Ismail Kalaati
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Tingkat Erodibilitas Tanah Pada Beberapa Tingkat Kemiringan Lahan Di Desa Labuan Toposo Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala Ismail Kalaati; Ramlan Ramlan; Abd. Rahman
AGROTEKBIS : JURNAL ILMU PERTANIAN (e-journal) Vol 7 No 2 (2019): April
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kepekaan Erodibilitas tanah pada beberapa kelas kemiringan lahan di Desa Labuan Toposo Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan data-data yang dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengelolaan yang diperuntukan untuk memperoleh hasil pertanian yang optimal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai bulan Desember 2016 bertempat di Desa Labuan Toposo, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, dan analisis sampel tanah dilakukan di Laboratium Ilmu tanah Fakultas pertanian Universitas Tadulako. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Dengan melakukan survei langsung di lapangan. Unit lahan ditentukan dari hasil overlay dari dua peta yaitu peta kemiringan lereng dan penggunaan lahan yang dihasilkan satuan unit lahan yang kemudian ditentukan titik pengambilan sampel purposive sampling. Purposive sampling yaitu titik sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan Tingkat erodibilitas tanah yang tertinggi yaitu pada Lahan Kakao 5 dengan kemiringan 8-15% sebesar 0,61 tergolong dalam tingkat erodibilitas sangat tinggi sedangkan yang terendah pada Lahan Kakao 9 dengan kemiringan 15-25% sebesar 0,32 ton/ha/tahun tergolong dalam tingkat erodibilitas sedang. Salah satu faktor penyebab tingginya erodibilitas tanah pada lahan perkebunan kakao dengan kemiringan 8-15% karena kurangnya kandungan bahan organik yang terdapat pada areal perkebunan kakao.