Eni Nuraeni Nugrahawati
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Trust terhadap Kepuasan Pernikahan Haura Tazkia Anjani; Eni Nuraeni Nugrahawati
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v4i1.10040

Abstract

Abstract. One way to find a partner is by utilizing the internet, namely through the use of online dating applications. These applications are still relatively uncommon for building serious relationships such as marriage. This is due to the uncertain nature of online dating applications and the existence of negative stereotypes resulting from numerous cases originating from online dating applications. However, in reality, there are many individuals who have successfully progressed to marriage and even opted for long-distance marriages. Trust is the primary foundation for maintaining a long-distance marriage. This study aims to examine the extent to which trust can influence marital satisfaction in individuals who met their partners through online dating applications and are currently in long-distance marriages. The study involved 155 individuals aged 20-40 years. The trust measurement used was the Trust Scale developed by Rempel et al. (1985) and adapted by Risandy (2018), while marital satisfaction utilized the ENRICH Marital Satisfaction Scale developed by Fowers & Olson (1989) and adapted by Nishfiyaningsih (2009). Convenience sampling was employed as the sampling technique, and data analysis utilized simple linear regression. Based on the research results, the hypothesis was accepted, indicating a significant influence of trust on marital satisfaction by 63.2%. This implies that trust can affect the level of marital satisfaction in individuals currently undergoing long-distance marriages who initially met their partners through online dating applications. Abstrak. Salah satu cara untuk mendapatkan pasangan adalah dengan memanfaatkan internet, yaitu dengan menggunakan aplikasi kencan online. Aplikasi ini masih terbilang jarang digunakan untuk membangun hubungan serius seperti pernikahan. Hal ini disebabkan sifat aplikasi kencan online yang tidak pasti dan adanya stereotype buruk yang disebabkan banyaknya kasus yang berasal dari aplikasi kencan online. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit individu yang berhasil melanjutkan pertemanannya ke jenjang pernikahan bahkan memilih untuk menjalani pernikahan jarak jauh. Trust merupakan landasan utama untuk menjalani pernikahan jarak jauh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh trust terhadap kepuasan pernikahan pada individu yang bertemu pasangannya melalui aplikasi kencan online dan sekarang menjalani pernikahan jarak jauh. Penelitian ini melibatkan sebanyak 155 individu berusia 20-40 tahun. Alat ukur trust yang digunakan adalah Trust Scale yang dikembangkan oleh Rempel et al. (1985) dan diadaptasi oleh Risandy (2018), sedangkan kepuasan pernikahan menggunakan ENRICH Marital Satisfaction Scale yang dikembangkan oleh Fowers & Olson (1989) yang sudah diadaptasi oleh Nishfiyaningsih (2009). Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling dan analisis data menggunakan regresi linear sederhana. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis diterima yaitu terdapat pengaruh signifikan pada trust terhadap kepuasan pernikahan sebesar 63,2%, artinya trust dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pernikahan pada individu yang sedang menjalani pernikahan jarak jauh yang pertemuan awal dengan pasangannya melalui aplikasi kencan online.
Pengaruh Fear of Missing Out terhadap Perilaku Phubbing Gen Z Pengguna TikTok di Kota Bandung Lydia Affrillia Frans; Eni Nuraeni Nugrahawati
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v4i1.10142

Abstract

Abstract. Phubbing is a term that refers to the act of ignoring people around you to focus on your smartphone. It stems from a continuous need to be connected and updated through social media on your smartphone, driven by the fear of missing out (FOMO). This constant need for social interaction can lead to phubbing behavior, as individuals become engrossed in seeking information and connecting with their friends in the digital world. Generation Z, the most prolific group of internet users in Indonesia, especially on TikTok, is the target of this research. The study aims to understand the impact of FOMO on phubbing behavior among Generation Z TikTok users in Bandung City. The sample size for this study comprises 384 participants, selected using non-probability sampling with convenience sampling techniques. The research uses a simple linear regression analysis with the help of SPSS for Windows to analyze the data. The data was collected using two adapted scales: the Fear of Missing Out scale from Przybyski et al. (2013) and the Phubbing scale from Chotpiyasunondh (2018). The research findings indicate a significant positive effect of the Fear of Missing Out on Phubbing behavior among Gen Z TikTok users in Bandung City. The effect is 0.619 or 69.1%, with the remaining 30.9% being influenced by other factors not included in the study. This means that as the Fear of Missing Out increases, so does the phubbing behavior of Gen Z TikTok users in Bandung City, and conversely, as the Fear of Missing Out decreases, so does the phubbing behavior. A cross-tabulation analysis revealed that female users were more likely to engage in phubbing, accounting for 31% of the total phubbing instances.Abstrak. Fenomena phubbing merupakan tingkah laku mengabaikan orang lain karena lebih memilih untuk fokus pada handphone. Suatu kebutuhan yang terus dicari dan harus dipenuhi melalui media sosial yang ada di smartphone yang memicu indikasi fear of missing out. Pemenuhan kebutuhan sosial ini yang menimbulkan perilaku phubbing, akibat individu mulai sibuk untuk mencari informasi dan ingin terhubung dengan teman-teman mereka di dunia maya. Generasi Z merupakan pengguna internet terbanyak di Indonesia, terutama pengguna TikTok. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh fear of missing out terhadap perilaku phubbing pada Generasi Z pengguna TikTok di Kota Bandung. Sampel penelitian berjumlah 384 orang, pengambilan sampel dengan teknik non-probability sampling dengan convenience sampling. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS for windows. Pengumpulan data menggunakan adaptasi skala fear of missing out dari Przybyski et al., (2013) dan phubbing scale dari Chotpiyasunondh (2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan fear of missing out terhadap perilaku phubbing Gen Z pengguna TikTok di Kota Bandung sebesar 0,619 atau 69.1% dan sisanya 30.9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal ini berarti semakin tinggi fear of missing out maka semakin tinggi perilaku phubbing Gen Z pengguna TikTok di Kota Bandung, begitupun sebaliknya semakin rendah fear of missing out (FoMO) maka semakin rendah pula perilaku phubbing Gen Z pengguna TikTok di Kota Bandung. Hasil crosstab menunjukkan jenis kelamin perempuan lebih banyak melakukan phubbing sebanyak 31%.
Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Psychological Well Being pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Indramayu Mochamad Nur Ichsan; Eni Nuraeni Nugrahawati
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v4i2.12855

