Ruy, Margareta
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PANDANGAN PAULUS MENGENAI “BERMEGAH DI DALAM TUHAN” BERDASARKAN 2 KORINTUS 10:17-18 Ruy, Margareta; Santos Santoso, Yaudi
Alucio Dei Vol 8 No 2 (2024): Alucio Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55962/aluciodei.v8i2.137

Abstract

Penelitian ini membahas konsep bermegah di dalam Tuhan berdasarkan surat Rasul Paulus kepada Jemaat Korintus, khususnya dalam pasal 2 Korintus 10:17-18. Rasul Paulus menegaskan bahwa manusia seharusnya tidak bermegah terhadap diri sendiri, melainkan bermegah di dalam Tuhan. Ini menunjukkan kesadaran bahwa segala karya yang dilakukan manusia adalah hasil dari kuasa Tuhan, bukan dari dirinya sendiri, dan bahwa bermegah di dalam Tuhan akan mendatangkan pujian dari-Nya. Konsep ini juga memperkuat ide bahwa bermegah di dalam Tuhan adalah tindakan yang berpusat pada Kristus, bukan pada diri sendiri. Aplikasi praktis dari konsep ini termasuk berpraktek keheningan, menciptakan perdamaian, dan berlaku jujur. Selain itu, konsep ini juga mengarah pada pengudusan diri yang membawa seseorang menuju penyatuan dengan Allah. Dengan demikian, artikel ini menggali konsep teologis yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tuntutan untuk hidup dalam ketaatan dan kerendahan hati, serta aplikasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan Doa untuk Mencapai Kemurnian Batin Berdasarkan Pemikiran Bapa-Bapa Suriah Ruy, Margareta; Hendi
Voice Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal VOICE
Publisher : LPPM STT Baptis Kalvari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54636/2ksmqs57

Abstract

Penelitian ini mengeksplorasi pentingnya doa dalam kehidupan manusia sebagai jalan menuju kemurnian batin dan hubungan yang lebih erat dengan Allah. Dengan bertujuan untuk mendeskripsikan doa sebagai praktik kehidupan yang penting karena membuka jalan pendamaian antara manusia dengan Allah, peneliti menggunakan metode penelitian literatur yang meneliti tulisan para Bapa Suriah sebagai acuan penelitian. Penulis mensintesis buku “The Syriac Fathers on Prayer and Spiritual Life” karya Sebastian Brock sebagai landasan teori dalam membahas mengenai kehidupan doa. Dalam artikel ini, penulis mengelaborasi pemikiran-pemikiran dari para Bapa Suriah untuk memperdalam pemahaman tentang kehidupan doa. Kehidupan doa yang berkenan adalah doa yang bisa menyatukan pikiran, perasaan, dan keinginan untuk terarah kepada Kristus. Untuk mencapai tingkat tersebut, perlu adanya pengalaman doa yang mendalam dan hening, di mana semua aspek keberadaan manusia: tubuh, jiwa dan roh dapat disatukan. Melalui proses ini, manusia dapat mengalami pertobatan yang mendalam, di mana hati yang hancur dan penuh air mata dapat diperbaharui dan disucikan oleh kehadiran ilahi.
Analisis Iman Abraham Sebagai Model Iman Masa Kini Berdasarkan Surat Galatia 3:6-9 Ruy, Margareta; Hendi
REI MAI: Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 2 No. 1 (2024): REI MAI: Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Kristen
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STAKPN Sentani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69748/jrm.v2i1.169

Abstract

Artikel ini akan mencoba membahas mengenai iman Abraham sebagai model iman masa kini. Dewasa ini, iman menjadi  pusat baru orang Kristen merasa terjamin dalam kehidupannya. Sehingga, yang dipikirkan hanyalah iman yang diwarisi sudah cukup menyelamatkan akhir kehidupan. Namun lebih dari itu, orang percaya yang beriman bukan sekedar iman warisan, tetapi orang percaya harus mengorientasikan iman sebagai orang percaya kepada Allah yang dipercayai seperti Abraham yang menjadi model iman orang percaya. Meneladani Abraham akan memberikan keuntungan tersendiri bagi orang percaya. Meneladani iman Abraham membuat kepercayaannya akan diperhitungkan oleh Allah. Sebab, kepercayaan Abraham terhitung sebagai kebenaran sehingga orang yang beriman adalah anak-anak Abraham dan semua orang yang beriman diberkati seperti Abraham. Karena itu,  penulis akan memaparkan model iman Abraham sebagai contoh bagi orang percaya masa kini. Dalam penulis artikel ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode eksegesis. Penulis memaparkan menggunakan metode eksegesis. Penulis memperoleh data dari teks Surat Galatia 3:6-9 yang diambil dari The Greek New Testam ent Nestle-Aland 28th Edition of the Greek New Testament. Kemudian penulis menganalisis data menggunakan metode eksposisi yang mencari dan menemukan makna spiritual dalam isi semantis di balik teks Surat Galatia 3:6-9. Kemudian teks tersebut akan menjadi fokus utama berinteraksi dengan teks lain dan literatur yang mendukung.
Kualifikasi Menjadi Seorang Imam Bagi Pendewasaan Iman Jemaat Ruy, Margareta
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 1 (2022): DPJTMG: Mei
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54170/dp.v2i1.85

Abstract

Becoming a priest does seem very easy, if you go through it physically. But difficulties will be found when living it spiritually. Being a priest must have a strong spiritual mentality because the priest is the benchmark for the congregation to live. For that, being a priest is not only chosen by the church but also meets the qualifications. This article will describe the qualifications of a person to become a priest for the maturity of the congregation's faith based on the teachings of John Chrysostom in his book Six Books on the Priesthood. The quality of an imam can be seen from his journey to reach Allah's qualifications to be worthy of being an imam. This article will present some specific qualifications concerning body-soul-spirit, among others; a priest must have humility, a priest must be pure in spirit, and a priest must have experience with the Holy Spirit. The specific qualifications above can be used as a benchmark for someone who wants to be worthy before God and also as a support for the maturity of the congregation. Menjadi seorang imam memang tampaknya sangat mudah, jika dilalui secara jasmani. Namun kesulitan akan ditemukan saat menjalaninya secara rohani. Menjadi seorang imam harus mempunyai mental rohani yang kuat karena imam adalah tolak ukur jemaat untuk hidup. Untuk itu, menjadi seorang imam bukan sekedar dipilih oleh gereja tapi juga memenuhi kualifikasi. Artikel ini bertujuan menjelaskan kualifikasi seseorang untuk menjadi imam bagi pendewasaan iman jemaat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi pustaka yang meneliti tulisan tentang Kualifikasi Imam yang didasarkan pada pengajaran Yohanes Krisostomus dalam bukunya Six Books on the Priesthood. Dalam artikel ini, peneliti menemukan bahwa kualitas seorang imam dapat dilihat dari perjalanannya mencapai kualifikasi Allah untuk layak menjadi seorang imam kemudian peneliti akan menyuguhkan beberapa kualifikasi spesifik yang menyangkut tubuh-jiwa-roh antara lain; seorang imam harus memiliki kerendahan hati, seorang imam harus murni jiwanya, dan seorang imam harus memiliki pengalaman dengan Roh Kudus. Kualifikasi spesifik di atas dapat menjadi tolak ukur seseorang yang ingin menjadi agar layak di hadapan Allah dan juga sebagai penunjang pendewasaan jemaat. Dengan meneladani Kristus sebagai Iman yang agung, seseorang dapat memenuhi semua kualifikasi tersebut.