Lauti Dwita Santy
Pusat Survei Geologi

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Endapan Kipas Bawah Laut Kapur Akhir di Kalimantan Lauti Dwita Santy; Rachmat Heryanto Sutjipto
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 16 No. 4 (2015): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v16i4.32

Abstract

Endapan kipas bawah laut berumur Kapur Akhir di Kalimantan, terdapat di dua tempat. Pertama di Tinggian Semitau Kalimantan Barat sebagai Formasi Selangkai dan Konglomerat Belikai. Kedua di Tinggian Meratus Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai batuan sedimen Kelompok Pitap. Formasi Selangkai merupakan endapan turbidit jauhan (distal) dan Konglomerat Belakai merupakan endapan aliran gravitasi. Kelompok Pitap di Tinggian Meratus terdiri atas Formasi Pudak, Manunggul, dan Keramaian. Formasi Pudak tersusun oleh batuan sedimen klastika kasar (> pebble), merupakan endapan aliran gravitasi.  Formasi Manunggul tersusun oleh batupasir dan konglomerat yang merupakan endapan saluran. Formasi Keramaian tersusun oleh sedimen klastika halus yang merupakan endapan turbidit jauhan. Batuan sedimen kedua kelompok tersebut termasuk ke dalam endapan kipas bawah laut, dimana Formasi Selangkai serta Formasi Keramaian merupakan kipas bagian bawah (lower fan), Formasi Manunggul merupakan kipas bagian tengah (middle fan), dan Konglomerat Belikai serta Formasi Pudak merupakan kipas bagian atas (upper fan). Pengendapan batuan sedimen Kelompok Pitap, diawali oleh adanya tranportasi masa sebelum pengendapan dan pada waktu pengendapan, dan dicirikan oleh adanya endapapan slumping yang menunjukan terjadinya di daerah tidak stabil.  Sedangkan Formasi Selangkai dan Konglomerat Belikai diawali dengan turbidit dasar cekungan berupa laminasi halus, dan dicirikan oleh tidak adanya endapan slumping yang menunjukan bahwa pengendapannya terjadi di daerah yang stabil.
DIAGENESIS BATUPASIR EOSEN DI CEKUNGAN KETUNGAU DAN MELAWI, KALIMANTAN BARAT Lauti Dwita Santy
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 15 No. 3 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v15i3.52

Abstract

Cekungan Tersier Ketungau dan Melawi terletak di Kalimantan Barat. Keduanya terpisahkan oleh Tinggian Semitau yang tersusun oleh batuan pra-Tersier. Batuan sedimen berumur Eosen di daerah ini adalah Formasi Kantu, Tutoop, dan Ketungau di Cekungan Ketungau, kemudian Formasi Ingar, Dangkan, dan Silat di Cekungan Melawi, serta Formasi Haloq di Tinggian Semitau. Hasil analisis petrografi dan scanning electron microskop (SEM), menunjukan bahwa tingkat diagenesis batupasir dari Formasi Ingar, Dangkan dan Silat termasuk tingkat mesogenetik matang B, dengan kedalaman timbunan 2700 – 4000m. Sedangkan batupasir dari Formasi Kantu, Tutoop, dan Ketungau di Cekungan Ketungau, termasuk ke dalam tingkat mesogenetik matang A dengan kedalaman timbunan 2000-2700m. Adapun Formasi Haloq di Tinggian Semitau dapat di klasifikasikan ke dalam mesogenetik agak matang (semimature), dengan kedalaman timbunan 1500-2000m. Perbedaan tersebut dikarenakan batupasir Kantu, Tutoop, Ketungau, dan Formasi Haloq pada kala Oligosen telah mengalami pengangkatan, sehingga formasi tersebut tidak ditindih oleh batuan sedimen Oligosen.  Sedangkan dalam umur yang sama selama Oligosen Formasi Ingar, Dangkan, dan Silat ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Payak, Tebidah dan Sekayam dengan ketebalan total sekitar 3000 m.Kata Kunci : Batupasir, Melawi, Ketungau, diagenesis dan Eosen.
SEJARAH PENIMBUNAN CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP WAKTU GENERASI HIDROKARBON Hermes Panggabean; Lauti Dwita Santy
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22 No. 4 (2012): Jurnal Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v22i4.122

Abstract

South Sumatra Basin is divided into four subbasins, that are Jambi Subbasin, Central Palembang Subbasin, North Palembang Subbasin, and South Palembang Subbasin. Clastic and carbonate sediments had filled the South Sumatra Basin during Eocene up to Quaternary times by various thickness of all rock units in each subbasin ranging from 2100 m to 3500 m. Those four subbasins have shown almost different maximum deep of burial history, that was started from 2900 m up to 5200 m. From burial of maximum depth by over 2000 m, several rock outcrop samples of the Talangakar Formation have evidently compacted, and grain particles as well as minerals of matrix have been proccessed by diagenesis realm. The lowest depth oil generation of the Lahat Formation is 1560 m in the Central Palembang Subbasin, while the deepest in the Talangakar Formation is 2700 in Jambi Subbasin and 2800 m in the South Palembang Subbasin. The timing of hydrocarbon generation has occurred between 20.6 mya (Early Miocene) and 3.38 mya (Late Pliocene). By studying detailed characters of sedimentary rocks filling each subbasin, thus the time of hydrocarbon generation can be known.Keyword : South Sumatra basin, burial history, hydrocarbon generation, Lahat Formation, and Talangakar Formation