Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pelatihan Membuat Media Pembelajaran Dengan Aplikasi Ulead Video Studio 11 Bagi Guru SMP dan Mahasiswa Agus Susilo; Ratna Wulansari
Jurnal Pengabdian Masyarakat Madani Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Pengabdian Masyarakat Madani (JPMM)
Publisher : Sekolah Tinggi Ekonomi Bisnis Syariah Bina Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.188 KB) | DOI: 10.51805/jpmm.v1i2.23

Abstract

In this era of globalization, teachers and students must be accustomed to using or utilizing online and offline applications to support learning activities. In the implementation of this community service activity, the activity implementation team uses direct or face-to-face methods. So the activity participants directly listened to the presentation and practice for designing media with the Ulead Video Studio 11 application. This community service activity was carried out in a shophouse on Jalan Simpang Priuk, Lubuklinggau City for 2 days. The result of this community service activity is that during the activity, teachers and students who take part in the activity are guided by presenters who already have experience in using the Ulead Video Studio 11 application. In addition, participants have also brought their own equipment, in the form of laptops and data packages to find materials that will be used in training activities. The implementation of community service activities carried out for 2 days, including installing applications, introducing the use of Ulead Video Studio 11, and converting them into MP4 learning media. This activity ended with a photo with the presenters and participants in community service activities. The conclusion is that the training to make learning media using the Ulead Video Studio 11 application for junior high school teachers and students in Lubuklinggau City is very beneficial and provides experience for the participants of the activity. The participants who are teachers and students can apply it in activities related to learning. Besides being simple, the use of the Ulead Video Studio 11 application can be used offline without an internet network.
Kuliah Lapangan Sejarah sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau Agus Susilo; Ratna Wulansari
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v8i2.9369

Abstract

Pendidikan Sejarah adalah bagian dari pembelajaran menelaah masa lampau yang dikaji berdasarkan masa saat ini. Perguruan Tinggi memiliki program dalam pengembangan Pendidikan Sejarah pada mahasiswanya. Program Kuliah Lapangan Sejarah pada mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Lubuklinggau adalah sebuah program yang bersinergi dengan mata kuliah wajib mahasiswanya. Kuliah Lapangan Sejarah adalah bagian dari penguatan pendidikan karakter. Pendidikan karakter menjadi kajian dalam kurikulum 2013 yang mengedepankan sikap dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Mahasiswa yang mengunjungi situs-situs Sejarah diharapkan memperoleh pengetahuan dan wawasan langsung dari obyek yang dikunjunginya, serta mampu menyerap ilmu yang didapat dari studi lapangan tersebut. Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam peninggalan sejarah menjadi bahan renungan dan tindakan untuk terus mengembangkan dan memelihara peninggalan bersejarah yang bernilai tinggi. Hasil dari kunjungan Kuliah Lapangan Sejarah oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Lubuklinggau diharapkan pembelajaran sejarah di lapangan dapat membangkitkan semangat mahasiswa dalam belajar untuk lebih mengetahui sejarah yang lebih luas. Selain itu, mampu penyerapan pengetahuan terhadap peninggalan bersejarah membentuk karakter mahasiswa yang baik, yang berinovatif, pekerja keras, dan berwawasan global. Kata Kunci: Kuliah Lapangan Sejarah, Pendidikan Karakter
Perjanjian Linggarjati (Diplomasi dan Perjuangan Bangsa Indonesia Tahun 1946-1947) Agus Susilo; Ratna Wulansari
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v10i1.12683

Abstract

Abstrak: Perjanjian Linggarjati merupakan Perjanjian yang muncul setelah Belanda melakukan serangan pasca diumumkan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Belanda yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia berusaha untuk merebut dan menegakkan wilayah kekuasaan di Indonesia. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu untuk menguraikan Perjanjian Linggarjati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk perjuangan bangsa Indonesia melalui Perjanjian Linggarjati. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari tahapan heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwaalam perjanjian Linggarjati, wilayah Indonesia yang diakui oleh Belanda meliputi Jawa, Sumatera, dan Madura. Belanda juga membentuk negara boneka untuk mempersempit ruang gerak Republik Indonesia. Kesimpulannya, yaitu: Perjanjian Linggarjati membuat wilayah kekuasaan Republik Indonesia semakin sempit yang hanya sebatas Jawa, Sumatera, dan Madura. Untuk mempersempit ruang gerak Republik Indonesia, Belanda membentuk negara boneka. Perjanjian Linggarjati diakhiri dengan perjuangan bangsa Indonesian dalam merebut kemerdekaan secara de facto dan de jure atas seluruh wilayah Republik Indonesia yang dikuasai Belanda.Kata Kunci: Indonesia, Linggarjati, Perjanjian, Perjuangan Abstract: The Linggarjati Agreement is an agreement that emerged after the Dutch carried out the attack after the announcement of Indonesian independence on August 17, 1945. The Dutch, who did not recognize Indonesian independence, tried to seize and enforce the territory of Indonesia. The problem raised in this study is to describe the Linggadjati Agreement. The purpose of this study is to determine the form of the Indonesian nation's struggle through the Linggarjati Agreement. The research method used in this research is the historical method which consists of heuristic stages, source criticism, interpretation, and historiography. The results showed that in the Linggarjati agreement, the Indonesian territories recognized by the Dutch included Java, Sumatra and Madura. The Netherlands also formed a puppet state to narrow the space for the Republic of Indonesia to move. The conclusion, namely: The Linggarjati Agreement made the territory of the Republic of Indonesia narrower, which was only limited to Java, Sumatra and Madura. To narrow the space for the Republic of Indonesia, the Netherlands formed a puppet state. The Linggarjati Agreement ended with the Indonesian nation's struggle to seize independence de facto and de jure over the entire territory of the Republic of Indonesia controlled by the Dutch.Keywords: Indonesia, Linggarjati, Agreement, Struggle 
Eksistensi sebuah tradisi Tabut dalam Masyarakat Bengkulu Ratna Wulan Sari
Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 23 No. 1 (2019): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.276 KB) | DOI: 10.37108/tabuah.v23i1.214

