Gender adalah atribut yang dimiliki laki-laki dan perempuan yang dapat dipertukarkan, dan pengaruh sosial dan budaya masyarakat terhadap feminitas dan maskulinitas adalah sumbernya. Istilah baru untuk masukulinitas muncul sebagai tanda bahwa masukulinitas telah berubah seiring perkembangan zaman. Gaya hidup laki-laki yang disebut sebagai "pria feminin" dipengaruhi oleh perubahan tersebut. Sejak munculnya berbagai produk yang mendukung penampilan, pria feminin berani mengekpresikan diri melalui gaya hidup kontemporer, meskipun penampilan tersebut identik dengan perempuan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pola praktik konsumsi pria feminin. Dalam penelitian ini menggunakan analisis teori konsumsi Jean Baudrillard dengan konsep simulasi dan simulacra. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik purposive sampling, kriteria informan dalam penelitain ini adalah laki-laki bergaya feminim di sekitaran Kota Tulungagung. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan beberapa cara yakni melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik konsumsi pria feminin yang mempresentasikan konsep feminin diantaranya adalah merawat diri, mengikuti trend dunia fashion, menjaga kebugaran tubuh, mengunjungi tempat-tempat yang lagi high in dan aktif di sosial media. Gaya hidup tersebut terbentuk melalui kontruksi yang dipengaruhi berbagai faktor pendukung berupa lingkungan pertemanan, lingkungan kerja, media sosial. Yang pada akhirnya menjadikan pria feminin menjadi seorang konsumer, karena pria feminin berbelanja diluar kebutuhannya. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan konsumsi pria feminin terkait konsep gaya hidup mereka. Konsumsi yang dilakukan oleh pria feminin lebih kepada konsumsi simbol, karena mereka membutuhkan sebuah validasi dari orang lain. Bahwa semua yang dikonsumsi pria feminin menciptakan makna yang pada akhirnya tidak akan pernah menjadikan pria feminin sebagai perempuan.