Penelitian ini mengkaji simbolisme transenden dalam karya Jalaludin Rumi, khususnya Matsnawi dan Fihi Ma Fihi, dengan menggunakan pendekatan dekonstruksi Jacques Derrida. Simbol-simbol yang digunakan Rumi, seperti cinta, anggur, dan burung, tidak hanya berfungsi sebagai alat naratif, tetapi juga sebagai jendela untuk memahami ajaran sufistik yang lebih dalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam konteks sufisme, simbol-simbol ini menggambarkan perjalanan spiritual dan pencarian pencerahan. Pendekatan dekonstruksi memungkinkan pembaca untuk menggali makna yang bersifat terbuka dan dinamis, menciptakan ruang untuk interpretasi yang beragam berdasarkan pengalaman individu. Dengan demikian, simbolisme dalam karya Rumi diidentifikasi sebagai sumber inspirasi yang memperkaya diskusi akademik dalam studi keislaman dan kajian sastra. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang bagaimana ajaran sufistik tetap relevan dalam konteks modern dan mengajak pembaca untuk terus mengeksplorasi dimensi baru dari teks-teks spiritual. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memfasilitasi dialog antarbudaya serta memperluas perspektif tentang spiritualitas, sehingga mampu menghubungkan tradisi dan modernitas dalam pencarian makna kehidupan. Penelitian ini juga menemukan bahwa integrasi elemen tradisional dalam praktik spiritual modern mampu memperkaya pengalaman individu dalam pencarian makna kehidupan. Selain itu, partisipasi dalam kegiatan lintas budaya meningkatkan rasa saling menghargai dan toleransi. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas perspektif tentang spiritualitas dan menciptakan jembatan antara tradisi dan modernitas.