Meskipun Gorontalo merupakan salah satu daerah dengan tingkat produksi jagung terbesar, tingkat produktivitasnya masih terhitung rendah sebab masih dibawah rata-rata nasional sebab kurangnya penerapan Good Agricultual Practice (GAP) dalam budidaya jagung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi komponen-komponen inovasi pada budidaya jagung hibrida dalam GAP jagung, dan menganalisis persepsi petani terhadap komponen GAP yang di adopsi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Makmur Kecamatan Bulango Ulu, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo dengan menggunakan pendekatan mixed-method kualitatif dan kuantitatif, dengan model exploratory sequential. Wawancara mendalam terhadap informan, serta wawancara dengan kuisioner terhadap 60 petani jagung dilakukan melalui lensa teori Technology Acceptance Model (TAM) yakni aspek keuntungan (usefulness) dan kemudahan (ease of use). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat 10 komponen inovasi pada budidaya jagung hibrida dalam GAP jagung, dimana jika 10 komponen ini dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur maka besar juga peluang dalam berhasilnya usahatani jagung. Terdapat komponen inovasi yang dianggap menguntungkan dan mudah dilakukan yaitu panen tepat waktu, pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung, penggunaan benih jagung bermutu, pengeringan segera setelah panen, namun juga terdapat komponen yang dianggap tidak menguntungkan dan sulit dilakukan yaitu pembumbunan pada akar jagung dan penggunaan pupuk organik.Oleh karena itu, agar produktivitas jagung hibrida oleh petani dapat meningkat, dibutuhkan peran penyuluh pertanian agar dapat menysusun strategi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani, yakni komponen inovasi yang dianggap tidak menguntungkan dan menyulitkan. Agar dapat meningkatkan potensi adopsi seluruh komponen GAP sehingga produktivitas jagung hibrida dapat lebih meningkat.