Anggi Fernando
Program Studi Seni Karawitan Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Representasi Kesenian Dikia Baruda Di Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar Pada Komposisi Musik “Ma Ayun” Anggi Fernando; Admiral Admiral; Jhori Andela; Yurnalis Yurnalis
Jurnal Musik Nusantara Vol 4, No 1 (2024): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v4i1.4221

Abstract

Dikia Baruda merupakan salah satu bentuk kesenian bernuansa Islam, berupa amalan zikir yang dibawakan secara ritmis yang hidup dan berkembang di Nagari Andaleh Baruah Bukik Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar. Kesenian Dikia Baruda ditampilkan pada acara-acara besar Islam dan acara adat lainnya, biasanya dibawakan secara arak-arakan dan juga sambil duduk tergantung konteks acara dan dimainkan oleh 10-15 orang. Dikia Baruda memiliki beberapa repertoar diantaranya Maulay, Perayaan, Salamin Jamin, dan Dini Hari. Pada repertoar Salamin Jamin terdapat keunikan pada melodi vokal yang berombak dan pola rebana yang bersifat repetitif, dari analisis tersebut berdasarkan pada formulasi formulasi penciptaaan komposisi musik, maka repertoar Salamin Jamin menjadi sebuah ide untuk membuat sebuah komposisi musik baru yang bersumber dari kesenian Dikia Barudah khususnya pada repertoar Salamin Jamin, sekaligus memberikan pemahaman bahwa seni tradisi dapat dijadikan sebagai sumber penggarapan karya baru yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. Penciptaan komposisi musik ini dilakukan melalui pendekatan tradisi dengan beberapa teknik pengolahan/penggarapan. Data yang digunakan untuk mewujudkan ide/gagasan berdasarkan studi lapangan berupa observasi, eksplorasi, penyiapan bahan, perwujudan. Data lain diperoleh dari rekaman audio, perpustakaan berupa buku penelitian terdahulu, dan arsip dari daerah setempat terkait kesenian Dikia Baruda, sehingga karya yang dilahirkan tetap berpijak pada nilai nilai tradisi namun lahir dengan kebaruannya.