Tengku Astari
STIKOM InterStudi

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Analisis Teori Semiotika Roland Barthes Dalam Film Miracle in Cell No.7 Versi Indonesia Callista Kevinia; putri sayahara putri syahara; Salwa Aulia; Tengku Astari
COMMUSTY Journal of Communication Studies and Society Vol. 1 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38043/commusty.v1i2.4082

Abstract

Film terbentuk apabila terdapat suatu cerita yang memiliki pesan untuk diperlihatkan kepada khalayak atau penonton. Film menyampaikan pesannya melalui gambar bergerak, warna dan suara. Sementara itu menurut Barthes, semiotika adalah ilmu yang digunakan untuk mengartikan suatu tanda, di mana bahasa juga merupakan susunan atas tanda-tanda yang memiliki pesan tertentu dari masyarakat. Tanda - tanda tersebut dapat berupa lagu, dialog, not musik, logo, gambar, mimik wajah, hingga gerak tubuh. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan paradigma interpretif. Kualitatif deskriptif adalah salah satu teknik atau metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih menekankan kepada pengamatan suatu fenomena dan memerlukan insting yang tajam dari peneliti. Objek kajian dari penelitian ini adalah film Miracle in Cell No. 7, menceritakan tentang kisah Dodo Rozak yang memiliki keterbatasan mental. Ia memiliki anak perempuan cantik dan baik bernama Kartika. Dalam film ini, Dodo dituduh sebagai pelaku pembunuhan dan pemerkosaan gadis kecil bernama Melati, seorang putri dari pejabat terkenal lalu dibawa ke ranah hukum dan mendapatkan hukuman mati sehingga harus berpisah dari putrinya, Kartika. Walaupun Bapak Dodo seorang difabel, ia terus berusaha menjadi seorang ayah yang sempurna demi membahagiakan Kartika. Maka dari itu, peneliti tertarik dengan cara Bapak Dodo mengekspresikan apa yang ia rasakan sebagai bagian dari berkomunikasi. Hasilnya, peneliti memahami bahwa masing-masing manusia memiliki caranya sendiri bahkan cara Bapak Dodo bisa terbilang unik. Peneliti juga berharap agar masyarakat dapat memahami juga agar tidak terjadi penghakiman sendiri.