Failisnur, Failisnur
Baristand Industri Padang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Perlakuan Limbah dan Jenis Mordan Kapur, Tawas, dan Tunjung Terhadap Mutu Pewarnaan Kain Sutera dan Katun Menggunakan Limbah Cair Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sofyan, Sofyan; Failisnur, Failisnur; Salmariza, Salmariza
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6438.831 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i2.668.79-89

Abstract

Gambier is an extract obtained from heat extraction of leaves and twigs of gambier plant followed by compression, sedimentation, and the formed paste is moulded and then dried. According to West Sumatra in figures, total production of gambier in West Sumatera in 2012 reached 14,220 tons. From the amount would be produced approximately 5,688,000 liters of liquid waste per year. The gambier waste is a by product of gambier production process which is untapped. High tannin content in the liquid waste is a dye that can be used as a textiles dye. The purpose of the research was to utilize liquid waste from gambier production process to dye silk and cotton fabrics with liquid waste treatment which was not stabilized or stabilized with mordant lime (CaCO3), alum Al2(SO4)3, and tunjung (FeSO4). The results of the research showed that dyeing with liquid waste by using different mordant would generate different colors. Silk and cotton fabrics were dyed with waste, whether stabilized or not stabilized and mordanted with lime, alum, and tunjung generated a reddish brown color,  bright yellow, and moss green respectively. When compared between silk and cotton, color absorption on silk was better. It could be seen from the darker color for the same treatment. The analysis results of color fastness to washing 40°C, the bright day light, and heat pressing generally ranged between good to excellent (scale 4-5).ABSTRAKGambir adalah getah yang diperoleh dari ekstraksi panas daun dan ranting tanaman gambir yang diikuti pengempaan, sedimentasi, dan pasta yang terbentuk dicetak lalu dikeringkan. Menurut Sumatera Barat dalam angka, total produksi gambir Sumatera Barat selama tahun 2012 mencapai 14.220 ton. Dari jumlah tersebut akan dihasilkan lebih kurang 5.688.000 liter limbah cair per tahun. Limbah gambir merupakan hasil samping dari proses produksi gambir yang belum dimanfaatkan. Kandungan tanin yang tinggi dalam limbah cair ini merupakan bahan pewarna yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah cair proses produksi gambir untuk pewarna kain sutera dan kain katun dengan perlakuan limbah cair yang tidak distabilkan dan yang distabilkan dengan mordan kapur (CaCO3), tawas Al2(SO4)3, dan tunjung  (FeSO4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencelupan dengan limbah cair menggunakan mordan yang berbeda menghasilkan warna yang berbeda pula. Kain sutera dan katun yang diwarnai dengan limbah, baik yang tidak distabilkan ataupun yang distabilkan menghasilkan warna coklat kemerahan untuk yang dimordan dengan kapur, kuning cerah untuk yang dimordan dengan tawas, dan hijau lumut yang dimordan dengan tunjung. Bila dibandingkan antara sutera dan katun, maka penyerapan warna pada sutera lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari warna yang lebih tua untuk perlakuan yang sama. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40oC, terhadap sinar terang hari, dan terhadap penekanan panas umumnya berkisar antara baik sampai dengan baik sekali (skala 4-5).
Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sebagai Pewarna Alam Kain Batik Sutera, Katun, dan Rayon Sofyan, Sofyan; Failisnur, Failisnur
Jurnal Litbang Industri Vol 6, No 2 (2016)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.078 KB) | DOI: 10.24960/jli.v6i2.1721.89-98

Abstract

Gambier (Uncaria gambir Roxb.) is one of main commodities in West Sumatra Province where most of the products are exported in raw gambier form. Many benefits that can be derived from gambier, but there is no diversify of this product. The research was aimed to use gambier as natural dyes in batik fabric and to see the quality of the batik that had been dyed. The study was conducted by varying the type of fabric (silk, cotton, and rayon) and the type of mordant or color fixer namely lime (CaO), alum (Al2(SO4)3), and ferous salt (FeSO4). The fabrics which had been dyed were tested color direction, color fastness of washing, light, rubbing, moreover acid and alkaline perspiration. The results showed that the color direction was brownish with different color darkness depending on the type of mordant used. The results of testing on color fastness were good to excellent averagely. In term of the type of fabric, from the three types of fabric used, silk gave the best result in terms of color fastness of washing and perspiration of acid and alkaline with average test results was good to excellent (scale 4-5). The use of different types of mordant had not given significant effect on testing of color fastness to light and rubbing. ABSTRAKGambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditi unggulan Provinsi Sumatera Barat dimana hampir sebagian besar produknya diekspor dalam bentuk gambir mentah. Sangat banyak manfaat yang dapat diperoleh dari gambir, namun belum ada hilirisasi produk ini di dalam negeri. Tujuan penelitian adalah menggunakan gambir sebagai pewarna alam pada kain batik dan melihat kualitas kain batik yang telah diwarnai. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jenis kain (sutera, katun, dan rayon) dan jenis mordan atau pembangkit warna yaitu kapur (CaO), tawas (Al2(SO4)3), dan tunjung (FeSO4). Kain yang telah diwarnai dilakukan pengujian arah/beda warna, ketahanan luntur warna terhadap pencucian, sinar, gosokan, dan keringat asam dan basa. Hasil penelitian didapatkan warna ke arah kecokelatan dengan ketuaan warna yang berbeda-beda tergantung jenis mordan yang digunakan. Hasil pengujian ketahanan luntur warna rata-rata adalah baik sampai baik sekali. Bila ditinjau dari jenis kain, maka dari tiga jenis kain yang digunakan, kain sutera memberikan hasil terbaik dari segi ketahanan luntur warna terhadap pencucian, serta keringat asam dan basa dengan rata-rata hasil pengujian baik sampai baik sekali (skala 4-5). Penggunaan jenis mordan yang berbeda tidak memberikan pengaruh pada pengujian ketahanan luntur warna terhadap sinar dan gosokan.