Perairan Indonesia hingga saat ini masih menunjukan adanya pencemaran, walaupun pada tahun 2020 Bappenas telah mengklaim bahwa air bersih nasional akan mencapai 100% pada akhir tahun 2024. Sistem pembuangan limbah dari berbagai sektor ke aliran sungai serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya air bagi kesehatan menjadi tantangan terbesar dalam menghadapi persoalan ini. Upaya pemurnian air menggunakan penyaring telah banyak diteliti dan diterapkan. Salah satu penyaring alami adalah Pilsbryoconcha exilis (kerang kijing). Tujuan penulisan artikel review ini adalah mengkaji lebih dalam mengenai struktur dan morfologi kerang kijing, kandungan nutrisi, serta manfaatnya dalam mengatasi berbagai persoalan lingkungan. Kajian dilakukan dengan mengumpulkan data penelitian selama 10 tahun terakhir dari tahun 2014-2024 pada Google Scholar, Crossref, dan Elsevier. Data yang dikumpulkan sebanyak 54 artikel, yang kemudian dipilah berdasarkan kata kunci. Hasil pengolahan data mendapatkan 55 unsur dan senyawa dalam kerang kijing termasuk logam berat, dan berbeda pada setiap kerang. Hal ini dikarenakan ekosistem akan mempengaruhi pertumbuhan kerang seperti pH, suhu, kadar oksigen, hingga bakteri dan plankton yang menjadi makanan kerang. Pemanfaatan kijing sebagai bahan makanan terus mengalami peningkatan meski kijing telah diklaim mengandung logam berat yang berbahaya bagi konsumen. Penelitian terhadap teknik pengolahan kijing mendapatkan bahwa kandungan logam berat pada kijing akan menurun melalui perebusan pada suhu 100 oC. Disamping itu, pemanfaatan kijing sebagai biofilter, hidroksiapatit, antibakteri, serta antioksidan juga menunjukkan hasil yang menjanjikan. Penelitian lanjutan terhadap manfaat kerang kijing perlu terus dilakukan mengingat, kerang ini berkembang biak dengan baik di hampir seluruh wilayah perairan Indonesia, dan memiliki manfaat-manfaat yang belum dikaji secara mendalam.