Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Infertilitas sebagai Stres Kronik: Pengaruh Resiliensi terhadap Kualitas Hidup Perempuan dengan Infertilitas Lisyanti; Kilis, Grace
Psyche 165 Journal Vol. 17 (2024) No. 3
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/jpsy165.v17i3.401

Abstract

Infertilitas sebagai stres kronik memengaruhi kualitas hidup dan kemampuan perempuan dengan infertilitas untuk bangkit yang disebut sebagai resiliensi. Kualitas hidup yang baik merupakan prediktor akan keberhasilan program hamil. Individu yang resilien melihat sumber stres sebagai pengalaman belajar positif yang membuat mereka lebih kuat dan terus mencari sumber daya, sehingga mereka dapat menghadapi kondisi sulit dengan adaptif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah resiliensi memengaruhi kualitas hidup pada perempuan dengan infertilitas. Kriteria inklusi partisipan penelitian adalah perempuan berusia minimal 18 tahun, sedang menjalani hubungan pernikahan minimal 1 tahun, belum memiliki anak dan sedang mengusahakan kehamilan melalui program hamil alami atau medis, serta menunjukkan distres psikologis terkait infertilitas kategori sedang atau tinggi. Terdapat 129 perempuan dewasa (rata-rata usia 27,8 tahun) yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Tingkat resiliensi diukur dengan menggunakan Connor-Davidson Resilience Scale 25 (CD-RISC 25) dan kualitas hidup diukur menggunakan WHO Quality of Life Brief (WHOQOL-Bref). Uji simple regeression menunjukkan bahwa terdapat pengaruh resiliensi yang positif dan signifikan terhadap masing-masing dimensi kualitas hidup. Perempuan infertil yang resilien mampu melihat hidup dengan penuh harapan meskipun dihadapkan pada masalah atau kondisi sulit. Resiliensi mendorong individu agar terlibat dalam aktivitas yang bermakna, seperti membangun hubungan yang dekat dengan orang lain, bergabung dalam komunitas, dan meluangkan waktu untuk rekreasi. Diskusi terkait masing-masing dimensi kualitas hidup dan saran penelitian lanjutan menunjukkan perlunya menjaring populasi partisipan yang lebih beragam.
PERAN MODERASI RELIGIOUS COPING TERHADAP HUBUNGAN RESILIENSI DAN KUALITAS HIDUP PADA PEREMPUAN DENGAN INFERTILITAS: The Moderating Role of Religious Coping on the Relationship between Resilience and Quality of Life in Women with Infertility Kilis, Grace; Lisyanti
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen Vol. 18 No. 1 (2025): JURNAL ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN 18.1
Publisher : Department of Family and Consumer Sciences, Faculty of Human Ecology, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24156/jikk.2025.18.1.38

Abstract

Perempuan dengan infertilitas di Indonesia seringkali melibatkan keyakinan pada Tuhan, baik secara positif maupun negatif, sebagai coping menghadapi stres infertilitas. Tujuan penelitian kuantitatif ini adalah untuk melihat apakah religious coping (the Brief Religious Coping) memoderasi hubungan antara resiliensi (Connor-Davidson Resilience Scale 25) dan kualitas hidup (WHO Quality of Life Brief). Data dikumpulkan dari 135 perempuan (mean usia 27,8 tahun, SD = 3,58) yang mempersepsi sedang menghadapi kondisi infertilitas yakni sudah menikah minimal satu tahun, tidak sedang menunda kehamilan dengan mengusahakan kehamilan melalui cara alami ataupun program hamil, dan belum berhasil memiliki anak serta menunjukkan stres infertilitas yang tinggi. Hasil uji moderasi menunjukkan hipotesis 1 dan 2 penelitian ditolak, yaitu baik positive religious coping maupun negative religious coping tidak memoderasi hubungan antara resiliensi dan masing-masing dimensi kualitas hidup. Meskipun demikian, uji korelasi menunjukkan temuan menarik adanya korelasi positif antara negative religious coping dengan resiliensi dan dimensi environment. Penelitian ini menunjukkan pentingnya penyediaan sarana-prasarana, seperti informasi kesehatan, layanan konseling, dan komunitas pendukung untuk meningkatkan kemampuan bangkit dalam menghadapi stres infertilitas.