Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

POLA PENGASUHAN ANAK DALAM PERSPEKTIF ISLAM Nurainiah Nurainiah
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol 2 No 1 (2023): Januari
Publisher : Pedir Research Institut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengasuhan anak merupakan cara yang dipilih oleh orang tua dalam mendidik, membimbing, mengasuh, membina, mengarahkan, memberi perlindungan, mengurus makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan memastikan keberhasilan tumbuh-kembangnya sampai anak beranjak dewasa. Pada usia anak 0-6 tahun, pengasuhan meliputi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak, yaitu kebutuhan berkenaan dengan tumbuh kembang fisik biologis atau asuh. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengasuhan anak dalam perspektif Islam. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepustakaan. Teknik pengumpulan data peneliti gunakan melalui studi pustaka, yaitu dengan cara mengumpulkan beberapa tulisan dari jurnal dan buku yang ada kaitannya dengan masalah pola asuh anak. Sedangkan teknik pengumpulan data peneliti menggunakan teknik analisis konten. Dalam teknik analisis konten dilakukan terhadap buku, jurnal dan literature lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pola pengasuhan anak secara umum terdiri dari empat macam, yaitu pola pengasuhan otoriter, pola pengasuhan demokratis, pola pengasuhan permisif dan pola pengasuhan penelantar. Sedangkan pola asuh dalam perspektif Islam terdiri dari pola asuh bersifat keteladanan, pola asuh bersifat nasehat, pola asuh bersifat perhatian dan pengawasan, pola asuh bersifat adat kebiasaan dan pola asuh bersifat moral anak; (2) faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan adalah budaya setempat, ideologi yang berkembang dalam diri orang tua, letak geografis norma etis, orientasi religious, status ekonomi, bakat dan kemampuan orang tua serta gaya hidup.
STUDI FENOMENOLOGI HUKUMAN CAMBUK TERHADAP PROSTITUSI ONLINE DI KOTA BANDA ACEH DAN LHOKSEUMAWE Baharuddin Ar; Nurainiah Nurainiah; Zulfadli Zulfadli
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2024): Volume 5 No. 4 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i4.32395

Abstract

Perjuangan masyarakat Aceh atas hukum Islam tidak terhenti hanya pada tingkat pengakuan hukum Islam sebagai subsistem hukum yang hidup di masyarakat (living law), tetapi sudah sampai pada tingkatan legalisasi dan legislasi. Salah satu bentuk hukum yang disebutkan di dalam setiap qanun syariat Islam yakni hukuman cambuk. Masyarakat Aceh menempatkan hukum Islam sebagai pedoman hidupnya (living law). Dalam Islam, praktik prostitusi dikenal dengan istilah perzinaan atau orang yang berbuat zina. Dalam bahasa Aceh lumrah disebut lonte atau sesekali kita mendengar istilah pelacur, di Indonesia dikenal dengan sebutan pekerja seks komersial. Sejatinya, pelacuran bukan mata pencaharian, namun kegiatan tersebut kini dianggap sebagai satu pekerjaan karena dapat menghasilkan uang. Terkait pemberlakuan hukuman, seyogyanya pelaku zina tersebut dihukum dengan hukuman cambuk sebagaimana yang terdapat dalam qanun No. 6 tahun 2014 tentang Hukum Jinayah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan peluang dan tantangan pemberlakuan hukuman cambuk terhadap pelaku Jarimah Jinayah prostitusi online di Banda Aceh dan Lhokseumawe dan untuk mengetahui respon masyarakat adat Aceh terhadap prostitusi online yang terjadi di Banda Aceh dan Lhokseumawe. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis (Sociological Approach) dengan teknik penelitian library research dan field research, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi hukuman cambuk sebagaimana tertera dalam qanun Nomor 6 tahun 2014 tentang hukum jinayat belum berjalan dengan baik dan efektif di Kota Banda Aceh dan Lhokseumawe. Formulasi syariat Islam lebih kepada tertulis saja tanpa adanya praktek yang utuh atau dengan kata lain lebih kepada keinginan para pemimpin ketimbang kemauan masyarakat itu sendiri. Syariat Islam di Aceh seringkali menjadi simbol legitimasi para penguasa dalam menjalankan roda politiknya. Hal ini terkadang belum tentu dapat sevisi dan semisi dengan kepentingan agama. Selanjutnya, masyarakat melihat bahwa prostitusi yang terjadi di Aceh merupakan sebuah kerusakan yang terjadi di bumi dan kerusakan terhadap orang lain. Kejadian ini menyebabkan citra dan kultur masyarakat Aceh menjadi buruk. Hal yang melatarbelakangi terjadinya prostitusi online di Banda Aceh dan Lhokseumawe di antaranya adalah faktor keluarga, minimnya penanaman nilai agama sejak usia dini, rendahnya kualitas pendidikan bagi perempuan, faktor ekonomi, disebabkan oleh gaya hidup yang serba modern, susah mencari pekerjaan dan penghasilan dari bekerja sebagai PSK lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, sehingga terjerumus dalam prostitusi ini.
Islamic Religious Education Learning Innovation Using the Course Review Horay Model Samiullah Adel; Nurhayati Nurhayati; Endra Endra; Ardi Satrial; Nurainiah Nurainiah
International Journal of Islamic Teaching and Learning Vol. 1 No. 1 (2024): March
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Solok Nan Indah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69637/ijiting.v1i1.18

Abstract

Lack of it Innovation in Islamic Religious Education learning also has an impact on students' low learning scores. Another phenomenon is that teachers do not give students enough opportunities to be active, and rarely give appreciation. For this reason, this research aims to describe the analysis of the implementation of the course review horay model in improving student learning outcomes in Islamic Religious Education learning. This research was conducted in the form of classroom action research at an elementary school in Indonesia. Data was collected using observations and tests from Islamic Religious Education teachers and fourteen students. All data is processed using descriptive statistical analysis. This research found that the course review horay model can improve students' Islamic Religious Education learning outcomes from the first cycle to the second cycle. The use of this model in Islamic Religious Education learning is an innovation that can improve learning outcomes, activate students, and provide appreciation, especially in elementary schools.