Motif hias sebagai hasil karya manusia, merupakan komponen seni rupa, banyak diterapkan pada bangunan suci maupun rumah tinggal, peralatan upacara dan pada benda-benda kerajinan. Motif hias atau hiasan ini sering disebut ornamen. Motif hias/ornamen dalam perwujudannya merupakan khayali dan stilisasi dari bentuk alam seperti: batu-batuan, api, air, awan, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan mahluk mitologi lainnya. Motif hias yang merupakan stilisasi dari wajah mahluk hidup baik yang bersifat nyata maupun mitologis, di Bali biasa disebut “kekarangan”. Motif kekarangan pada umumnya ditiru dari wajah mahluk hidup yang ada di alam, mahluk mitologis ini dianggap sebagai kendaraan para dewa. Sementara itu, dalam posisi yang lain, motif kekarangan juga sering diterapkan untuk menghiasi struktur pepalihan pada bangunan baik pada bagian bawah, tengah dan atas. Bentuk-bentuk kekarangan tersebut antara lain : karang boma, karang sae, karang bentulu, karang hasti, karang naga dan goak. Berbagai bentuk gambar, lukisan, patung, yang telah ada juga banyak terinspirasi dari motif kekarangan seperti karya patung maestro I Nyoman Tjokot, maestro seni lukis I Gusti Nyoman Lempad, dan pematung I Ketut Nongos. Berkaitan dengan hal tersebut di atas pencipta juga terinspirasi dengan bentuk-bentuk kekarangan yang akan divisualisasikan menjadi karya kriya dengan memanfaatkan kayu jati yang diaplikasikan dengan logam tembaga, dengan mempertimbangkan penerapan teknik yang tepat sehingga terwujud karya kriya yang kreatif dan inovatif.