Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Penetapan Kadar Flavonoid Total Pada Beberapa Merk Kaplet dan Kapsul Ekstrak Daun Kelor Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis Wijanti, Tantriska; Sumaryono, Budi; Widyawati, Syinta
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol. 10 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58550/jka.v10i1.240

Abstract

Salah satu tanaman yang memiliki banyak khasiat yaitu tanaman kelor. Bagian tanaman yang banyak digunakan adalah daun kelor. Beberapa senyawa bioaktif fenoliknya merupakan kelompok flavonoid. Namun demikian belum dilakukan penelitian mengenai penetapan kadar flavonoid total pada sediaan daun kelor yang ada di pasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar flavonoid total pada beberapa merk kaplet dan kapsul ekstrak daun kelor yang beredar di pasaran menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dan memeriksa kesesuaian kadar flavonoid total pada masing-masing produk ekstrak daun kelor dengan Farmakope Herbal Edisi II. Sediaan ekstrak daun kelor diambil berdasarkan nilai penjualan tertinggi di salah satu marketplace online. Identifikasi flavonoid menggunakan metode Wilstater, semua sampel positif mengandung flavonoid dengan ditandai terjadinya perubahan warna jingga, merah dan hijau pada lapisan amil alkohol. Penentuan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode pembentukan kompleks kolorimetri dengan penambahan AlCl3 dan kalium asetat yang diukur pada panjang gelombang maksimum 414 nm dengan waktu inkubasi 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kandungan flavonoid total pada sediaan ekstrak daun kelor adalah 6,62%. Rata-rata kadar flavonoid total yang diperoleh sudah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Herbal Edisi II yang menyatakan bahwa ekstrak daun kelor mengandung flavonoid total tidak kurang dari 6,30% yang dihitung sebagai kuersetin.
Pengobatan Tradisional Hipertensi dari Tumbuhan Masyarakat Salah Satu Desa di Kabupaten Purwakarta Pahlani, Eva Pahlani; Wijanti, Tantriska; Satyawarman Gumila, Muhammad Fajrin r
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol. 10 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58550/jka.v10i1.241

Abstract

Tekanan darah tinggi atau lebih dikenal dengan hipertensi yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal (140/90 mmHg), sedangkan tekanan darah normal 120/80 mmHg. Desa Pondokbungur dengan puskesmas terdekat berjarak 5 km dan akses kendaraan umum sangat minim sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan pengobatan tradisional yang berasal dari tumbuhan. Wawancara akan diberikan kepada responden yang menderita hipertensi dan menggunakan pengobatan tradisional. Penggunaan pengobatan tradisional hipertensi lebih banyak dilakukan oleh responden kelompok umur 46 tahun ke atas, mayoritas berjenis kelamin perempuan, dan memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah dan SD. Tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai pengobatan tradisional hipertensi adalah salam (24,47%), timun (14,89%), sirsak (12,77%), dan bawang putih (13,83%). Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun (56,38%), buah (23,40%) dan umbi (13,83%).
Kajian Literatur : Uji Aktivitas Antibakteri Beberapa Ekstrak Terhadap Propioni-bacterium Acnes Penyebab Jerawat Wijanti, Tantriska; Hidayat, Dadang Syaeful; Melinda, Citra
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58550/jka.v10i2.278

Abstract

ABSTRAK Jerawat merupakan kondisi abnormal akibat kelebihan produksi kelenjar minyak di kulit yang menyumbat saluran folikel rambut dan pori-pori kulit. Faktor yang menjadi pemicu jerawat timbul karena adanya sumbatan pori-pori kulit oleh sebum yang berubah menjadi padat. Adapun spesies bakteri yang dapat menyebabkan jerawat adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus. Propionibacterium acnes adalah bakteri anaerob gram positif yang merupakan bakteri paling dominan pada lesi jerawat. Pengobatan jerawat di klinik kulit biasanya menggunakan antibiotik yang dapat menghambat inflamasi dan membunuh bakteri, contohnya tetrasiklin, eritromisin dan doksisiklin. Penggunaan antibiotik terhadap Propionibacterium acnes banyak mengalami resisten di berbagai negara. Kondisi tersebut mendorong para peneliti untuk menguji aktivitas antibakteri beberapa simplisia terhadap Propionibacterium acnes guna mengurangi efek samping dari antibiotik.Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literature yang bersifat deskriptif. Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung. Ekstrak simplisia yang paling efektif sebagai antibakteri terhadap Propionibacterium acnes adalah ekstrak simplisia rimpang lengkuas merah, karena ekstrak tersebut menghasilkan daya hambat lebih besar daripada ekstrak yang lain yaitu 31,5mm dengan konsentrasi ekstrak hanya 20%. Kata kunci: Ekstrak, Antibakteri, Propionibacterium acnes ABSTRACT Acne is a skin ailment characterized by an overabundance of oil glands in the skin, which clog hair follicle channels and pores. The blocking of skin pores by sebum, which solidifies, is the factor that causes acne. Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, and Staphylococcus aureus are microorganisms that can cause acne. Propionibacterium acnes is the most common gram-positive anaerobic bacteria found in acne lesions. Antibiotics such as tetracycline, erythromycin, and doxycycline are commonly used in skin clinics to treat acne. Antibiotics used to treat Propionibacterium acnes are becoming increasingly resistant in several countries. In order to reduce the negative effects of antibiotics, the researchers tested the antibacterial effectiveness of various simplicia against Propionibacterium acnes. The descriptive literature study method was used in this investigation. The data in this study was derived from secondary sources rather than firsthand observation. The red galangal rhizome simplicia extract was the most efficient antibacterial against Propionibacterium acnes because it produced a stronger inhibitory power than the other simplicia extracts, namely 31.5 mm with an extract concentration of just 20%. Keywords: Extract, Antibacterial, Propionibacterium acnes
Uji In-Vitro Kandungan Sun Protection Factor (Spf) Ekstrak Etanol Kulit Pisang Nangka (Musa Paradisiaca L.) Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Wijanti, Tantriska; Pahlani, Eva; Nur Hasanah, Saniyah
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol. 11 No. 2 (2025): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58550/jka.v11i2.334

Abstract

Ultraviolet (UV) radiation consists of UV-A, UV-B, and UV-C rays. Exposure to UV radiation can cause skin damage, thereby necessitating protection in the form of sunscreen. The peel of jackfruit banana (Musa paradisiaca L.) has potential as a natural sunscreen agent due to its content of secondary metabolites such as alkaloids, flavonoids, tannins, and polyphenols. This quantitative study aims to determine the Sun Protection Factor (SPF) value of the ethanol extract of jackfruit banana peel. The extraction process was carried out using maceration and remaceration methods with 70% ethanol. The SPF value was tested in vitro using the Mansur method with UV-Vis spectrophotometry at wavelengths of 290–320 nm with 5 nm intervals. The results showed that the macerated extract at a concentration of 2000 ppm had an average SPF value of 7.762, categorized as providing extra protection. Meanwhile, the remacerated extract showed an average SPF value of 3.102, categorized as providing minimal protection. It can be concluded that the macerated extract has a higher effectiveness in protecting against UV radiation.