Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid dalam Perspektif Dakwah Nabi saw. Nurjamilah, Cucu
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1701.941 KB) | DOI: 10.21580/jish.11.1375

Abstract

Da’wah of social empowerment is the real action in order to make the improvements. Historically, da’wah in the form of social empowerment based on mosque has been portrayed by the Prophet in the Nabawi Mosque Madinah. Muhammad saw. has successfully repaired and changed the conditions of the Medina people into a new powerfull society. Forms of empowerment included empowering spiritual aspect, social (of unity and equality), education, economics, politics and defense. The steps in empowerment, was to grow and to build the spiritual potential of Tawheed communities, providing access to (social institutions) building a mosque, made peace agreement with the various parties, established markets around the mosque, formed and trained defense forces, and togetherness.Dakwah pemberdayaan masyarakar merupakan gerakan dakwah yang bersifat tindakan nyata, guna mewujudkan perubahan. Secara historis, dakwah dalam bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis masjid telah diperankan oleh Rasulullah saw. di Masjid Nabawi Madinah. Nabi telah mampu memperbaiki dan mengubah kondisi masyarakat Madinah dan sekitarnya menjadi sebuah masyarakat baru yang maju dari semua sisi. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan meliputi pemberdayaan dalam aspek spiritual, aspek sosial (persatuan dan kesetaraan), pendidikan, ekonomi, politik dan pertahanan. Adapun langkah yang ditempuh dalam melakukan pemberdayaan, adalah menumbuhkan dan mem­bangun potensi spiritual Tauhid masyarakat, menyediakan akses (pra­nata sosial) dengan: membangun masjid, membuat perjanjian damai dengan berbagai pihak, mendirikan pasar di sekitar masjid, membentuk dan melatih pasukan pertahanan, dan kebersamaan.
Gender Equality in Mosque Management: Women's Involvement in Masjid Raya Mujahidin Pontianak Nurjamilah, Cucu
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 25, No 1 (2017)
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.25.1.1336

Abstract

In the context of da’wah management, the functions of the mosque are not optimal yet. The activities of the masjid are only focused on the center of worship, religious activities, but have not touched the equality yet. In order to answer the problems above, the researcher used fieldwork with the method of case studies. Through an in-depth interview technique, participant observation and study of documentation found that Masjid Mujahidin Pontianak has involved women in the management of masjid, and succeeded in increasing the functions of a mosque. Involving women in the management of mosque will strengthen one dimension that is important in Islam that is Islam seriously upholds the equality of degree in various aspect, including Islam is a religion that highly responsive gender. When the management of mosque is filled with a variety of different groups, including giving places to women, then frictions and clashes caused by differences in the understanding in the society will be minimized, and then the role and function of masjid will be able to touch various aspects such as economics, health, and education. Dalam konteks pengelolaan dakwah, fungsi masjid sebagai media dakwah belum diberdayakan secara optimal. Kegiatan masjid yang ada hanya digunakan sebagai pusat ibadah dan aktivitas keagamaan, selebihnya belum menyentuh pada persoalan gender. Guna menjawab permasalahan di atas, dilakukan studi lapangan dengan metode studi kasus. Melalui teknik wawancara mendalam, observasi partisipan dan dokumentasi, ditemukan bahwa Masjid Raya Mujahidin Pontianak telah melibatkan perempuan dalam kepengurusan masjidnya, dan berhasil dalam peningkatan fungsi masjid. Melibatkan perempuan dalam pengelolaan masjid, akan menguatkan satu dimensi penting dalam Islam yaitu Islam menjunjung tinggi persamaan derajat dalam berbagai segi, termasuk Islam adalah agama yang responsif gender. Ketika kepengurusan masjid diisi dari berbagai golongan, termasuk mengapresiasi kaum perempuan, maka gesekan-gesekan yang disebabkan perbedaan pemahaman di masyarakat akan dapat diminimalisir, serta fungsi dan peran masjid akan mampu menyentuh berbagai aspek seperti bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.