Ilham Anggar Pratomo
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Konstruksi Multikulturalisme dalam Kerukunan Beragama di Masyarakat Islam Pribumi dan Tionghoa (Studi Kasus : Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang) Alfin Widianto Pratama; Ilham Anggar Pratomo; Mas Rafi Tama Chesar
Journal of Citizenship Volume 2 Issue 1, 2023
Publisher : HK-Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37950/joc.v2i1.366

Abstract

Abstract:This paper attempts to understand a form of multiculturalism that occurs in the Benteng Chinese Community, to be precise around the Cisadane riverbank, Tangerang City. One form of multiculture that is built between Chinese or ethnic Chinese who assimilate or acculturate with various kinds of culture that exist in the natives. As a minority group, the Chinese fortifications move to build relationships with other religions so that a good mix of cultures can occur so as to build harmony, especially in religious life. While there are many Confucians and Taoists, most of the Benteng Chinese people themselves adhere to an Open Minded mindset as they help, live solely as a form of God's creation so that there is no discrimination between religions, ethnicities and cultures. others, so that this provides space for the Chinese people of the fortress to continue to grow, creating a life that is full of cultural diversity and can create a balance in it. As for this study, the researcher used a qualitative analysis method with a descriptive approach, so that the researcher tried to understand more deeply of these factors and analyzed them, and the data collection by the researcher used literature studies obtained from various sources such as books, journal articles, and websites that credible. that with this the Benteng Chinese Community is a form of genuine multiculturalism which is formed from religious and cultural elements that exist in the City of Tangerang, thus making the diversity contained in the ideals of the Indonesian nation being rich in diversity.Keywords: Religious Harmony, Fortress Chinese Society, Multiculturalism AbstrakTulisan ini mencoba untuk memahami suatu bentuk multikulturalisme yang terjadi di Masyarakat Cina Benteng tepatnya disekitaran pinggiran sungai cisadane, Kota Tangerang.  Salah satu bentuk multukultur yang terbangun antara etnis China atau Tionghoa yang berasimilasi atau berakulturasi dengan berbagaimana macam kebudayaan yang ada di pribumi. Sebagai kelompok yang minoritas, cina benteng bergerak untuk membangun relasi hubungan dengan agama lain sehingga dapat terjadinya pencampuran kebudayaan yang baik sehingga dapat membangun kerukunan terutama didalam berkehidupan beragama. Adapun ada banyak dari yang beragama konghocu dan Taoisme, akan tetapi kebanyakan dari masyarakat Cina Benteng itu sendiri menganut suatu pemikiran yang Open Minded sebagaimana mereka membantu, berkehidupan semata-mata sebagai wujud dari ciptaan tuhan sehingga tidak adanya membeda-bedakan antar agama, etnis dan kebudayan lainnya sehingga dengan ini memberikan ruang bagi masyarakat cina benteng untuk terus tumbuh menciptakan kehidupan yang penuh kemajemukan kebudayaan dan dapat menciptakan keseimbangan didalamnya. Adapun pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metode analisis kualitatif dengan pendekatan deskriptif, sehingga peneliti mencoba untuk memahami lebih dalam dari factor tersebut dan menganalisanya, dan adapun pengumpulan data oleh peneliti mengunakan studi litelatur yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal artikel, dan website yang kredibel. Dengan ini dikatakan Masyarakat Cina Benteng adalah salah satu bentuk dari multikulturaslime yang terbentuk dari unsur keagamaan dan kebudayaan yang ada di Kota Tangerang, sehingga menjadikan kebhinekaan yang tercantum didalam cita-cita bangsa Indonesia yang kaya akan keberagaman.Kata kunci: Kerukunan beragama, Masyarakat Cina Benteng, Multikulturalisme