanaan penelitian disusun menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Faktor pertama waktu pemangkasan (tanpa pemangkasan, 6, 7, dan 8 MST), faktor kedua dosis pupuk NPK (200 kg/ha, 300 kg/ha dan 400 kg/ha). Hasil penelitian diperoleh interaksi dari perlakuan waktu pemangkasan dan dosis pupuk NPK hanya berperan dalam mempengaruhi indeks panen umbi. Waktu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman bengkuang tidak menunjukkan perbedaan pada diameter umbi, bobot umbi dan indeks panen namun pemangkasan yang dilakukan berperan dalam meningkatkan hasil umbi terlihat adanya pemangkasan yang dilakukan diperoleh hasil umbi yang terbaik dibandingkan tanpa pemangkasan pada diameter umbi, bobot umbi dan indeks panen. Pengaplikasian pupuk NPK pada dosis yang berbeda berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi umbi bengkuang dengan dosis yang diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan dan umbi terbaik yaitu sebanyak 400 kg/ha. 
STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN PANGAN LOKAL DI HUTAN ENGKANGINKECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK edo abdari pratama; Dr. SULVI PURWAYANTI, STP.MP Dr. SULVI PURWAYANTI, STP.MP; MUHAMMAD PRAMULYA, SP.,M.Si MUHAMMAD PRAMULYA, SP.,M.Si
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 5, No 3 (2016): Desember 2016
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v5i3.16943

Abstract

Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomis saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian sumber daya alam.Penelitian ini bersifat kualitatif, metode yang dilakukan dalam pengambilan data adalah metode survei eksploratif. Pengambilan data dan sampel, tumbuhan pangan dilakukan dengan cara menjelajah seluruh areal penelitian serta wawancara dengan menggunakan informan kunci. Hasil penelitian ini mendapatkan tumbuhan lokal sebanyak 87 spesies.Tumbuhan yang teridentifikasi sebanyak 82 spesies dari 42famili yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan.Tumbuhan lokal yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan adalah sayur 44,8%, buah 35,6%,  bahan bumbu 9,2%, legum 4,6% sedangkan jenis umbi 3,5% dan serelia2,3%. Tumbuhan pangan lokal yang berpotensi dikembangkan adalah ara, belimbing darah, jamur kerang, jentaan, gamang hantu, lemba, san-sangk, jamur mata pelanduk, pekawai, roak, rebung dan cempedak.