p-Index From 2020 - 2025
0.702
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Wana Raksa
Toto Supartono
Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STRUKTUR POPULASI MONYET EKOR PANJANG (MACACA FASCICULARIS) DI HABITAT TERISOLASI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Musthafa Fajrin; Toto Supartono; Yayan Hendrayana
Wanaraksa Vol 16, No 02 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v16i02.9020

Abstract

This research was conducted in Cibeureum Block, which is one of the isolated habitats in Mount Ciremai National Park, West Java Province with an area of 10.42 Ha. The data collection method used in this research is the method of concentration count. Based on observations in the field, it is known that the number of groups found is 3 groups with a total population of 197 individuals, with an average individual per group of 65.67 individuals/groups. The group density value of long-tailed monkeys in Cibeureum Block is 0.29 groups/ha, while the population density value is 18.9 individuals/ha. The results of the analysis obtained are long-tailed monkeys in Cibeureum Block, Gunung Ciremai National Park, consisting of an age structure, namely 7% infant, 45% child, 27% juvenile and 21% adult with the number of each age class as follows: 14 babies. children as many as 89 individuals, adolescents as many as 53 individuals, and adults as many as 41 individuals. And for the comparison between males and females it is known from the overall sex ratio value, namely 1: 1.35. The crude birth rate was 0.26, and the crude death rate was not found in this study.Penelitian ini dilakukan di Blok Cibeureum yang merupakan salah satu habitat terisolir di Taman Nasional Gunung Ciremai Provinsi Jawa Barat dengan luas 10,42 Ha. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penghitungan konsentrasi. Berdasarkan observasi di lapangan diketahui jumlah kelompok yang ditemukan sebanyak 3 kelompok dengan jumlah populasi 197 individu, dengan rata-rata individu per kelompok sebanyak 65,67 individu/kelompok. Nilai kepadatan kelompok kera ekor panjang di Blok Cibeureum sebesar 0,29 kelompok/ha, sedangkan nilai kepadatan populasi sebesar 18,9 individu/ha. Hasil analisis yang diperoleh adalah monyet ekor panjang di Blok Cibeureum Taman Nasional Gunung Ciremai terdiri dari struktur umur yaitu 7% bayi, 45% anak-anak, 27% remaja dan 21% dewasa dengan jumlah masing-masing kelas umur sebagai berikut: 14 bayi. anak-anak sebanyak 89 orang, remaja sebanyak 53 orang, dan dewasa sebanyak 41 orang. Dan untuk perbandingan antara laki-laki dan perempuan diketahui dari nilai sex ratio secara keseluruhan yaitu 1 : 1,35. Angka kelahiran kasar sebesar 0,26, dan angka kematian kasar tidak ditemukan pada penelitian ini.
ESTIMASI POPULASI MACAN DAHAN SUNDA (Neofelis diardi) DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN Dedi Suryadi; Toto Supartono; Iing Nasihin
Wanaraksa Vol 16, No 01 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v16i01.9013

