Amelia A. Limbongan
Universitas Kristen Indonesia Toraja

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS KANDUNGAN LIMBAH IKAN, UDANG, DAN SAYUR-SAYURAN SEBAGAI BAHAN DASAR KOMPOS Amelia A. Limbongan
AgroSainT Vol 6 No 3 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47178/agro.v6i3.323

Abstract

Kepedulian kita untuk meminimalkan sampah dapur tentunya akan sangat membantu meminimalisir timbunan sampah keseluruhan yang masuk ke lingkungan. Kompos merupakan salah satu cara meminimalisir tumpukan sampah. Kompos adalah hasil penguraian parsia/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Limbah ikan dan udang secara langsung maupun tidak langsung banyak membawa problema lingkungan di kawasan pesisir, minimal dalam bentuk gangguan terhadap kebersihan, sanitasi dan kesehatan lingkungan. Limbah ikan dan udang ternyata masih dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai bahan baku pupuk organik lengkap dan harus dilengkapi dengan penambahan unsur lainnya sehingga kandungan N (nitrogen) P (fosfor) dan K (kalium) untuk tanaman dapat mencukupi. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan limbah ikan dan udang sebagai limbah organik dalam pembuatan kompos, agar memaksimalkan penggunaan kembali sampah organik. Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Musamus Merauke, pada bulan November 2014 sampai dengan Januari 2015. Perlakuannya adalah: Sampel A = limbah ikan dan udang (hewan) : kotoran sapi dengan perbandingan 1 : 1 Sampel B = limbah sayur-sayuran : kotoran sapi dengan perbandingan 1 : 1 Sampel C = limbah ikan dan udang (hewan) + limbah sayur-sayuran : kotoran sapi dengan perbandingan 1 : 1 Sampel D = kotoran sapi. Biosmik yang digunakan adalah 1 kg untuk setiap 1 ton bahan pupuk kompos. Ketiga perlakuan kompos mencapai jumlah rata-rata di atas jumlah minimum yang distandarkan atau sesuai dengan standar unsur NPK minimal pada pupuk kompos yaitu, unsur N 0,40%, P 0,10%, dan K 0,20%. Ketiga sampel kompos termasuk dalam kriteria SNI, yaitu dengan rasio C/N 10 – 20 sehingga dikategorikan sudah cukup ‘matang’.
Beberapa Keberhasilan Integrasi Usahatani Padi-Ternak Babi di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara Amelia A. Limbongan
AgroSainT Vol 2 No 1 (2011)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47178/agro.v2i1.381

Abstract

Kebutuhan akan ternak babi di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara cenderung semakin meningkat setiap tahun, sebagai akibat dari semakin maraknya pesta adat “rambu tuka” (pengucapan syukur) dan “rambu solo” (upacara kematian). Untuk memenuhi kebutuhan ternak babi di dua kabupaten tersebut yang setiap tahun bertambah sebesar 1,6% atau 83.612 ekor, sebagian didatangkan dari kabupaten Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, maupun dari luar propinsi misalnya Sulawesi Tengah. Usaha peternakan babi dapat mendorong pemanfaatan dedak padi dan penanaman sayur ubi jalar sebagai pakan utama ternak babi. Selain itu pemanfaatan kotoran yang berasal dari kandang sebagai sumber biogas dapat menambah pendapatan dan mengurangi polusi lingkungan. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan integrasi usahatani padi-ternak babi di kabupaten Tana Toraja dan Toraja.Utara. Hasil survey menunjukkan bahwa pendampingan di kabupaten Tana Toraja dapat miningkatkan harga per ekor babi dari Rp. 1.250.000,- menjadi Rp. 2.000.000,- sedangkan untuk usahatani padi meningkat dari Rp. 6.400.000,- menjadi Rp. 8.500.000,-.per hektar. Demikian juga di kabupaten Toraja Utara terjadi peningkatan harga ternak babi dari Rp.1.250.000,- menjadi Rp. 2.000.000,- per ekor. sedangkan untuk usahatani padi meningkat dari Rp.6.045.000,-menjadi Rp. 10.650.000,-
Hasil Kajian Beberapa Jenis Tembakau di Indonesia Amelia A. Limbongan
AgroSainT Vol 3 No 1 (2012)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47178/agro.v3i1.620

Abstract

Beberapa jenis tembakau di Indonesia antara lain tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek; dan tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu maupun cigarillo, disamping itu juga ada jenis tembakau hisap dan kunyah. Berdasarkan bentu fisiknya diabagi atas tembakau rajangan dan tembakau krosok, menurut metode pengeringannya dibagi atas flue cured, air cured, sun cured, dan fire cured. Menurut tempat penghasilnya dibagi atas : Tembakau Deli, penghasil tembakau untuk rokok cerutu, Tembakau Temanggung, penghasil tembakau srintil untuk sigaret, Tembakau Vorstenlanden (Yogya-Klaten-Solo), penghasil tembakau untuk cerutu dan tembakau sigaret (tembakau Virginia), Tembakau Besuki, penghasil tembakau rajangan untuk rokok sigaret, Tembakau Madura, penghasil tembakau untuk sigaret, Tembakau Lombok Timur, penghasil tembakau untuk sigaret (tembakau Virginia). Beberapa jenis tembakau di Indonesia yang potensial misalnya ; Kemloko I, Sindoro, Kemloko 2, Kemloko 3, V. Bojonegoro 1, Bojonegoro 2, Blogon I, Kasturi I, Grompol Jatim, Kasturi 2, PVH 21, PVH 20, tembakau Bugis yang terdiri dari sekitar 10 varietas. Tembakau mutu tinggi pada umumnya kandungan nikotin dan senyawa aromatisnya tinggi terutama tembakau local, sebagai contoh tembakau Temanggung, semakin keatas posisi daun pda batang semakin tinggi kadar nikotinnya. Setiap jenis tembakau mempunyai kandungan kimia yang berbeda untuk menghasilkan karakter yang dikehendaki sehingga perlakuan budidayanya juga berbeda. Kandungan gula dan nikotin beberapa jenis tembakau, juga berbeda demikian juga ketahanan terhadap penyakit nematoda, lanas, dan bakteri. Kadar nikotin hanya dipengaruhi oleh lokasi,penanaman, sedangkan genotipe dan interaksi antara genotipe dengan lingkungan tidak mempengaruhi kandungan nikotin. Beberapa peneliti sedang melakukan penelitian untuk mendapatkan tembakau tanpa nikotin. Demikian juga dilakukan penelitian untuk mendapatkan protein anti kanker dari daun tembakau.