This Author published in this journals
All Journal Media Matrasain
Frits O. P. Siregar
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENILAIAN TERHADAP ARSITEKTUR Frits O. P. Siregar
MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 1 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v8i1.308

Abstract

AbstrakPerbedaan penafsiran tentang arsitektur bukanlah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan, dipertentangkan dan diperdebatkan dalam mencari yang benar dan yang salah. Permasalahan ini dibahas dengan maksud untuk mengkaji nilai-nilai keindahan yang dipancarkan lewat karya-karya arsitektur dari masing-masing tafsiran tersebut.Penilaian terhadap arsitektur pada dasarnya berhubungan dengan estetika visual. Sejak zaman dahulu banyak filosof yang memikirkan tentang hakekat estetika / keindahan. Keindahan adalah unsur emosional, sesuatu perasaan terpesona yang menyenangkan pada diri kita, merupakan kesadaran yang bersifat apresiatif, suatu sensasi yang membangkitkan kekaguman dan penghargaan.Tepat atau tidak suatu suatu penilaian terhadap arsitektur harus menggunakan kaca mata yang tepat untuk dapat mendudukan karya tersebut dalam bingkai penilaian yang sesuai.Pendekatan dalam perencanaan merupakan suatu kekuatan yang mempengaruhi hasil rancangan berupa karya arsitektur. Ada dua kekuatan dalam pendekatan perencanaan yaitu, “kekuatan fisik” dan “kekuatan sosial budaya”, dimana kekuatan fisik adalah milik tingkatan fungsi dan teknik, sedangkan kekuatan sosial budaya adalah milik dari tingkatan bentuk. Sehingga dengan kekuatan-kekuatan yang berpengaruh terhadap rancangan inilah dapat dilihat pusatperhatian dalam proses perancangan.Preseden dalam arsitektur adalah salah satu metode penilaian terhadap arsitektur yang secara mendalam meliputi tiga aspek, yaitu aspek konseptual, aspek programatik dan aspek formal.Kata kunci: arsitektur, estetika, penilaian, preseden
EKSPRESI BUDAYA PADA FACADE BANGUNAN TINGGI Study Kasus: Menara Da Vinci Frits O. P. Siregar
MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 3 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v8i3.321

Abstract

AbstrakPencerminan ekspresi dimulai melalui kebudayaan. Rancangan bangunan primitip menampilkan bentuk-bentuk dan pola-pola berdasarkan pengertian mistik dan religius. Selanjutnya penerapan sisi religius pada perancangan bangunan mengalami perkembangan dan memberi pengaruh kepada kebudayaan lain. Arsitektur Yunani menyebarkan pengaruh kepada arsitektur Roma dan kemudian terhadap Renaisance dan seterusnya.Dalam cara-cara seperti inilah gaya kearsitekturan terbentuk.Gaya (style) dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam suatu bentuk-bentuk yang dapat mengingatkan kepada suatu periode ataupun wilayah tertentu. Di Indonesia kelatahan ini telah terjadi dimana cukup banyak bangunan (terutama perumahan) yang mengikuti gaya klasik yang berasal dari Eropa yang sebenarnya tidak cocok untuk kondisi iklim di Indonesia yang tropis lembab.Sistem ekpresif dalam arsitektur merupakan salah satu metode yang digunakan para kritikus dalam membuat kritik interpretif pada suatu karya arsitektur.Salah satu sumber esensial kebudayaan barat adalah kebudayaan Yunani klasik dan untuk memahami manusia Barat beserta arsitekturnya adalah harus memahami tentang buah-buah pikir maupun seni Yunani klasiknya yang dimana salah satu bentuk ekspresinya adalah neoklasik.Fasade bangunan Menara Da Vinci mengekspresikan nuansa neo klasik terbagi dalam tiga bagian utama. Pertama base dari lantai 1 hingga 13, lalu body dari lantai 14 sampai 29 dan roof, yaitu kombinansi grand penthouse, royal penthouse dengan tiga kubah perunggu berwarna turquoise yang terinspirasi dari kubah Basilika St. Peter.Kata kunci; ekspresi, budaya, kebudayaan, neoklasik
FENG SHUI DALAM ARSITEKTUR Teguh Rohman Hakim; Frits O. P. Siregar
MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 3 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v8i3.341

Abstract

ABSTRAKFeng Shui merupakan salah satu Ilmu tentang tata bangunan yang menyarankan manusia dan alam hidup harmonis dan sejalan. Pengrusakan dan bencana akan terjadi bila tidak ada keselarasan.Dasar ilmu Feng Shui diterapkan melalui pemahan tentang teori Yin dan Yang yang mana teori Yin dan Yang menjelaskan tentang hakekat keseimbangan serta ketergantungan antara satu dengan yang lain serta aplikasi yang dijelaskan melalui media warna hitam, putih yang saling mempegaruhi. Selain itu teori dasar lima unsur yaitu air, kayu, api, logam, tanah yang diterapkan melalui pencocokan elemen agar mendapatkan kebahagiaan dalam penerapan ilmu Feng Shui terhadap bangunan. Serta berbagai kasus yang dijelaskan sebagai landasan pembangunan.Kata kunci : Feng Shui, Aplikasi
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR Stenly Yerli Taaluru; Frits O. P. Siregar
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i2.661

Abstract

Material merupakan salah satu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari arsitektur. Material mampu mendefinisikan ruang, membentuk karakter bangunan hingga mampu membawa pengguna bangunan pada tingkat pengalaman puitis. Material dengan demikian merupakan salah satu medium dalam menghadirkan pengalaman arsitektur. Pengalaman arsitektur ialah berbicarakan tentang bagaimana arsitektur dialami secara nyata melalui pengalaman sensoris kesatuan indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan. Kecenderungan gerakan arsitektur modern yang lebih menyukai penggunaan material untuk menghasilkan efek abstraksi yang imaterial, dan di sisi lain arsitektur post-modern yang menjadikan sistem tanda dan informasi sebagai pengalaman arsitekturalnya mengarahkan kita pada keadaan dimana arsitektur seolah jauh dari sesuatu yang nyata, dan pula menciptakan pengalaman arsitektur yang hanya pada tingkatan persepsi visual semata. Ekpresi material dapat menjadi medium hadirnya pengalaman arsitektur yang menyeluruh, dimana pengalaman tersebut tidak sekedar pengalaman persepsi visual dari indera penglihatan, namun merupakan suatu kesatuan pengalaman antara indera penglihatan, peraba, pendengaran dan penciuman, yang pada akhirnya menjadikan arsitektur tidak hanya dapat dilihat tapi lebih dari itu dapat dialami. Kata kunci : ekspresi, material, pengalaman arsitektur