Abstract

Sumatra’s deforestation in the last few decades give a serious threat to wildlife, especially species that rely heavily on large landscapes of primary forest. Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP) is one of the last bastions of wildlife that must be protected. To date, BBSNP has 3 important species as mainly focused, the Sumatran tiger, Sumatran elephants and Sumatran rhinos. But on the other side, several species also need attention, that is the vulnerable medium-size cat Sunda Clouded Leopard. Here we present the first density estimates for the Sunda clouded leopard in BBSNP using data from tiger camera trap surveys. This research was conducted in three survey periods, Intensive Protection Zone (IPZ) BBSNP 2015 (63 camera stations), North BBSNP 2018 (61 camera stations) and IPZ BBSNP 2019 (65 camera stations). Because the clouded leopard has a distinctive skin pattern on each individual, the estimation method used was SECR (Spatially Explicit Capture-Recapture) which is commonly applied for tigers. Because of its semi-arboreal nature, in this study, the measurement of the canopy opening at each camera station was also carried out to determine whether it affects the probability of detection. The result showed that Sunda clouded leopard density in IPZ BBSNP 2015 was 1.2 (95% CI = 0.56-2.55) ind/100 km2, in North BBSNP 2018 was 0.86 (95% CI = 0.42-1.76) ind/100 km2 and in IPZ BBSNP 2019 was 1.06 (95% CI = 0.49 -2.26) ind/100 km2. The measurement results of the canopy opening showed that almost all locations were in a very tight cover so that analysis could not be carried out to determine the effect on the probability of detectionDeforestasi di Sumatera dalam beberapa dekade terakhir memberikan ancaman serius terhadap satwa liar, terutama spesies yang sangat bergantung pada bentang alam hutan primer yang luas. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan salah satu benteng terakhir satwa liar yang wajib dilindungi. Hingga saat ini, TNBBS mempunyai 3 spesies penting yang menjadi fokus utama, yaitu harimau sumatera, gajah sumatera, dan badak sumatera. Namun di sisi lain, beberapa spesies juga perlu mendapat perhatian, salah satunya adalah kucing berukuran sedang yang rentan, Macan Dahan Sunda. Di sini kami menyajikan perkiraan kepadatan pertama macan dahan Sunda di TNBBS dengan menggunakan data dari survei kamera jebakan harimau. Penelitian ini dilakukan pada tiga periode survei, yaitu Zona Perlindungan Intensif (IPZ) TNBBS 2015 (63 stasiun kamera), TNBBS Utara 2018 (61 stasiun kamera) dan IPZ TNBBS 2019 (65 stasiun kamera). Karena macan dahan mempunyai pola kulit yang khas pada setiap individunya, maka metode estimasi yang digunakan adalah SECR (Spatially Explicit Capture-Recapture) yang umum diterapkan pada harimau. Karena sifatnya yang semi arboreal, maka dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran bukaan kanopi pada setiap stasiun kamera untuk mengetahui apakah berpengaruh terhadap kemungkinan deteksi. Hasil penelitian menunjukkan kepadatan macan dahan Sunda di IPZ TNBBS tahun 2015 sebesar 1,2 (95% CI = 0,56-2,55) ind/100 km2, di TNBBS Utara tahun 2018 sebesar 0,86 (95% CI = 0,42-1,76) ind/100 km2 dan di IPZ TNBBS tahun 2019 sebesar 1,06 (95% CI = 0,49 -2,26) ind/100 km2. Hasil pengukuran bukaan kanopi menunjukkan hampir seluruh lokasi berada pada tutupan yang sangat rapat sehingga tidak dapat dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap probabilitas deteksi
PENGGUNAAN KONEKTIVITAS BUATAN OLEH KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus) PADA AREAL TALUN KABUPATEN GARUT Hilman Fauzi; Agus Yadi Ismail; Toto Supartono
Wanaraksa Vol 16, No 01 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v16i01.9014