Abstract

Abstract. Changes in behavior and environmental conditions (social, economic, cultural) such as the presence of fast food restaurants, have a big influence on the epidemiological transition which causes the incidence of chronic degenerative diseases, such as diabetes mellitus, the prevalence of which is increasing every day. In Indramayu Regency, the increase in cases has been very high in the last few years. This psychosocial aspect has an impact on health, namely the occurrence of diabetes which triggers stress and affects the psychological condition of sufferers in accepting changes so that it affects Psychological Well-Being. This study aims to find out how much influence social support has on psychological well-being in type 2 Diabetes Mellitus patients at Indramayu Hospital. The research method used in this research is descriptive quantitative and causality methods. There were 106 patients as sampling, with characteristics including gender, age and education, with the results of 106 type 2 diabetes mellitus patients receiving low social support with a percentage of 54.72% (58 respondents) and high social support with a percentage of 45.28% (48 respondents), while from the aspect of psychological well being, there was a high category of 57.55% (61 respondents). And the lowest was 42.45% (45 respondents). These results are different from the results of previous research conducted by other researchers, but based on the results of the regression test of social support on psychological well being, in this case measuring the influence of Variable This indicates that there are 34.8% aspects of social support that influence the achievement of Psychological Well Being. Aspects of social support influence the achievement of psychological well being in type 2 diabetes mellitus patients at Indramayu Hospital. Abstrak. Perubahan perilaku dan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, budaya) seperti kehadiran rumah makan cepat saji, sangat berpengaruh terhadap terjadinya transisi epidemologi yang menyebabkan insidensi penyakit degeneratif yang bersifat kronis. Di Kabupaten Indramayu peningkatan kasus ini sangat tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Aspek psikososial ini berdampak terhadap kesehatan, yaitu terjadinya penyakit diabetes yang memicu stress dan mempengaruhi kondisi psikologis penderita dalam menerima perubahan-perubahan sehingga berpengaruh terhadap Psychological Well-Being. Penelitian yang dilakukan oleh prayanggi menyebutkan bahwa dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap Psychological Well-Being. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dukungan sosial terhadap psychological well being pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD Indramayu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif dan kausalitas. Terdapat 106 pasien sebagai hasil studi populasi, dengan karakteristik mencakup jenis kelamin, usia, dan pendidikan, alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala likert dan teknik pengolahan data dengan metode construct related dengan uji statistik pearson, dengan hasil dari 106 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mendapatkan dukungan sosial rendah dengan persentase 54,72 % (58 responden) dan dukungan sosial tinggi dengan persentase 45,28 % (48 responden), sedangkan dari aspek psychological well being, terdapat berkatagori tinggi sebanyak 57,55% (61 responden) dan yang rendah sebesar 42,45 % (45 responden). Tetapi berdasarkan hasil uji regresi dukungan sosial terhadap psychological well being, dalam hal ini mengukur pengaruh Variabel X (dukungan sosial) terhadap Variabel Y (Psychological Well Being) didapat Koefisien Determinasi 0,348, ini menandakan bahwa terdapat 34,8% aspek dukungan sosial berpengaruh terhadap capaian Psychological Well Being. Artinya dukungan sosial berpengaruh terhadap capaian psychological well being pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Indramayu.
Self Compassion pada Peserta Didik Korban Perundungan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Bandung Adara Puti Amani; Eni Nuraeni Nugrahawati
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v4i2.12909

