Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA PANTENSI FORAMEN OVALE DENGAN KEJADIAN DECOMPRESSION SICKNESS Ananda Rizkia; Donna Diva Widyantari; Nabila Indah Shofiyanti; Ni Pt Wr Pradnya Nirmala Putri; Arfi Syamsun
Essence of Scientific Medical Journal Vol 21 No 1 (2023): Volume 21 No. 1 (Januari - Juni 2023) Essential: Essence of Scientific Medical J
Publisher : Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/essential.v21i1.100663

Abstract

Background: Decompression sickness (DCS) is a condition where bubbles form in the blood from dissolved gasses (usually nitrogen) which cause tissue and blood vessel injury due to a decrease in environmental pressure. One of the factors that can increase the incidence of DCS is the presence of patent foramen ovale (PFO) in divers. Method: This literature review is a study systematic review, the type used is the original article obtained through the database PubMed and ProQuest. We use the keywords "decompression sickness," "divers with a patent foramen ovale," "divers without patent foramen ovale," and "risk" to find the articles. After tracing, a total of 303 articles were obtained and then sorted by taking into account the exclusion and inclusion criteria so that the final number obtained was two articles. Results: :This systematic review, reviewed two studies with a total of 48 subjects.Patent foramen ovale (PFO) significantly related to the risk of occurrence of events decompression sickness (DCS). PFO closure reduces the risk of DCS events associated with PFO so that divers with PFO who have experienced DCS and undergo PFO closure, do not need to stop diving after intervention. Conclusion: Divers with closed PFOs or closed shunts have a reduced risk of experiencing DCS. In these divers DCS is largely non-recurring, so they can return to dives indefinitely.
Manifestasi Kelainan Kulit dan Penyakit Menular Seksual Pada Pasien HIV/AIDS di Poli VCT RSUD Provinsi NTB Periode Januari 2023 – Juni 2024 I Wayan Hendrawan; I Gusti Agung Ayu Ratna Medikawati; Lestary, Ayundha Rizky; Nabila Indah Shofiyanti
Lombok Medical Journal Vol. 4 No. 2 (2025): Lombok Medical Journal Volume 4 Nomor 2
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/lmj.v4i2.6016

Abstract

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah besar yang mengancam penduduk di seluruh dunia. Sejak pertama kali di temukan di Indonesia pada tahun 1987 penyakit menular ini terus meningkat dengan jumlah kumulatif sampai dengan tahun 2022 sebanyak 1,3 juta kasus baru HIV dilaporkan di seluruh dunia dan terdapat 39.9 juta orang yang mengidap AIDS pada tahun 2023. Penularan HIV terjadi dalam berbagai cara, baik melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik yang sama secara bergilir pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah, hingga penularan dari ibu yang positif HIV kepada bayi yang dilahirkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manifestasi kelainan kulit dan penyakit menular seksual pada pasien HIV/AIDS di poli VCT RSUD Provinsi NTB selama periode Januari 2023 – Juni 2024. Penelitian deskriptif retrospektif ini menggunakan data rekam medis dari 321 pasien HIV/AIDS. Hasil menunjukkan bahwa kelompok umur 24-44 tahun (61,9%) dan jenis kelamin laki-laki (74,5%) mendominasi kasus HIV/AIDS. Kandidiasis oral menjadi kelainan kulit terbanyak (26,8%), diikuti oleh dermatitis (3,4%). Pada penyakit menular seksual, sifilis (4%) dan kondiloma akuminata (1,9%) merupakan kasus terbanyak. Infeksi oportunistik yang dominan adalah tuberkulosis (19,9%). Pemeriksaan CD4 dilakukan oleh 32,7% pasien, dengan sebagian besar memiliki CD4 <100 sel/µL. Penelitian ini menggarisbawahi tingginya prevalensi kelainan kulit dan penyakit menular seksual pada pasien HIV/AIDS, menunjukkan perlunya deteksi dini dan tata laksana komprehensif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Keywords: HIV/AIDS, kelainan kulit, penyakit menular seksual, kandidiasis oral, sifilis
Manifestasi Kelainan Kulit dan Penyakit Menular Seksual Pada Pasien HIV/AIDS di Poli VCT RSUD Provinsi NTB Periode Januari 2023 – Juni 2024 I Wayan Hendrawan; I Gusti Agung Ayu Ratna Medikawati; Lestary, Ayundha Rizky; Nabila Indah Shofiyanti
Lombok Medical Journal Vol. 4 No. 2 (2025): Lombok Medical Journal Volume 4 Nomor 2
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/lmj.v4i2.6016

Abstract

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah besar yang mengancam penduduk di seluruh dunia. Sejak pertama kali di temukan di Indonesia pada tahun 1987 penyakit menular ini terus meningkat dengan jumlah kumulatif sampai dengan tahun 2022 sebanyak 1,3 juta kasus baru HIV dilaporkan di seluruh dunia dan terdapat 39.9 juta orang yang mengidap AIDS pada tahun 2023. Penularan HIV terjadi dalam berbagai cara, baik melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik yang sama secara bergilir pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah, hingga penularan dari ibu yang positif HIV kepada bayi yang dilahirkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manifestasi kelainan kulit dan penyakit menular seksual pada pasien HIV/AIDS di poli VCT RSUD Provinsi NTB selama periode Januari 2023 – Juni 2024. Penelitian deskriptif retrospektif ini menggunakan data rekam medis dari 321 pasien HIV/AIDS. Hasil menunjukkan bahwa kelompok umur 24-44 tahun (61,9%) dan jenis kelamin laki-laki (74,5%) mendominasi kasus HIV/AIDS. Kandidiasis oral menjadi kelainan kulit terbanyak (26,8%), diikuti oleh dermatitis (3,4%). Pada penyakit menular seksual, sifilis (4%) dan kondiloma akuminata (1,9%) merupakan kasus terbanyak. Infeksi oportunistik yang dominan adalah tuberkulosis (19,9%). Pemeriksaan CD4 dilakukan oleh 32,7% pasien, dengan sebagian besar memiliki CD4 <100 sel/µL. Penelitian ini menggarisbawahi tingginya prevalensi kelainan kulit dan penyakit menular seksual pada pasien HIV/AIDS, menunjukkan perlunya deteksi dini dan tata laksana komprehensif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Keywords: HIV/AIDS, kelainan kulit, penyakit menular seksual, kandidiasis oral, sifilis