Muhammad Yunus
Hukum Ekonomi Syariah, Universitas Islam Bandung

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Tinjauan Fatwa DSN MUI No: 145/DSN-MUI/XII/2021 terhadap Implementasi Jual Beli Online Sistem Dropship pada Toko Tiens Bandung Rivany Rida Firdaus; Nandang Ihwanudin; Muhammad Yunus
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcssel.v3i2.7599

Abstract

Abstract. Dropshippers in their marketing are required to provide clear, honest and trustworthy product descriptions. Islam gives freedom for the parties to continue or cancel a transaction if there is an element of disability in it, in this case it is commonly referred to as khiyar rights. This study aims to analyze buying and selling practices carried out by dropshippers from Toko Tiens Bandung in marketing products on social media, as well as reviewing DSN MUI Fatwa No: 145/DSN-MUI/XII/2021 regarding online buying and selling practices. The method used in this study is a qualitative descriptive analysis research with a normative approach, where the data collection is through interviews. This research can be concluded 1) The practice of buying and selling online in marketing is carried out by dropshippers by uploading product images and product descriptions. The product description uploaded by the dropshipper looks exaggerated because when consumers complain about inappropriate products, the dropshipper cannot be held accountable for what is stated in the description uploaded. 2) Review of DSN MUI Fatwa No: 145/DSN-MUI/XII/2021 regarding the practice of buying and selling online by dropshippers from the Tiens Bandung store is still not fully in accordance with the fatwa. In practice, dropshippers do marketing by exaggerating sentences in uploaded product descriptions to impress consumers to buy products. Dropshippers have also not implemented khiyar rights to buyers, either in the form of refunds or returns. This is not in accordance with the contents of the fatwa in point 4 point 5, point 7 point 6. Abstrak. Dropshipper dalam pemasarannya, dituntut untuk memberikan deskripsi produk secara jelas, jujur, dan amanah. Islam memberikan kebebasan bagi para pihak untuk meneruskan atau membatalkan suatu transaksi bila didalamnya terdapat unsur kecacatan, dalam hal ini biasa disebut sebagai hak khiyar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik jual beli yang dilakukan oleh dropshipper Toko Tiens Bandung dalam memasarkan produk di media sosial, serta meninjau Fatwa DSN MUI No: 145/DSN-MUI/XII/2021 terhadap praktik jual beli. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif analisis deskritif dengan pendekatan normatif, dimana dalam pengumpulan data melalui wawancara. Penelitian ini dapat ditarik kesimpulan 1) Praktik jual beli online dalam pemasaran yang dilakukan dropshipper dengan mengunggah gambar produk dan deskripsi produk. Deskripsi produk yang diunggah oleh dropshipper terlihat dilebih-lebihkan karena pada saat konsumen komplain terhadap produk yang tidak sesuai, dropshipper tidak dapat mempertanggungjawabkan sesuai apa yang tercantum pada deskripsi yang diunggahnya. 2) Tinjauan Fatwa DSN MUI No: 145/DSN-MUI/XII/2021 terhadap praktik jual beli online oleh dropshipper toko Tiens Bandung masih belum sepenuhnya sesuai dengan fatwa. Pada praktiknya, dropshipper melakukan pemasaran dengan melebih-lebihkan kalimat pada deskripsi produk yang diunggah agar menimbulkan kesan pada konsumen untuk membeli produk. Dropshipper juga belum menerapkan hak khiyar kepada pembeli, baik dalam bentuk refund ataupun return. Hal tersebut tidak sesuai dengan isi fatwa dalam butir 4 point ke-5 dan butir 7 point ke-6.
Tijauan Etika Bisnis Islam terhadap Metode Pembayaran yang Dilakukan Driver pada Layanan Trasnportasi Online Lusi Handayani; Muhammad Yunus; Arif Rijal Anshori
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcssel.v3i2.7896