Abstract

Artikel ini membahas tradisi Tabut di Bengkulu yang merupakan tradisi yang lahir dari peristiwa Karbala hingga saat ini budaya Tabut masih berlangsung dan mendispora, sampai saat ini tradisi ini masih eksis dizaman yang serba bisa ini. Tradisi ini untuk memperingati gugurnya Hasan Husen cucu Nabi Muhammad Saw dalam peperangan di padang Karbala pada tahun 61 Hijriah. Proses ritual dan sesaji serta adanya perlengkapan-perlengkapan music dan kelengkapan Tabut. Pelaksanaan ritual Tabut yaitu dai awal mengambik tanah, duduk penja, menjara, merandai, arak penja, arak sorban, gam, arak gendang dan Tabut terbuang. Pada acara Tabut yang sudah sudah menjadi agenda tahunan di Bengkulu dan menjadi festival budaya. Tradisi Tabut menjadi aset bagi Bengkulu sebagai daerah pariwisata yang menunjang kemajuan dibidang pariwisata dan mampu memperkenalkan kepada dunia internasional. Dalam bertahnnya tradisi Tabut ditunjang dari berbagai factor yang membuat Tabut bisa bertahan, diantaranya : keluraga Tabut, pemerintah, motif ekonomi, hiburan bagi masyarakat. Makna Tabut menghargai para leluhur, menyambut tahun baru Islam, mengenang kepahlawanan para pemimpin Islam dalam menegakkan kebenaran dari berbagai proses yang diawali dari ngambik tanah ampai Tabut terbuang yang dimaknai untuk menginggatkan kepada manusia bahwa tidak boleh sombong karena manusia semua berasal dari tanah dan akan kemali ketanah.
Analisis Nilai-Nilai Pada Tradisi Tabut Di Kota Bengkulu Ratna Wulan Sari; Agus Susilo
Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 2 No. 1 (2024): Januari : Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan
Publisher : CV. Aksara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59031/jkppk.v2i1.350

Abstract

This research aims to analyze the character values ​​in the Tabut ceremony tradition in Bengkulu City. The research method used is a descriptive method. Data collection techniques in this research used interview and documentation techniques. The data analysis technique used is the Miles and Huberman interactive data analysis model and interviews. The results of the research describe the values ​​contained in the Tabut tradition in Bengkulu which is oral literature which contains local wisdom values. The Tabut tradition is legendary, not only locally but internationally. The values ​​contained in the Tabut ceremony procession include community behavior such as mutual cooperation, concern for others, and mutual help. The religious value in the Ark procession contains the meaning that all humans are from the land and will return to the land and pray to Allah SWT. The values ​​and meanings contained in the Ark tradition continue to become oral literature that must be protected so that they are not lost and eroded by the progress of globalization. Today's young generation is more inclined towards increasingly sophisticated technological advances so that if the Ark tradition is not cultivated it will be neglected.
Peran Raden Fatah Dalam Islamisasi di Kesultanan Demak Tahun 1478–1518 Ratna Wulan Sari; Agus Susilo; Ratna Wulansari
Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam Vol 19 No 1 (2019): Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/tamaddun.v19i1.3401

