Qurrotul'ain, Diah
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MAKNA DAN SIMBOL TRADISI BROKOHAN DI DESA KLAMPISAN Qurrotul'ain, Diah
Jurnal Budaya Etnika Vol 8, No 1 (2024): GERAKAN UJUNGBERUNG REBELS, ANTROPOLOGI NOSTALGIA, DAN MEME LIRIK HAREUDANG PASU
Publisher : Institute of Indonesia Arts and Culture (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v8i1.2875

Abstract

ABSTRAK Di Indonesia, terdapat beragam tradisi, termasuk di antaranya adalah upacara menyambut kelahiran bayi. Seperti yang diterapkan oleh masyarakat Desa Klampisan, setiap kali ada yang baru melahirkan, mereka melaksanakan suatu tradisi yang dikenal sebagai brokohan. Penelitian ini berusaha menggali tentang tradisi brokohan yang dilakukan oleh warga Desa Klampisan sekaligus mencari makna dan simbol dalam tradisi tersebut. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Penggalian data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Teori yang dipakai dalam peneltian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Tradisi Brokohan merupakan tradisi yang masih dilestarikan di Desa Klampisan. Sebagaimana tradisi-tradisi lainya tradisi brokohan mengalami penyesuaian dengan nilai-nilai ajaran gama Islam. Tradisi Brokohan dilakuakan dengan acara doa bersama dan diakhiri dengan acara berkatan (sajian). Dan setiap sajian tersebut mengandung makna filosofis tersendiri. Di antara sajian-sajian yang disajikan dalam acara brokohan di Desa Klampisan adalah Nasi ambengan, jenang merah. Ingkung, telur dan urap-urap. Kata kunci: Brokohan; sajian; makna. ABSTRACT In Indonesia, a variety of traditions exists, one of which revolves around welcoming the birth of a newborn. As practiced by the residents of Klampisan Village, whenever someone gives birth, they engage in a customary ritual known as brokohan. This study aims to delve into the brokohan tradition, seeking to unveil the meanings and symbols embedded in this cultural practice. Qualitative research methods are employed, utilizing observation and interview techniques for data collection. The theoretical framework applied in this study draws upon Roland Barthes' semiotic theory. The findings of this investigation uncover that the Brokohan Tradition continues to thrive in Klampisan Village. Similar to other traditions, the brokohan ritual has adapted to align with the values espoused by Islamic teachings. The tradition involves a collective prayer event and culminates with a berkatan (serving) ceremony, where each dish holds its own philosophical significance. Among the dishes presented during the brokohan ceremony in Klampisan Village are Nasi Ambengan, red porridge (jenang merah), Ingkung (a traditional Javanese chicken dish), eggs, and urap-urap (a Javanese salad). Keywords: Brokohan, dishes, meanings.
Pengaruh Tingkat Literasi Gender Terhadap Konstruksi Gender Di Kabupaten Kediri Qurrotul'ain, Diah
Jurnal Kajian Gender dan Anak Vol 8, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24952/jkga.v8i2.13165

Abstract

Gender literacy plays a crucial role in shaping gender justice within society. The level of gender literacy directly influences how gender roles and norms are constructed. Gender literacy is a deeper understanding of gender roles, gender equality, and gender-related issues. A high level of awareness regarding gender equality fosters greater sensitivity toward achieving gender justice. This research adopts a descriptive method, with data collected through a survey using a questionnaire as the primary data collection tool. The findings indicate that the understanding of gender among the community in Kediri Regency is relatively strong. The community has widely embraced gender equality values, which have been disseminated through education and social media. However, patriarchal stereotypes persist, resulting in unequal gender constructions within society. A solid understanding of gender and gender construction can empower the people of Kediri to challenge, explore, and advocate for fairer social changes, ultimately leading to more equitable gender justice. Youth, in particular, can serve as agents of change by advocating for gender equality, educating the public, and actively participating in initiatives that promote gender equality.
MAKNA DAN SIMBOL TRADISI BROKOHAN DI DESA KLAMPISAN Qurrotul'ain, Diah
Jurnal Budaya Etnika Vol. 8 No. 1 (2024): GERAKAN UJUNGBERUNG REBELS, ANTROPOLOGI NOSTALGIA, DAN MEME LIRIK HAREUDANG PAS
Publisher : Institute of Indonesia Arts and Culture (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v8i1.2875

Abstract

ABSTRAK Di Indonesia, terdapat beragam tradisi, termasuk di antaranya adalah upacara menyambut kelahiran bayi. Seperti yang diterapkan oleh masyarakat Desa Klampisan, setiap kali ada yang baru melahirkan, mereka melaksanakan suatu tradisi yang dikenal sebagai brokohan. Penelitian ini berusaha menggali tentang tradisi brokohan yang dilakukan oleh warga Desa Klampisan sekaligus mencari makna dan simbol dalam tradisi tersebut. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Penggalian data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Teori yang dipakai dalam peneltian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Tradisi Brokohan merupakan tradisi yang masih dilestarikan di Desa Klampisan. Sebagaimana tradisi-tradisi lainya tradisi brokohan mengalami penyesuaian dengan nilai-nilai ajaran gama Islam. Tradisi Brokohan dilakuakan dengan acara doa bersama dan diakhiri dengan acara berkatan (sajian). Dan setiap sajian tersebut mengandung makna filosofis tersendiri. Di antara sajian-sajian yang disajikan dalam acara brokohan di Desa Klampisan adalah Nasi ambengan, jenang merah. Ingkung, telur dan urap-urap. Kata kunci: Brokohan; sajian; makna. ABSTRACT In Indonesia, a variety of traditions exists, one of which revolves around welcoming the birth of a newborn. As practiced by the residents of Klampisan Village, whenever someone gives birth, they engage in a customary ritual known as brokohan. This study aims to delve into the brokohan tradition, seeking to unveil the meanings and symbols embedded in this cultural practice. Qualitative research methods are employed, utilizing observation and interview techniques for data collection. The theoretical framework applied in this study draws upon Roland Barthes' semiotic theory. The findings of this investigation uncover that the Brokohan Tradition continues to thrive in Klampisan Village. Similar to other traditions, the brokohan ritual has adapted to align with the values espoused by Islamic teachings. The tradition involves a collective prayer event and culminates with a berkatan (serving) ceremony, where each dish holds its own philosophical significance. Among the dishes presented during the brokohan ceremony in Klampisan Village are Nasi Ambengan, red porridge (jenang merah), Ingkung (a traditional Javanese chicken dish), eggs, and urap-urap (a Javanese salad). Keywords: Brokohan, dishes, meanings.