p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Farmaka
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemantauan Terapi Obat Pada Pasien Lupus Eritematosus Sistemik Co-Morbid Infeksi Cytomegalovirus, Chronic Kidney Disease, dan Ventilator Associated Pneumonia di Ruang Intensive Care Unit RS Pemerintah Kota Bandung Salsabila, Alisha Zahra; Wilar, Gofarana
Farmaka Vol 22, No 2 (2024): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v22i2.48493

Abstract

Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) biasa disebut penyakit seribu wajah merupakam penyakit autoimun yang bersifat kronis dengan manifestasi berubah-ubah dan menyerang hampir semua organ. SLE adalah jenis lupus dengan kejadian terbanyak dibanding lupus lainnya. Data dari Lupus Foundation of America pada tahun 2023 menunjukkan bahwa SLE menyumbang angka sekitar 70% dari tiga jenis lupus lainnya. Pemantauan Terapi Obat (PTO) ini dilakukan pada pasien Ny. RI berusia 24 tahun selama tujuh hari di ruang intensif salah satu Rumah Sakit Pemerintah di Bandung. Diagnosis utama pasien, yaitu SLE dengan infeksi cytomegalovirus (CMV), Chronic Kidney Disease (CKD), dan Ventilator Assosciated Pneumonia (VAP) dengan pemberian obat berupa ceftazidime avibactam, fosfomisin, meropenem, vankomisin, paracetamol, n–acetylcystein, lovenox, hidroksiklorokuin, dexamethasone, calos, asam folat, amlodipin, esomeprazole, KCl, dan kalsium glukonat. Perawatan dan terapi yang diterima oleh pasien berisiko menimbulkan efek samping obat yang kompleks akibat penggunaan terapi polifarmasi jangka panjang sehingga perlu dilakukan pemantauan terapi ketat untuk meminimalkan terjadinya efek obat yang tidak diinginkan dan memastikan pemberian obat yang tepat. Berdasarkan hasil pengkajian dan analisis PTO terapi yang diberikan sudah sesuai dosis dan indikasi, tetapi menyebabkan beberapa efek samping yang kompleks akibat penggunaan terapi polifarmasi jangka panjang.
REVIEW ARTIKEL: EFEK FARMAKOLOGI MINUMAN KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA) ASAM DAN JAHE (ZINGIBER OFFICINALE) SEBAGAI PEREDA NYERI DISMENORE PRIMER PADA REMAJA DI INDONESIA SALSABILA, ALISHA ZAHRA
Farmaka Vol 20, No 3 (2022): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v20i3.39920

Abstract

Dismenore primer menjadi salah satu gangguan pada perempuan yang sedang mengalami menstruasi, dimana gejalanya terasa kejang otot pada perut bagian bawah hingga menyebabkan rasa tidak nyaman. Gejala tersebut biasanya berlangsung selama dua hingga tiga hari. Sering kali nyeri tersebut menjadi penyebab ketidakhadiran remaja putri di sekolah. Di negara Indonesia prevalensi dismenore menunjukkan frekuensi yang cukup tinggi, yakni 64,25%, dimana perkiraan tingkat kejadian dismenore primer berkisar 54,89% dan dismenore sekunder 9,36%. Tanaman tradisional yang berpotensi menurunkan nyeri dismenore primer adalah jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma domestica).  Tujuan dari kajian artikel ini, yaitu untuk mengetahui efek farmakologi dari minuman kunyit asam dan jahe sebagai pereda nyeri dismenore primer pada remaja di Indonesia. Tinjauan literatur ini meneliti kemanjuran minuman kunyit (Curcuma Domestica) asam dan jahe (Zingiber Officinale). Data hasil dari tiga publikasi jurnal telah diidentifikasi. Penulis secara independen meninjau artikel dan mengekstrak data yang membandingkan keefektifan kedua tanaman tersebut. Minuman kunyit asam ternyata lebih efektif untuk mengurangi keparahan nyeri daripada minuman jahe. Hal ini dibuktikan dari hasil uji statistik Mann-Whitney ketiga publikasi jurnal terlihat selisih mean pengurangan intensitas nyeri antara setelah dan sebelum mengonsumsi minuman kunyit asam lebih tinggi daripada minuman jahe.Kata kunci: Dismenore Primer, Minuman Kunyit (Curcuma domestica) Asam, Minuman Jahe (Zingiber officinale)