M P Sirappa
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian - Sulbar

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PRODUKTIVITAS DAN PELUANG PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU YANG DITANAM SECARA PTT DI SULAWESI BARAT M P Sirappa
AgroSainT Vol 6 No 3 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47178/agro.v6i3.331

Abstract

Varietas merupakan salah satu komponen inovasi teknologi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi padi. Penggunaan varietas unggul secara bersama-sama dengan komponen teknologi budidaya lainnya akan memberikan hasil padi yang lebih tinggi. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui produktivitas padi varietas unggul baru yang dibudidayakan secara PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada lahan sawah irigasi di Sulawesi Barat. Kegiatan dilaksanakan di desa Toabo, kecamatan Papalang, kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada tahun 2014. Luas areal tanam 3 ha, ditanam pada lahan sawah irigasi milik petani. Varietas unggul yang ditanam adalah Inpari 30 Ciherang Sub 1, Inpari 13, dan Mekongga. Mekongga dan Inpari 13 merupakan varietas yang sudah dikenal oleh petani di Sulawesi Barat, sedangkan Inpari 30 Ciherang sub 1 merupakan varietas unggul yang baru diperkenalkan kepada petani. Sistem tanam yang digunakan adalah jajar legowo 4:1 dengan jarak tanam 40 cm X (20 x 10 cm), 2-3 batang per lubang, umur bibit 20-21 hss. Pupuk yang digunakan didasarkan atas rekomendasi hasil pengukuran PUTS, yaitu 250 kg NPK Phonska, 200 kg urea dan 0,75 t/ha pupuk organik. Teknologi budidaya lainnya dilakukan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman secara Terpadu (PTT). Hasil kegiatan menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi (konversi dari hasil ubinan 2 x 3 m) dicapai pada varietas Inpari 30 Ciherang Sub-1 sebesar 10,05 t/ha GKP, menyusul Mekongga 9,78 t GKP, dan hasil terendah Inpari 13 sebesar 7,58 t GKP. Varietas unggul baru Inpari 30 Ciherang Sub1 memberikan hasil rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Mekongga dan Inpari 13 yang sudah lama ditanam petani, bahkan jauh di atas rata-rata hasil gabah yang dicapai di kabupaten Mamuju (5,09 t/ha) atau provinsi Sulawesi Barat (5,12 t/ha). Varietas unggul baru tersebut berpeluang untuk dikembangkan karena memiliki produktivitas rata-rata di atas varietas yang sudah eksis di Sulawesi Barat dengan inovasi teknologi PTT.
KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK PADA LAHAN SUB OPTIMAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI M P Sirappa
AgroSainT Vol 5 No 2 (2014)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47178/agro.v5i2.668

Abstract

Kajian penggunaan pupuk organic terhadap pertumbuhan dan hasil padi pada lahan sub optimal dilaksanakan di desa Debowae, kecamatan Waeapo, kabupaten Buru pada MT 2011,.Tujuan pengkajian adalah untuk mengtahui pengaruh tiga jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil padi pada lahan sub-optimal.Luas lahan yang digunakan seluas 1 ha.Perlakuan yang dikaji adalah penggunaan tiga jenis pupuk organik yang bersumber dari pupuk kandang kotoran sapi (PK), organik granul (OG), dan petroganik (PG).Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali (petani sebagai ulangan).Takaran pupuk organic yang digunakan adalah 3 t pupuk kandang, 1 t pupuk organik granul, dan 1 t pupuk petroganik per ha.Varietas yang digunakan adalah padi rawa varietas Indragiri, yang diperoleh dari Balai Besar Padi Sukamandi.Budidaya padi dilakukan dengan teknologi model pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Pupuk anorganik yang digunakan adalah 300 kg NPK Phonska dan 200 kg urea, dimana setengah bagian urea diberikan bersamaan seluruh NPK Phonska pada umur 7 hari setelah tanam (hst), dan sisa urea diberikan pada umur 24 hst dan 38 hst. Parameter yang diukur adalah sifat fisik dan kimia tanah, komponen pertumbuhan dan hasil tanaman.Hasil kajian menunjukkan bahwa jenis tanah pada lokasi kajian adalah Endoaquepts dengan status kesuburan tanah yang tergolong rendah.Jenis pupuk organik yang memberikan rata-rata pertumbuhan dan hasil padi terbaik adalah petroganik (PG), menyusul organik granul (OG) dan terendah pupuk kandang (PK). Rata-rata produktivitas padi yang diperoleh dengan penggunaan pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dan pemakaian varietas adaptif untuk lahan sub-optimalberkisar antara 6,58 – 6,75 t ha-1walaupun umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS INPARA PADA LAHAN SUB-OPTIMAL DI DESA DEBOWAE, KABUPATEN BURU M P Sirappa
AgroSainT Vol 5 No 3 (2014)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47178/agro.v5i3.683

Abstract

Pengkajian adaptasi terhadap enam varietas Inpara (inhibrida padi rawa) di desa Debowae, kecamatan Waeapo, kabupaten Buru dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2011.Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan 1 sampai 2 varietas adaptif dan produktivitas tinggi pada lahan sub-optimal.Luas lahan yang digunakan 1 ha.Sebanyak enam varietas yang dikaji, yaitu (1) Inpara 1 (V-1), (2) Inpara 2 (V-2), (3) Inpara 3 (V-3), (4) Inpara 4 (V-4), (5) Inpara 5 (V-5) dan (6) Indragiri (V-6).Menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan sebanyak 3 kali (petani sebagai ulangan).Pupuk yang digunakan adalah 300 kg NPK Phonska, 200 kg urea dan 3 t pupuk kandang per hektar.Budidaya padi dilakukan dengan model pengelolaan tanaman terpadu (PTT).Seluruh pupuk NPK Phonska dan setengah pupuk urea diberikan pada saat umur tanaman 7 hari setelah tanam (hst), dan sisa urea diberikan pada umur 21 dan 35 hst, sedangkan pupuk kandang disebar di petakan sebelum tanam.Parameter yang diukur adalah sifat fisik dan kimia tanah, komponen pertumbuhan dan hasil tanaman.Hasil kajian menunjukkan bahwa jenis tanah pada lokasi kajian termasuk Endoaquepts dengan status kesuburan tanah rendah.Keenam varietas Inpara tersebut rata-rata memberikan produktivitas yang lebih tinggi (4,87 – 7,95 t ha-1) dibandingkan dengan rata-rata produktivitas sebelumnya (1 – 2 t ha-1) atau hasil gabah yang diperoleh petani yang menanam varietas unggul untuk lahan sawah (2,60 – 2,90 t ha-1). Dari enam varietas yang dikaji, 4 varietas diantaranya memberikan hasil di atas 7 t ha-1, yaitu Inpara 4 (7,95 t ha-1), Indragiri (7,75 t ha-1), Inpara 1 (7,44 t ha-1), dan Inpara 2 (7,10 t ha-1), sehingga berpeluang untuk dikembangkan pada lahan sub-optimal di Maluku, khususnya di dataran Waeapo Buru.