Abstract

Abstrak. Transportasi online Grab, selama perjalanan penumpang diharapkan tetap menjaga aplikasi Grab tetap aktif untuk memantau posisi kendaraan melalui peta, tampilan fitur pusat keselamatan yang mana itu sangat penting untuk keadaan darurat. Driver mendapatkan 80% dari penghasilan dan perusahaan Grab mendapatkan 20%. Namun, peneliti menemukan bahwa driver mencoba mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari 80%. Driver meminta penumpang untuk menonaktifkan atau membatalkan pesanan perjalanan tetapi tetap diantar sampai ketujuan yang penumpang inginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana metode transaksi yang diterapkan antara driver Grab dengan penumpang dan memahami tinjauan etika bisnis Islam terhadap metode pembayaran yang dilakukan oleh driver Grab. Kerangka pemikiran dalam penelitian melibatkan konsep metode transaksi driver berdasarkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam. Jenis peneltian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan normatif-empiris. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi. Kemudian data yang di dapat di analisis menggunakan analisis studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa driver ojek online Grab melanggar kode etik dari perusahaan Grab karena driver meminta penumpang untuk mematikan aplikasi pesanan yang mana Grab akan mendapatkan kerugian. Berdasarkan prinsip etika bisnis Islam hal yang dilakukan driver tidak sesuai dengan empat prinsip etika bisnis Islam yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggung jawab. Abstract. Grab online transportation, during the trip, passengers are expected to keep the Grab application active to monitor the vehicle's position via the map, display the safety center feature which is very important for emergencies. Drivers get 80% of the earnings and Grab companies get 20%. However, researchers found that drivers try to get a profit greater than 80%. Drivers ask passengers to deactivate or cancel travel orders but still be delivered to the destination the passenger wants. This study aims to find out and understand how the transaction method is applied between Grab drivers and passengers and understand the Islamic business ethics review of the payment method used by Grab drivers. The conceptual framework in this study involves the concept of a driver transaction method based on the principles of Islamic business ethics. This type of research is a qualitative research using a normative-empirical approach. Sources of data used are primary data and secondary data. Collecting data using interview methods, literature study and documentation study. Then the data can be analyzed using case study analysis. The results of the study show that Grab online motorcycle taxi drivers violate the code of ethics of the Grab company because drivers ask passengers to turn off the order application in which Grab will incur a loss. Based on the principles of Islamic business ethics, the things that drivers do are not in accordance with the four principles of Islamic business ethics, namely monotheism, balance, free will, responsibility.
Analisis Fikih Muamalah dan Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah terhadap Penyewaan Lahan PT KAI Azmi Filhaq; Zaini Abdul Malik; Muhammad Yunus
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcssel.v4i1.11304

Abstract

Abstract. In Islam, muamalah is an activity or activity carried out by humans to fulfill their daily needs, one of which is through renting or ijarah. Ijarah is a contract whose object is the exchange of benefits for a certain period, namely ownership of benefits in return or what can be called selling benefits. A lease or ijarah can be said to be valid if it meets certain pillars and conditions. The people of Langonsari Village, Pameungpeuk District, carry out activities for renting land belonging to PT KAI, so the author wants to know the suitability of the pillars and conditions according to muamalah jurisprudence or government regulations carried out by the people of Langonsari Village, Pameungpeuk District.The aim of this research is to determine the practice of leasing land owned by PT KAI and to analyze muamalah jurisprudence and Government Regulation No. 28 of 2020 concerning Management of State/Regional Property regarding the leasing of government-owned land in Langonsari Village, Pameungpeuk District, Bandung Regency. . The research framework focuses on the theory of ijārah contracts according to muamalah jurisprudence on the practice of leasing PT KAI land and the provisions of Government Regulation No. 28 of 2020 in Langonsari Village, Pameungpeuk District, Bandung Regency. This research uses a qualitative approach that is normative juridical in nature. The data sources for this research use primary data in the form of interviews and secondary data obtained from journals, articles, books and other sources.The research results found that in practice the people of Langonsari Village, Pameungpeuk District, Bandung Regency did not ask for permission to lease back PT KAI's land and did not pay rent to PT KAI, thereby causing losses to one of the parties, namely PT KAI. Therefore, the practice of leasing PT KAI's land in Langonsari Village, Pameungpeuk District, results in the ijāh contract being invalid according to muamalah jurisprudence as well as according to Government Regulations. Abstrak. Dalam Islam muamalah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya dengan sewa-menyewa atau ijarah. Ijarah adalah akad yang objeknya penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan atau dapat disebut menjual manfaat. Sewa-menyewa atau ijarah dapat dikatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat-syarat tertentu. Masyarakat Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk melakukan aktivitas sewa-menyewa lahan milik PT KAI sehingga penulis ingin mengetahui kesesuaian rukun dan syarat baik menurut fikih muamalah ataupun peraturan pemerintah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui praktik sewa-menyewa lahan milik PT KAI dan untuk menganalisis fikih muamalah dan Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah terhadap penyewaan lahan milik pemerintah di Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Kerangka pemikiran pada penelitian berfokus mengenai teori akad ijārah menurut fikih muamalah terhadap praktik sewa menyewa lahan PT KAI dan ketentuan Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2020 di Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif yang bersifat yuridis normatif. Sumber data penelitian ini menggunakan data primer berupa wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari jurnal, artikel, buku, dan sumber lainnya. Hasil penelitian ditemukan bahwa dalam praktiknya masyarakat Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung tidak meminta izin untuk menyewakan kembali lahan PT KAI dan tidak membayar uang sewa kepada PT KAI, sehingga menimbulkan kerugian pada salah satu pihak yaitu PT KAI. Oleh karena itu, praktik sewa menyewa lahan PT KAI di Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk mengakibatkan akad ijarāh tidak sah menurut fikih muamalah begitupun menurut Peraturan Pemerintah
Praktek Kerjasama Pertanian Sawah Ditinjau dari Aspek Al-Adalah Aef Faturahman; Asep Ramdan Hidayat; Muhammad Yunus
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcssel.v4i1.11495