Abstract

Abstract. There are many negatif impacts experienced by the victims of bullying. Being a victim of bullying, especially mocking on physical conditions can leads to sadness, anger, having low self-esteem, and even self hate. To reduce or overcome the stress, depression, and negatif emotions felt by victims of bullying, the victims must first show concern and understanding for themselves while facing problems or pressures that occur, and develop a positive manner towards unpleasant situations by fostering empathy for themselves, which in psychology, such an act is named as self compassion. The aim of this research is to determine the description of self compassion in students who experience bullying at MTsN Bandung. The measuring instrument used in this research is the Self compassion Scale for Youth (SCS-Y), which has been translated into Indonesian by Amaliah et al. (2024). The results of this research showed that students who were victims of bullying at MTs Negeri Bandung had high self compassion as many as 95 (59%) students and those who had low self compassion were 67 (41%) students. In the aspect of self kindness, 127 (28%) victims were in the high category, in the aspect of common humanity, 98 (60%) victims were in the high category, and in the aspect of mindfulness, 118 (73%) victims were in the high category. Abstrak. Banyak dampak buruk yang dialami oleh korban perundungan, terutama yang menyinggung kondisi fisik yang membuat remaja menjadi sedih, marah, rendah diri, bahkan korban dapat membenci dirinya sendiri. Untuk meminamilisir atau mengatasi stres, depresi, serta emosi negatif yang dirasakan korban perundungan, korban harus terlebih dahulu peduli dan memahami diri dengan menumbuhkan empati terhadap diri sendiri, dalam psikologi hal ini disebut dengan self compassion. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran self compassion pada peserta didik yang mengalami perundungan di MTsN Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan subjek penelitian sebanyak 162 peserta didik korban perundungan di MTsN Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan Skala Self Compassion Scale for Youth (SCS-Y) yang telah diadaptasi oleh Amaliah et al. (2024). Hasil penelitian ini adalah peserta didik korban perundungan di MTs Negeri Kota Bandung memiliki self compassion yang tinggi sebanyak 95 (59%) peserta didik dan yang memiliki self compassion rendah sebanyak 67 (41%) peserta didik. Pada aspek self kindness sebanyak 127 (28%) korban kategori tinggi, pada aspek commun humanity sebanyak 98 (60%) korban kategori tinggi, dan pada aspek mindfulness 118 (73%) korban kategori tinggi.
Pengaruh Regulasi Emosi terhadap Self-Injuries Behaviour pada Dewasa Awal di Kota Bandung Andi Adyzha Sanika Firstania; Eni Nuraeni Nugrahawati
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v4i2.12919

Abstract

Abstract. Self-injury is a behavior of harming oneself without any suicidal intent. This often occurs in early adulthood individuals with low emotional regulation due to their difficulty in controlling their emotional responses, making them more prone to emotional outbursts or impulsive behaviors that lead to the use of maladaptive coping strategies, namely self-injury. Therefore, it requires individuals to have the ability to control and regulate their emotions, as well as to know when to express or suppress emotions in certain situations, especially when faced with pressure from the surrounding environment or commonly referred to as emotional regulation. This research is a quantitative study using causal and accidental sampling methods. A total of 150 young adults in the city of Bandung aged 18-25 years old were the subjects of the study. Data analysis was conducted using multiple linear regression, while data collection utilized the Inventory of Statements About Self-Injury (ISAS) and the Emotion Regulation Questionnaire (EQS). The analysis results indicate a negative relationship between emotional regulation and self-injury at 26.9%. This implies that the lower the emotional regulation, the higher the level of self-injury behavior. Abstrak. Self-Injury merupakan perilaku menyakiti diri tanpa ada niatan bunuh diri. Hal ini sering terjadi pada dewasa awal yang memiliki regulasi emosi yang rendah dikarenakan individu cenderung sulit mengontrol respons emosional mereka, sehingga lebih rentan terhadap ledakan emosi atau perilaku impulsive yang menyebabkan individu tersebut menggunakan strategi koping maladaptive yaitu self-injury. Maka dari itu diperlukan kemampuan individu untuk mengendalikan dan mengatur emosi mereka, serta mengetahui kapan harus mengekspresikan atau menahan emosi dalam situasi tertentu, terutama saat dihadapkan pada tekanan dari lingkungan sekitar atau biasa disebut regulasi emosi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode kausalitas dan accidental sampling. Sebanyak 150 dewasa awal di Kota Bandung dengan rentang usia 18-25 tahun menjadi subjek penelitian. Analisis data dilakukan menggunakan regresi linear berganda, sementara pengumpulan data memanfaatkan Inventory of Statements About Self-Injury (ISAS) dan Emotion Regulation Questionnaire (EQS). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara regulasi emosi dan self-injury sebesar 26.9%. Yang memiliki arti semakin rendah regulasi emosi makan semakin tinggi tingkat self-injuries behaviour.