Ida Ayu Gede Artayani
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kerajinan Gerabah Desa Pejaten: Adaptabilitas Perajin Tradisi di Era Globalisasi Ida Ayu Gede Artayani
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 01 (2021): Hastagina: Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i01.72

Abstract

Artikel ini mengkritisi fenomena yang berkembang pada kerajinan gerabah di Desa Pejaten pada era global. Perkembangan kerajinan gerabah menghadapi tantangan besar bersaing dengan produk modern. Menghadapi fenomena yang demikian perajin Desa Pejaten memilih tetap bertahan (survivel) dalam usaha mengembangkan seni tradisinya dan mampu menyesuaikan diri (adaftif) dalam menghadapi perubahan pasar. Tujuan penelitian ini untukmengetahui keberhasilan perajin tradisi dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan jaman. Keberhasilan mereka dengan pengembangan strategi berupa kekuatan modal budaya yang dimiliki perajin, melalui pola pewarisan dari generasi ke generasi dan melanjutkan membuat produk gerabah, dengan menjaga kolektivitas sesama perajain gerabah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, ditemukan bahwa penentu adaptabilitas dengan pola pikir positif, memiliki tekad yang kuat untuk berkembang serta pemahaman yang baik terhadap perubahan melalui proses belajar secara turun-temurun dan melakukan pengembangan bentuk dan desain pada benda gerabahnya, sehingga perajin menghasilkan karya berupa produk keramik tradisional yang berpariatif dengan desain yang menarik, unik memiliki ciri khas daerah dan sebagai pelestarian budaya tradisi dalam menghadapi persaingan di era global.
THE RESILIENCE OF BALI TRADITIONAL POTTERY CRAFTSMEN OF PEJATEN VILLAGE IN THE GLOBAL ERA Ida Ayu Gede Artayani; I Wayan Ardika; I Nyoman Suarka; I Wayan Suwena
E-Journal of Cultural Studies Volume 14, Number 1, February 2021
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/cs.2021.v14.i01.p01

Abstract

Pottery craftsmen in Pejaten Village still survive producing traditional pottery amid changes in their socio-cultural space. This study aims to analyze the reasons they persist in the realm of traditional pottery crafts today. This study uses the paradigm of critical thinking with a qualitative approach that views social reality as something that is intact, complex, dynamic, full of meaning with interactive symptom relationships. This research, analyzed by the generative structural theory of Pierre Bourdieu. Theory to explain the practice in the realm of pottery crafts in Pejaten Village. Bourdieu made a generative formula about practice, namely: (Habitus x Capital) + Domain = Practice. The results of this study indicate the survival practice of these pottery craftsmen by applying the habitus cutting strategy, in the form of intergenerational skills through informal education between families. Habitus they have internalized in individuals and make them have cultural capital. Ownership of cultural capital can be converted into other forms of capital, but the ability to convert capital cannot be done by all individuals, even though they grow and have a similar habitus. This is influenced by cognitive abilities, reasoning power, episteme, and individual experiences. This results in a class structure in the realm. Ownership of habitus and cultural capital is not sufficient to survive in this realm. Other capital ownership is needed, such as: economic capital, social capital, and symbolic capital. The results of this study can be used as a reference for developing the cultural sustainability of the traditional heritage between generations in responding to the changes that have occurred in the social space for pottery handicrafts in Pejaten Village today. Keywords: sustainability, habitus, capital, traditional pottery craftsmen.
Amreta Ing Huma Seni Hidroponik Upcycled Glass dan Keramik Ismayana, Diva; I Nyoman Suardina; Ida Ayu Gede Artayani
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 13 No. 1 (2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/sw.v13i1.3241

Abstract

Tujuan agar penciptaan koleksi karya Amreta Ing Huma Seni Hidroponik Upcycled Glass dan Keramik dapatbermanfaat memberikan kontribusi terhadap generasi muda serta memberikan edukasi yang berbasis budaya Indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu estetika dari Clive Bell dan William Morris serta pendekatan seni ekologis berkelanjutan. Temuan dalam penciptaan ini adalah koleksi karya seni berjudul Amreta Ing Huma. Koleksi dengan judulAmreta Ing Huma diartikan sebagai air kehidupan di sawah merupakan penciptaan karya seni berbasis seni ekologis (ecological art). Koleksi karya seni Amreta Ing Huma mewakili imaji seni dengan ide pemantik fenomena degradasi lingkungan dan seni hidroponik, terimplementasidengan penggunaan material limbah kaca bening dan limbah kaca botol wine berwarna hijau, material keramik dengan teknik glasir, tanaman microgreens, tanaman herbal semusim serta berbabagi medium tanam pada seni hidroponik atau soilless culture. Koleksi karya seni Amreta Ing Huma diartikan sebagai sesuatu yang memicu emosi estetis berdasarkan susunan formalnya dan mengisi ruang imajinasi personal bagi audiens atau pemirsa selain ditelaah secara formalis. Ketika seseorang menikmati karya seni Amreta Ing Huma hanya mampu mengapresiasi dimensi formal karya tersebut selama beberapa menit saja. Selebihnya pemirsa cenderung melayang dalam imajinasi personalnya tentang kesan psikologis karya seni “air kehidupan di sawah”.