Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

JUNIOR TOURISM AGENT KADER WISATA MUDA DALAM PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA BARU DI DESA PAMOTAN KECAMATAN KALIPUCANG KABUPATEN PANGANDARAN UNTUK MEWUJUDKAN DESA WISATA YANG MANDIRI Dian Ramdani; Hadianto Harisma; Yogi Pratama; Agung Ramadhan; Dwi Adi Wahyudi; Oka Agus Kurniawan Shavab
Jurnal Pengabdian Siliwangi Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : LPPM Univeristas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/jsppm.v4i2.531

Abstract

Desa Pamotan merupakan wilayah yang berada di bawah administrasi Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Destinasi potensial wisata yang dapat diangkat di desa ini sangat unik dan beragam salah satunya wisata alam, budaya , dan situs bersejarah peninggalan zaman kolonial Belanda. Namun seluruh unsur potensial wisata di Desa Pamotan ini  terabaikan dan dipandang sebelah mata baik oleh pemerintah setempat, dinas pariwisata dan budaya, dan PT. KAI sebagai wadah dalam pengembangan aset potensial peninggalan Belanda. Oleh karena itu, perlu suatu upaya yang benar-benar nyata untuk mengangkat aset potensial wisata desa ini. Aset wisata potensial Desa Pamotan paling menarik yaitu Terowongan Wilhelmina yang sering disebut dengan Terowongan Sumber. Terowongan ini termasuk terpanjang se-Indonesia dengan total 1,1 km yang menghubungkan Banjar dan Cijulang namun ditutup pada 1984. Selain itu, Jembatan Panjang Cikacepit dengan panjang 290 meter layak pula untuk dibuka kembali sebagai destinasi wisata selain Air Terjun Alami yang dinamakan Air Terjun Sabot I dan II. Potensi wisata keempat yaitu Pelabuhan Penyeberangan Majingklak yang terletak di Dusun Majingklak yang merupakan akses penyeberangan ke pulau dan Pantai Putih Nusa Kambangan dan Kampung Laut Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Lokasi terakhir yaitu Palatar Agung yang terletak di Dusun Ciawitali dengan wisata andalan yang menjual panorama persawahan dan laut. Kelima aset potensial wisata ini sangat unik dan pantas diangkat menjadi wisata yang sesungguhnya. Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka telah menginspirasi kami membuat program Kader Wisata Muda Desa Pamotan sebagai program kreativitas kami yang merekrut pemuda lokal berusia antara 13-18 tahun menjadi pelopor utama dalam pengangkatan potensi wisata desa. Pelatihan public speaking tiga bahasa yaitu Sunda, Indonesia, dan Inggris diberikan tim program sekaligus promo wisata lewat media sosial demi peningkatan aset potensi daerah. Melalui kegiatan ini diharapkan mampu menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara sehingga masyarakat, pemerintah Kabupaten Pangandaran, dan instansi pemerintah terkait lebih peduli akan situs peninggalan berupa cagar budaya yang mampu meningkatkan perekonomian daerah dan pencapaian Desa Wisata Pamotan yang mandiri.
THE IMPACT OF DISTORTED HISTORICAL INFORMATION IN TIKTOK VIDEOS ON STUDENTS' UNDERSTANDING OF HISTORY (Naturalistic Inquiry Study in Class XI SMAN 1 Garut) Hadianto Harisma; Agus Mulyana; Wildan Insan Fauzi
SOSIOEDUKASI Vol 14 No 2 (2025): SOSIOEDUKASI : JURNAL ILMIAH ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
Publisher : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/sosioedukasi.v14i3.5724

Abstract

Abstract in Historical distortions in social media content, particularly on TikTok, pose a new challenge in history education because the information disseminated is often simplistic, provocative, and lacking in historiographical accuracy. This study was motivated by the phenomenon of widespread historical content on TikTok that does not align with historical facts yet remains popular and trusted by students. The objective of this study is to examine the impact of historical distortion in TikTok content on students' understanding of history at SMA Negeri 1 Garut. The method used is qualitative with a naturalistic inquiry approach, focusing on in-depth interviews with students and history teachers, participatory observation, and document analysis of the historical content consumed by students. The results of the study indicate that most students are influenced by invalid historical content on TikTok, which leads to misinterpretations of historical events, weak critical thinking skills regarding sources, and the emergence of narrow and biased historical perceptions. On the other hand, teachers play a crucial role in countering such distortions through educational approaches that emphasize source clarification, open discussions, and media literacy enhancement. The conclusion of this study emphasizes that history education in the digital age must be accompanied by adaptive and critical pedagogical strategies, so that students can distinguish between valid and distorted historical narratives and grow into active subjects in building reflective and responsible historical understanding.