Abstract

 Javan Slow loris (Nycticebus javanicus) is a critically endangered species caused by several factors, one of them is forest loss and sustainable habitat degradation that cause reduced the habitat of Javan slow loris. In the Agroforestry area Cipaganti Garut West Java, artificial connectivity was made by the Little Fireface Project as a solution to reduce the death threat of Javan slow loris and they can reach their home range without using terrestrial activity. This research aimed to determine the preferences of Javan slow loris to the use of 5 artificial connectivity. The data in this research were collected using camera trap which installed in each artificial connectivity and analyzed using encounter rate (ER) and Neu method to determine the encounter rate of the Javan slow loris in each artificial connectivity and vegetation analysis to determine availability of forage plant in each artificial connectivity. The Javan Slow Loris dominantly found in waterline artificial connectivity with encounter rate (ER: 3,77 pictures/day) and analyzed with Neu methods. The result is Javan slow loris prefers using the artificial connectivity (waterline) type (w1). Availability of forage plant with highest amount found on bridge 4 (waterline) with total 113 individuals from 4 speciesKukang (Nycticebus javanicus) merupakan spesies yang terancam punah yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah hilangnya hutan dan degradasi habitat berkelanjutan yang menyebabkan berkurangnya habitat kukang. Di kawasan Agroforestri Cipaganti Garut Jawa Barat, konektivitas buatan dibuat oleh Little Fireface Project sebagai solusi untuk mengurangi ancaman kematian kukang dan mereka dapat mencapai wilayah jelajahnya tanpa menggunakan aktivitas terestrial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi kukang terhadap penggunaan 5 konektivitas buatan. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kamera trap yang dipasang pada setiap konektivitas buatan dan dianalisis menggunakan metode Face Rate (ER) dan Neu untuk mengetahui tingkat perjumpaan kukang pada setiap konektivitas buatan dan analisis vegetasi untuk mengetahui ketersediaan tanaman hijau. di setiap konektivitas buatan. Kukang dominan ditemukan di perairan buatan dengan tingkat perjumpaan (ER: 3,77 gambar/hari) dan dianalisis dengan metode Neu. Hasilnya kukang lebih memilih menggunakan tipe konektivitas buatan (garis udara) (w1). Ketersediaan tanaman hijauan dengan jumlah tertinggi terdapat pada jembatan 4 (garis air) dengan jumlah 113 individu dari 4 spesies
KEBERADAAN AMFIBI ORDO ANURA DI BLOK GUNUNG PUTRI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Elditama Rezky; Iing Nasihin; Yayan Hendrayana; Toto Supartono; Ilham Adhya
Wanaraksa Vol 16, No 02 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v16i02.9056

Abstract

The research seeks to determine the habitat conditions, characteristics, and diversity of amphibians of the order Anura. The method used in this research is a combination of Line Transect and Visual Encounter Survey (VES). Based on observations using a combination of the Line Transect method and the Visual Encounter Survey method, the number of amphibians species found was 8 species from 5 families including 1 type of family Bufonidae, 2 types of family Dicroglossidae, 1 type of family Megophrydae, 2 types of family Ranidae, and 2 species of family Rhacophoridae. The index of amphibian species diversity in the mount Putri river flow of Mount Ciremai National Park (H') which was obtained at the research location of the Mount Putri Ciinjuk river flow was 1.60. The value of the Eveness index of amphibians that obtained in the Mount Putri river flow was E = 0.77 and The value of the wealth index obtained is R = 1.48 then the temperature and humidity ranges from 19.3 – 20.0°C and 90.5% – 98.4%, with water pH value 6 – 7. The flow of the Mount Putri Ciinjuk river is a balanced habitat for amphibian life where the flow is formed from two steep Mount Ciremai slopes with moist litter conditions and dense canopy cover.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi habitat, karakteristik, dan keanekaragaman amfibi ordo Anura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi Line Transect dan Visual Encounter Survey (VES). Berdasarkan pengamatan menggunakan kombinasi metode Line Transect dan metode Visual Encounter Survey, jumlah jenis amfibi yang ditemukan adalah 8 jenis dari 5 famili diantaranya 1 jenis famili Bufonidae, 2 jenis famili Dicroglossidae, 1 jenis famili Megophrydae, 2 jenis famili Ranidae, dan 2 jenis famili Rhacophoridae. Indeks keanekaragaman jenis amfibi di aliran sungai Gunung Putri Taman Nasional Gunung Ciremai (H') yang diperoleh di lokasi penelitian aliran sungai Gunung Putri Ciinjuk adalah sebesar 1,60. Nilai indeks kemerataan amfibi yang diperoleh di aliran sungai Gunung Putri adalah E = 0,77 dan Nilai indeks kekayaan yang diperoleh adalah R = 1,48 kemudian suhu dan kelembaban berkisar antara 19,3 – 20,0°C dan 90,5% – 98,4% , dengan nilai pH air 6 – 7. Aliran sungai Gunung Putri Ciinjuk merupakan habitat yang seimbang bagi kehidupan amfibi dimana aliran tersebut terbentuk dari dua lereng Gunung Ciremai yang terjal dengan kondisi serasah yang lembab dan tutupan tajuk yang rapat.