Abstract

Introduction : This scientific article is an article that discusses the Role of Raden Fatah in Islamization in the Demak Sultanate in 1478-1518. The background of this article tells how Raden Fatah was the founder of the Demak Sultanate and the first Sultan of Demak since its founding in 1478 M. Raden Fatah was a descendant of King Brawijaya V who was the ruler of the last Majapahit Kingdom of a Chinese princess. But Raden Fatah's childhood in Palembang was raised by his mother and his stepfather Aryo Damar. Data Collection Method : In this research article, researchers used historical research methods. Historical research seeks to reveal historical facts in the past. Analysis Data : The steps of this historical research include heuristics, criticism (external criticism and internal criticism), source verification, and historiography. Results and Discussions : The results of this study were that in Islamizing Javanese land, especially Demak, Raden Fatah and the Walisongo built a Great Mosque of Demak. The aim is to bring Islam to the hearts of the people of Demak and its surroundings. Demak Sultanate is increasingly crowded with martyrdom from several regions in the archipelago and abroad because it has good ports and produce. The Demak Sultanate wanted to Islamize the entire land of Java. But the teachings of Islam still maintain tolerance in religion and daily life. Walisongo's role such as Sunan Kalijaga in Islamizing Javanese society through Wayang and Gamelan art was vital. Many Javanese people finally moved their hearts to embrace Islam. Conclusions : The conclusions of this historical research are in the Islamization of the Raden Fatah Javanese community assisted by the Walisongo by promoting the element of local wisdom. Raden Fatah also maintains relations with Prabu Brawijaya V at all times of his own father. Islam developed rapidly in Demak and was able to spread in several regions of the archipelago. Keywords: Raden Fatah, Islamization, Kingdom of Demak
Sejarah Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia Ratna Wulan Sari; Agus Agus Susilo; Ratna Wulansari
Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam Vol 20 No 2 (2020): Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/tamaddun.v20i2.6676

Abstract

Islam masuk ke nusantara dibawa oleh kaum pedagang asing yang berdagang sambil mengenalkan agama Islam. Untuk mempermudah dalam syiar Islam yang semakin banyak, para Walisongo dan ulama mendirikan Pesantren. Adanya media Pesantren ini, masyarakat nusantara dapat belajar agama Islam dengan leluasa. Seiring berjalannya waktu, kehadiran Pesantren semakin dirasakan oleh masyarakat nusantara, sehingga Pesantren selain mengajarkan ilmu agama juga membuka ilmu-ilmu umum sebagai bekal para santrinya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Dalam metode sejarah ini, peneliti menggunakan langkah-langkah seperti Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Untuk mengalisis data yang didapat tersebut, peneliti mengkaji sumber-sumber dari jurnal dan buku referensi terkait penelitian yang dilakukan di langkah-langkah metode sejarah tersebut. Hasil dan pembahasan meliputi: 1) Sejarah Perjalanan Pesantren di Indonesia, yaitu: Pesantren yang dirikan oleh para Walisongo sebagai misi penyebaran agama Islam, mendapat sambutan yang baik terhadap masyarakat nusantara. Pondok Pesantren sebagai tempat menimba ilmu agama, juga sebagai tempat menempa nilai dan norma manusia untuk menjadi akhlak yang terpuji. 2) Pengaruh-Pengaruh Pesantren dalam Pendidikan di Indonesia, yaitu: kehadiran Pondok Pesantren telah banyak memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia. Masyarakat yang belajar agama Islam yang biasa disebut santri dapat belajar membaca dan memahami Al-qur’am serta kehidupan Islam dari sang Kyai di Pondok Pesantren. Setelah kemajuan zaman, Pesantren juga membuka pendidikan umum yang berintegrasi dengan kurikulum pemerintah. Para santri selain mendapatkan ilmu agama juga dibekali ilmu pengetahuan umum yang siap menyambut perubahan zaman. Kesimpulannya adalah peran Pesantren dalam pendidikan Islam di Indonesia sangat besar pengaruhnya. Sistem pendidikan Pesantren mampu membentuk manusia Indonesia yang berakhlak berbudi luhur. Pesantren selain mendidik santri menjadi juru dakwah, juga mampu menciptakan dunia wirausahaan bagi para santri lulusan.
Learning Environment Analysis in Increasing the Learning Spirit of PGRI Silampari University Students Agus Susilo; Yohana Satinem; Ratna Wulan Sari; Krisna Tri Salsabilla
Journal of Insan Mulia Education Vol. 3 No. 1 (2025): Journal of Insan Mulia Education
Publisher : Yayasan Insan Mulia Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59923/joinme.v3i1.413

Abstract

This study examines the influence of the learning environment on student learning motivation at PGRI Silampari University, focusing on three dimensions: physical, social, and cultural aspects of the campus environment. The study was motivated by the phenomenon of declining learning motivation associated with an suboptimal learning environment. The objective of this research is to analyze the role of these three environmental aspects in promoting learning motivation. The method used is qualitative descriptive, with data collected through observation, in-depth interviews (with students and lecturers), and document analysis. Data were analyzed systematically through data reduction, information presentation, and verification using triangulation. The results of the study indicate that an adequate physical environment (such as comfortable classrooms, a well-equipped library, and green open spaces) enhances learning comfort. The social aspect, particularly harmonious relationships between lecturers and students as well as dynamic study groups, creates a conducive academic atmosphere. Meanwhile, a campus culture that encourages innovation and achievement through both academic and non-academic activities strengthens healthy competition. Based on these findings, the study recommends the balanced development of the three aspects of the learning environment to create an optimal educational environment for enhancing student motivation.