Hendro W, Nur Cahyo
Islamic Communication Journal

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENYIARAN WALISONGO TV Hendro W, Nur Cahyo
Islamic Communication Journal Vol 2, No 1 (2017): Edisi Januari-Juni
Publisher : Islamic Communication Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Television is the media most widely consumed by the people of the world and especially Indonesia, with conditions like this the influence of television to be very large on the mindset and patterns of public attitudes. Faculty of Dawah and Communications UIN Walisongo as an institution that is responsible for the success of Islamic propagation in Indonesia is very appropriate to use television as one of his dawah media. The  management  of  broadcast  television  is  classified  into modern management  because  all  activities in preparing  and  producing broadcast can not be separated from computer technology. computers have an enormous influence in speeding up a product, with collaboration between software will create new innovation results in broadcast television. The programs that  will be presented must be well managed, by conducting scheduling time management of the expected broadcast programs that will be served can be  anticipated  as  early  as possible.  The production process  of  television broadcasting must be done before the program is aired. Through the process of film editing in which there is a payload of information a television program can be produced. TV broadcasting program is integrated with Walisongo TV broadcast management information system software.------------------------------------------------------------------------------------Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat dunia dan khususnya Indonesia, dengan kondisi seperti ini pengaruh televisi menjadi sangat besar terhadap pola pikir maupun pola sikap masyarakat. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo sebagai sebuah institusi yang ikut bertanggung jawab atas berhasilnya dakwah Islam di Indonesia sangatlah tepat untuk menggunakan televisi sebagai salah satu media dakwahnya. Managemen siaran televisi digolongkan kedalam manajemen modern karena semua aktivitas dalam mempersiapkan dan memproduksi siaran tidak bisa lepas dari teknologi komputer. komputer mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mempercepat menghasilkan sebuah produk, dengan kolaborasi antar software akan tercipta hasil inovasi baru dalam siaran televisi. Program-program yang akan disajikan harus dikelola   dengan   baik,   dengan melakukan  managemen  penjadwalan  waktu siaran diharapkan program-program yang akan ditayangkan dapat diantisipasi sedini mungkin. Proses produksi siaran televisi harus dikerjakan sebelum program tersebut ditayangkan. Melalui proses editing film yang didalamnya terdapat muatan informasi sebuah program tayangan televisi dapat dihasilkan. Program siaran televisi tersebut diintegrasikan dengan software sistem informasi manajemen siaran Walisongo TV.
STRATEGI KOMUNIKASI HIJABERS SEMARANG DALAM MENSYIARKAN HIJAB PADA MUSLIMAH MUDA DI SEMARANG Baroroh, Ummul; Hendro W, Nur Cahyo; Ghoida, Nur Afifah
Islamic Communication Journal Vol 2, No 1 (2017): Edisi Januari-Juni
Publisher : Islamic Communication Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Communication  strategy Hijabers  Semarang  not  yet  fully  use  communication strategy, because it does not have a foundation that is structured in terms of media and audience selection and in the evaluation process. However, the process has changed the interest of young Muslim women to use hijab. In formulating a communication strategy, In the preparation of the message, Hijabers Semarang raised the theme that is currently actual among young muslimah, so this makes additional value for Hijabers Semarang among young women themselves. The method used by Hijabers Semarang in delivering hijab syiar to young Muslim women is by Redundancy method, by spreading the broadcast  repeatedly to be easily  remembered by  young  muslimah. Canalizing, by plunging directly into the field involving Semarang Hijabers members and committees, to be able to determine and identify similarities and differences so that Hijabers Semarang is easier to make adjustments with audiences. Used strategy persuasive, educative and informative. Hijabers Semarang take advantage of various social media such as facebook, twitter, instagram, and web blog.-------------------------------------------------------------------------------------Strategi komunikasi Hijabers Semarang belum seutuhnya menggunakan strategi komunikasi, karena tidak mempunyai landasan yang terstruktur dalam hal pemilihan media dan khalayak serta dalam proses evaluasi. Akan tetapi, proses yang terjadi telah berhasil mengubah minat muslimah muda untuk menggunakan hijab. Dalam menyusun strategi komunikasi, Hijabers Semarang mengenal khalayak dengan cara survei atau mendatangi langsung sasaran dan mengomunikasikan dengan pihak sasaran. Pada penyusunan pesan, Metode yang digunakan Hijabers Semarang dalam menyampaikan syiar hijab  pada  muslimah  muda  adalah  dengan  metode  Redundancy, dengan  menyebarkan broadcast  berulang-ulang  kali  agar  mudah  diingat  oleh  muslimah  muda.  Canalizing, dengan terjun langsung ke lapangan yang melibatkan anggota dan komite Hijabers Semarang, untuk dapat menentukan dan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan sehingga Hijabers Semarang lebih mudah melakukan penyesuaian dengan khalayak. Persuasif, pada kegiatan hijab and beauty class dan Gerakan Seribu Kerudung, khalayak dipengaruhi dengan jalan membujuk dan digugah baik pikiran maupun perasaan. Strategi yang  digunakan   bersifat   persuasive,   edukatif   dan   informative.  Hijabers Semarangmemanfaatkan berbagai media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan web blog.
REKONSTRUKSI CERITA MAHABHARATA DALAM DAKWAH WALISONGO Nariswari, Adisti Candra; Hendro W, Nur Cahyo
Islamic Communication Journal Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/icj.2016.1.1.1248

