Sri Endang Windiarti
Poltekkes Kemenkes Semarang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Innovative warm blanket solution for inadvertent hypothermia among post-anesthesia patients Cahaya Nugraheni; Arwani Arwani; Sri Endang Windiarti
Malahayati International Journal of Nursing and Health Science Vol. 7 No. 3 (2024): Volume 7 Number 3
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/minh.v7i3.286

Abstract

Background: Shivering helps the body maintain its core temperature but can have harmful effects, such as increasing the oxygen demand in brain tissue. It frequently occurs in patients after anesthesia due to various factors. Purpose: To prove the effect of providing innovative warm blankets to treat shivering in post-anesthesia patients. Method: This quantitative quasi-experimental research with a pretest-posttest with control group design used purposive sampling to select 60 participants, who were divided into 2 groups: 30 participants in the treatment group and 30 participants in the control group. The treatment group received an intervention with an innovative warm blanket, while the control group received an intervention with a standard warm blanket according to the hospital's standard operating procedures. The measurement data were accumulated and analyzed using the Mann-Whitney test, and Cohen's effect size was used to assess the influence and differences between the innovative warm blanket and the standard hospital warm blanket. Results: The temperature in the intervention group, which received the innovative warm blanket treatment, rose by 2.050°C (p=0.001). In contrast, the temperature in the group that received the standard hospital warm blanket treatment increased by 1.80°C (p=0.001). Conclusion: Innovative warm blankets result in a greater temperature increase compared to the standard warm blankets used in accordance with hospital protocols.
Kebijakan Percepatan Penurunan Stunting Melyana Nurul Widyawati; Sri Sumarni; Krisdianan Wijayanti; Bambang Sutomo; Sri Endang Windiarti; Mufti Agung Wibowo
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 13, No 3 (2024): September
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkki.97336

Abstract

Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Indonesia 21,6%. Studi WHO, salah satu penyebab masalah stunting di Indonesia adalah maraknya pernikahan dini. Ada banyak faktor yang mendasari pernikahan dini, dari adat, ekonomi, hingga kehamilan yang tak diinginkan. Fakta lainnya, 43,5% kasus stunting di Indonesia terjadi pada anak berumur di bawah tiga tahun (batita) dengan usia ibu 14-15 tahun, sedangkan 22,4% dengan rentang usia 16-17 tahun. Hal ini meningkatkan risiko perceraian, di Jawa Tengah tercatat pada tahun 2019 sebagai provinsi dengan angka perceraian tertinggi, sebanyak 88,9% dimana pada setiap 10.000 rumah tangga terdapat 89 kasus perceraian. Perceraian menjadi salah satu faktor risiko terjadinya stunting. Dibutuhkan persamaan persepsi terkait aspek kebijakan, kultural religius, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana untuk meminimalisir perkawinan dini dalam upaya pencegahan stunting. Strategi yang diusulkan termasuk penggalangan kemitraan antara Kemenag, Kemenkes dan BKKBN.Tujuan penelitian: mengkaji pola kemitraan Kemenag, Kemenkes dan BKKBN Provinsi Jateng dalam percepatan penurunan prevalensi stunting nasional. Metode penelitian: kualitatif, teknik pengambilan data wwancara dan FGD dari perwakilan Kanwil Kemenag Jawa Tengah, BKKBN Jawa Tengah dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan kemudian penarikan kesimpulan.Hasil penurunan angka stunting yang signifikan selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2021-2023, namun dibutuhkan model kemitraan yang efektif antara Kemenag, BKKBN dan Kemenkes sebagai upaya percepatan penurunan prevalensi stunting. Rencana tindak lanjut membuat tim kemitraan tiga lembaga berbasis teknologi untuk merancang rencana strategis, mengimplementasikan dan memantau program percepatan penurunan stunting dengan pendekatan lintas sektor.