Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

NYANYIAN DI ATAS POHON LONTAR: TRADISI MENYADAP NIRA DI SABU RAIJUA Daniel Hariman Jacob
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2023: THE 31st HISKI INTERNATIONAL CONFERENCE ON LITERARY LITERACY AND LOCAL WISDOM (JUNI 2023)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/psni.v3i0.105

Abstract

Pulau Sabu atau dalam bahasa Sabu biasa disebut Rai Hawu, Rai Due  nga Donahu. Pulau Sabu, Pulau Lontar, dan Gula. Orang Sabu (Do Hawu) memandang Pohon lontar (Kepue Due) sebagai dunia bagi orang Sabu, yang berarti bahwa dalam seluruh aspek kehidupannya tidak lepas dari lontar. Keterkaitan, keterhubungan, dan ketergantungan kehidupan orang Sabu pada lontar merupakan suatu bentuk harmoni kehidupan antara masyarakat Sabu dan lingkungan alam Sabu Raijua. Selain itu, lontar juga menjadi jembatan penghubung komunikasi yang harmonis dengan sang Ilahi, atau yang disebut Deo Ama. Pohon lontar sebagai pohon kehidupan berkaitan dengan adicita (ideologi) di balik ungkapan-ungkapan tentang ke-due-an.Pohon lontar juga sangat istimewa karena memiliki gender (jenis kelamin), yaitu  pohon lontar jantan (kal’li mone) dan pohon lontar betina (kal’li ban’ni). Dari akar hingga daunnya, pohon lontar ini sangat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan masyarakat Sabu-Raijua di Kabupaten Sabu Raijua. Oleh karena itu, penyadap nira lontar di Sabu Raijua memberikan penghiburan atau bernyanyi di atas pohon pada saat mereka mengambil niranya. Pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Semua data yang diperoleh berdasarkan wawancara dan tatap muka. Penelitian ini merupakan jenis penelitian berdasarkan studi kasus. Studi kasus yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan mencoba mengamati dan menganalisis tradisi menyadap nira lontar: syair dan gula Sabu di masyarakat Sabu Raijua dengan pendekatan sastra lisan.