Abstract

The emergence of stories which had Islamic nuances in the puppet, known as  Walisongo’s creation. Walisongo with the intelligence to read the situation and conditions of society at that time, adopt and remodel stories in the puppet by inserting the teachings of Islam. One of the stories in the puppet is Mahabharata.Those changes used by Walisongo as media of dakwah, so that becomes the problem in this research is how the development of Mahabharata story   after Walisongo. The research had the purposes to know the development of Mahabharata story after Walisongo use it to propagate of Islam in Java, which has been inserted the teachings of Islam.This study is a qualitative research that focuses on the study of literature (library research) about the books Mahabharata, the Javanese culture (puppet), Walisongo, and dakwah. As well as data analysis in this research using descriptive analysis, an attempt to describe and analyze the development of Mahabharata after Walisongo and the continuer use it in the context of the spread of Islam in Java.The results showed that the development of Mahabharata story after Walisongo include: first, the Pandavas symbolized as pillars of Islam, in order to facilitate the public in the first time in knowing and understanding the five pillars of Islam. Second, the story polyandry character Draupadi in Mahabharata Hindu had changed by Walisongo into  monoandri,  because  Islam  prohibits  women  married  to  more than one males (polyandry). Third, the Heroine figure in the Hindu Mahabharata was transsexual then turned into a real woman, because in Islam are not allowed to violate their nature, are men who resemble women and women who resemble men. Fourth, the priest Drona good role models and wisely changed to a negative figure, interpreted as the views lowly clergy who abide the king. Fifth, Punakawan figure which is the native Java and then interpreted as a demonstration Walisongo or da’i. Sixth, comes pedigree Hindu god be the descendants of Prophet Adam to eliminate idolatry. Seventh, the emergence of new stories bouquet of the trustees containing the teachings of Islam, such as the story Dewaruci, amulets Kalimasada, mustaka Weni and Petruk Dadi Ratu.--------------------------------------------------------------------------Munculnya kisah-kisah dalam pewayangan yang bernuansa Islam diketahui merupakan karya Walisongo. Walisongo dengan kepandaian membaca situasi dan kondisi masyarakat waktu itu, mengadopsi dan merombak cerita-cerita dalam pewayangan dengan menyisipkan ajaran-ajaran Islam di dalamnya. Salah satu cerita dalam pewayangan yaitu cerita Mahabharata. Perubahan-perubahan tersebut merupakan pemanfaatan media dakwah oleh Walisongo, sehingga yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengembangan cerita Mahabharata setelah adanya Walisongo. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan cerita Mahabharata setelah digunakan Walisongo dalam rangka penyebaran ajaran Islam di Jawa yang telah disisipkan ajaran Islam.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang memfokuskan diri pada studi kepustakaan (library research) mengenai buku-buku Mahabharata, budaya Jawa (pewayangan), Walisongo, dan dakwah. Penelitian ini analisis data menggunakan analisis deskriptif, sebagai upaya untuk menguraikan dan menganalisis pengembangan cerita Mahabharata setelah digunakan Walisongo dan penerusnya dalam rangka penyebaran ajaran Islam di Jawa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan cerita Mahabharata setelah adanya Walisongo meliputi: pertama, Pandawa disimbolkan sebagai rukun Islam, agar memudahkan masyarakat pada waktu dulu dalam mengetahui dan memahami lima pilar agama Islam. Kedua, cerita poliandri tokoh Drupadi dalam cerita Mahabharata Hindu dirubah Walisongo menjadi monoandri, karena Islam melarang wanita menikah dengan lebih dari satu laki-laki (poliandri). Ketiga, tokoh Srikandi yang dalam Mahabharata Hindu merupakan waria kemudian berubah menjadi perempuan sejati, karena Islam tidak memperbolehkan menyalahi kodratnya, yaitu pria yang menyerupai perempuan dan perempuan  yang  menyerupai  pria.  Keempat,  pendeta  Drona  tokoh panutan yang baik dan bijaksana dirubah menjadi tokoh negatif, dimaknai sebagai pandangan hina rohaniawan yang tunduk kepada raja. Kelima, dimunculkannya tokoh Punakawan yang merupakan asli Jawa kemudian dimaknai sebagai peraga Walisongo atau da’i. Keenam, muncullah silsilah dewa Hindu yang menjadi keturunan dari Nabi Adam untuk menghilangkan kemusyrikan. Ketujuh, munculnya cerita- cerita baru karangan para wali yang mengandung ajaran-ajaran Islam, seperti cerita Dewaruci, Jimat Kalimasada, Mustaka Weni, dan Petruk Dadi Ratu.