Keputihan adalah kondisi yang sangat umum dialami oleh wanita, dengan Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa hingga 75% wanita mengalami setidaknya satu episode keputihan dalam hidup mereka, sementara 45% mengalami lebih dari dua kali. Di Indonesia, keputihan sering menjadi masalah kesehatan reproduksi, khususnya pada remaja putri. Hal ini dipengaruhi oleh iklim tropis yang mendukung pertumbuhan jamur seperti Candida albicans, serta perubahan hormonal selama masa pubertas yang meningkatkan risiko keputihan patologis. Penelitian terbaru mengevaluasi efektivitas terapi nonfarmakologis, yaitu rebusan daun sirih (Piper betle) dan agar-agar lidah buaya (Aloe vera), dalam mengatasi keputihan pada remaja. Studi kasus ini melibatkan dua remaja putri dengan keputihan patologis, menggunakan data primer melalui observasi. Kedua metode terapi menunjukkan keberhasilan, di mana gejala keputihan berkurang hingga hilang sepenuhnya setelah intervensi. Efektivitas daun sirih diduga berasal dari kandungan senyawa antibakteri dan antijamur seperti eugenol, flavonoid, dan tanin, yang secara aktif melawan mikroorganisme penyebab infeksi. Lidah buaya, dengan efek antiinflamasi dan regeneratifnya, membantu memperbaiki jaringan yang rusak. Kombinasi ini memberikan efek sinergis dalam meningkatkan kesehatan reproduksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi herbal dapat menjadi solusi aman dan alami untuk keputihan, khususnya di komunitas yang memiliki keterbatasan akses ke perawatan medis konvensional. Namun, studi lebih lanjut dengan sampel lebih besar diperlukan untuk memvalidasi hasil ini dan mengeksplorasi penggunaan jangka panjang. Edukasi tentang kebersihan organ intim juga penting untuk mencegah keputihan.