Abstract

Abstract. This study aims to review the practice of rice field farming cooperation in Cikondang Ciawigebang Kuningan Village which indicates injustice to one party. Where the injustice is in the form of sharing results that feel not enough to cover all the costs experienced by farmers. In such cases, the researcher reviews the problem through a review of the principles of the concept of al-adlah (justice). This research was examined using qualitative type research methods with an Empirical Normative approach, namely to unravel a problem based on reality phenomena that occur in the field. The results of observations and interviews that research found that there was a mistake in responding to an agreement on muzara’ah experienced by farmers. Basically, this is an unexpected field risk that causes the farmers to weigh the inadequacy of the density obtained so that the farmers feel unfair and benefited. In addition, there are also several factors for the sustainability of the sense of injustice because the farmers have not had time to discuss this issue with the owner of the child because the landowner is no longer domiciled in the village and the landowner rarely comes or meets with the farmer. This has led to the absence of a good communication related to the cooperation experienced by farmers and landowners. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau praktik kerjasama pertanian sawah di Desa Cikondang Ciawigebang Kuningan yang terindikasinya ketidakadilan bagi salah satu pihak. Yang dimana ketidakadilan tersebut berupa pembagian hasil yang terasa belum cukup untuk menutupi segala biaya yang dialami oleh pihak petani. Dalam kasus tersebut peneliti meninjau permasalah tersebut melalui tinjauan prinsip konsep al-‘adalah (keadilan). Penelitian ini diteliti menggunakan metode penelitan berjenis kualitatif dengan pendekatan Normatif Empiris yaitu untuk mengurai sebuah permasalahan berdasarkan fenomena realita yang terjadi di lapangan. Hasil dari observasi dan wawancara yang peneliti dapatkan bahwa adanya kekeliruan dalam menanggapi sebuah perjanjian akan muzara’ah yang dialami oleh pihak petani. Yang pada dasarnya hal tersebut adalah sebuah resiko lapangan yang tidak terduga sehingga menyebabkan beratnya pihak petani akan ketidak cukupan pendapadatan yang didapat sehingga pihak petani merasa tidak adil serta di untungkan. Selain itu pun ada beberapa faktor keberlanjutannya rasa ketidakadilan tersebut dikarenakan pihak petani belum sempat membicarakan masalah ini dengan pihak pemilik tanak dikarenakan pihak pemilik tanah sudah tidak berdomisili di desa tersebut dan pemilik tanah pun jarang datang atau bertemu dengan pihak petani. Hal ini menyebabkan tidak terjalinnya sebuah komunikasi yang baik terkait kerjasama yang di alami oleh pihak petani dan pihak pemilik tanah.
Analisis Prinsip Muamalah terhadap Transaksi Online dalam Layanan Gofood di PT Gojek Indonesia Cabang Kota Bandung Yolanda Fadilah Rafika; Zaini Abdul Malik; Muhammad Yunus
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcssel.v4i1.12308

Abstract

Abstract. In the current era of globalization, the role of technology has become very important because it helps and makes it easier for humans to carry out various life activities. Many businesses use online processes, including in the culinary sector. Gojek is an application that provides online food delivery services called Gofood. The problem with this application is the use of Gofood service features by irresponsible parties by placing orders or fictitious orders. In this problem, researchers want to analyze according to the muamalah principle of online transactions between consumers, drivers and companies. The research method used is qualitative research. This research reveals the principles of muamalah in online transactions via Gofood services at PT Gojek by involving direct observation, interviews, documentation and literature study. The research results show that although online transactions make customer access easier, the principle of muamalah remains the main basis. It was found that Gojek has paid attention to aspects of benefit, justice and balance, although certain challenges still need to be overcome, such as the case of this fictitious order, because one party received unfair treatment which caused time and financial losses.Abstrak. Pada era globalisasi yang berkembang saat ini, peran teknologi menjadi sangat penting karena membantu dan mempermudah manusia dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Banyak usaha yang menggunakan proses secara online termasuk dalam bidang kuliner. Gojek merupakan salah satu aplikasi penyedia layanan jasa pesan antar makanan secara online yang disebut Gofood. Permasalahan dari aplikasi ini yaitu penggunaan fitur layanan gofood oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dengan melakukan order tau pesanan fiktif. Pada permasalahan ini peneliti ingin menganalisis menurut prinsip muamalah pada transaksi online antara konsumen, driver, dan perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif . penelitian ini mengungkapkan bagaiman prinsip-prinsip muamalah pada transaksi online melalui layanan gofood di PT Gojek dengan melibatkan pengamatan langsung, wawancara, dokumentasi dan studi literature. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun transaksi online memudahkan akses pelanggan, tetapi prinsip muamalah tetap menjadi landasan utama. Di temukan bahwa Gojek telah memperhatikan aspek kemaslahatan, keadilan dan keseimbangan, meskipun tantangan tertentu masih perlu diatasi seperti kasus order fiktif ini, dikarenakan salah satu pihak mendapatkan perlakuan tidak adil yang menyebabkan kerugian secara waktu dan finansial.