Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PROSPEK USAHA PENGELOLAAN SAGU TRADISIONAL MASYARAKAT PAPUA GUNA MENINGKATKAN PENDAPATAN TARAF HIDUP PADA KAMPUNG CENGKEH KELURAHAN KLAWASI DISTRIK SORONG BARAT, KOTA SORONG Roberthair Suripatty; Berti Pakaila; Jordan Tiblola
MAREN: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 2, No 2 (2021): September
Publisher : Lembaga Pengabdian Masyarakat UKIM Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37429/mjppm.v2i2.671

Abstract

Sagu adalah tanaman asli bangsa Indonesia yang merupakan sumber pangan yang paling tua bagi masyarakat Maluku dan Papua karena itu sagu mempunyai arti khusus sebagai pangan tradisional bagi penduduk di Indonesia bagian timur. Permasalahan untuk orang Papua pengambilan sagu yang sangat jauh karena letak hutan sagu dari tempat pemukinan masyarakat 20 sampai dengan 30 Km dengan jalan setapak yang penuh dengan lumpur, becek dan melewati beberapa perbukitan serta sungai sehingga waktu yang ditempuh hampir 5 sampai 8 jam perjalaan kaki sebab tidak ada akses jalan raya ke lokasi yaitu hutan sagu, tempat untuk menokok sagu masih memakai alat tradisional yang sederhana disekitar areal penebangan sagu sehingga proses hasil yang didapatkan tidak maksimal atau hasil sagu yang di saring tidak bersih dan hasil akhir dari sagu yang didapatkan sedikit karena banyak yang terbuang dan masih kotor, Terbatasnya jumlah modal merupakan kendala utama dalam pengembangan usaha masyarakat dikampung cengkeh yang prospek pencarian hidupnya tergantung pada sagu dan alam, sumber daya manusia (SDM) yang sangat terbatas dan sebagian besar masyarakat tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun, sarana dan prasaranan untuk pengelolaan sagu menjadi berbagai jenis makanan masih sangat sederhana menggunakan alat seadanya untuk mengorek sagu dari pohon sagu. Sagu diolah oleh orang Papua untuk dijual ke pasar bahkan untuk dikonsumsi dalam keluarga. Selama ini solusi bantuan pemerintah belum terjangkau oleh orang Papua khususnya Kampung Cengkeh Kelurahaan Klawasi Distrik Sorong Barat Kota Sorong.Untuk lokasi permanen menokok sagu masih dikatakan sangat sederhana perlu dibutuhkan teknologi yang baik dalam melakukan pengelolaan sagu, Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar usaha kecil untuk orang Papua masih belum dirasakan hal ini sangat berpengaruh pada pendapatan taraf hidup mitra.