The village of Cibuluh, Subang, which is flowed by water and is also a meeting place for 7 rivers, shows its identity through spatial patterns and activities. The village has potential which includes the natural beauty of the hills and the use of agricultural land, as well as a well-maintained environment. The existence of the Cipunagara river pollution phenomenon in 2016 which was suspected to be the impact of factory waste has reduced the potential of Cibuluh Village, both from the economic, tourism and river culture aspects. The loss for Cibuluh Village is not only limited to the death of native fish, but the livelihoods of the village community are also threatened. The method for this writing uses a qualitative interpretive research method on the context of people's lives from an economic, social and cultural perspective as well as the use of space in Cibuluh Village. The discussion in this paper includes mapping the physical, social and cultural environment of the village; Identify existing potentials and challenges; as well as analyzing the relationship between rivers, agriculture, and culture of Cibuluh Village, Subang. The purpose and focus of this writing is to propose a program prospect that is able to increase village resilience starting from the cultural capital and local identity that is already owned. Overall, the results of the discussion from this writing are that Cibuluh Village has great cultural potential. The thickness of the community with traditional arts and skills is a capital that has the potential to be developed. However, there needs to be spaces to allow for program interventions that are able to help increase the existence of this Cibuluh Village. Application of Participatory Architecture and Collaboration between relevant stakeholders will be key in achieving the goals. Keywords: participatory architecture; local identity; village resilience Abstrak Desa Cibuluh, Subang yang dialiri sekaligus menjadi tempat bertemunya 7 aliran sungai ini memperlihatkan identitasnya melalui pola ruang dan aktivitasnya. Desa memiliki potensi yang meliputi keindahan alam perbukitan dan pemanfaatan lahan pertanian, serta lingkungannya yang tetap terjaga dengan baik. Adanya fenomena pencemaran sungai Cipunagara 2016 silam yang diduga merupakan dampak dari limbah pabrik telah menurunkan potensi dari Desa Cibuluh, baik dari aspek ekonomi, pariwisata, hingga budaya sungai. Kerugian bagi Desa Cibuluh bukan hanya sebatas matinya ikan natif, tetapi penghidupan masyarakat desa juga turut terancam. Metode untuk penulisan ini menggunakan metode penelitian interpretatif kualitatif terhadap konteks kehidupan masyarakat dari segi ekonomi, sosial, dan budaya serta pemanfaatan ruang di Desa Cibuluh. Pembahasan dalam penulisan ini meliputi pemetaan lingkungan fisik, sosial, dan budaya desa; Mengidentifikasi potensi dan tantangan yang ada; serta menganalisis hubungan antara sungai, pertanian, dan kebudayaan Desa Cibuluh, Subang. Adapun tujuan dan fokus dari penulisan ini adalah mengajukan suatu prospek program yang mampu meningkatkan resiliensi desa berangkat dari modal kebudayaan dan identitas lokal yang sudah dimiliki. Secara keseluruhan, hasil pembahasan dari penulisan ini yaitu Desa Cibuluh memiliki potensi budaya yang besar. Kentalnya masyarakat dengan kesenian dan keterampilan tradisional menjadi modal yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Namun, butuh adanya ruang-ruang untuk memungkinkan dilakukannya intervensi program yang mampu membantu meningkatkan eksistensi dari Desa Cibuluh ini. Penerapan Arsitektur Partisipatif dan Kolaborasi antara pemangku kepentingan yang relevan akan menjadi kunci dalam mencapai tujuan.