Kebutuhan energi yang terus meningkat diiringi pertumbuhan populasi dan ekonomi global mendorong pencarian solusi alternatif. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025 Indonesia menetapkan target energi untuk tahun 2025, termasuk peningkatan penggunaan batu bara dan energi terbarukan. Limbah tempurung kelapa dan cangkang kemiri, yang masih belum optimal dimanfaatkan, menjadi fokus penelitian ini untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam bentuk briket. Penelitian sebelumnya menunjukkan berbagai cara efisien untuk memanfaatkan kedua limbah tersebut. Modifikasi kompor briket dengan tempurung kelapa menghasilkan briket dengan nilai kalor tinggi, sementara briket cangkang kemiri dapat mengurangi polusi dan meningkatkan efisiensi termal. Penelitian ini mencoba mencampur kedua limbah ini dengan berbagai komposisi untuk mengevaluasi efektivitasnya sebagai pengganti minyak tanah yang semakin langka. Penggunaan tempurung kelapa dalam briket umum, namun, dapat menjadi mahal. Oleh karena itu, solusi yang diajukan adalah menambahkan limbah pertanian, seperti cangkang kemiri, untuk mengurangi biaya produksi tanpa mengorbankan kualitas briket. Penelitian ini membandingkan berbagai komposisi briket, termasuk CK50% + TK50%, CK40% + TK60%, CK60% + TK40%, CK30% + TK70%, CK70% + TK30%, CK20% + TK80%, dan CK80% + TK20%. Parameter yang diuji melibatkan kadar air, kadar abu, waktu pembakaran, dan shutter index. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi CK60% + TK40% dan CK20% + TK80% menunjukkan performa terbaik. Keduanya memberikan briket dengan daya tahan tinggi, stabilitas, dan efisiensi waktu pembakaran optimal. Kombinasi CK30% + TK70% dan CK20% + TK80% menunjukkan kadar air dan kadar abu stabil, sementara CK50% + TK50%, CK20% + TK80%, dan CK30% + TK70% menunjukkan waktu pembakaran yang lebih lama. Shutter index pada CK60% + TK40% dan CK20% + TK80% menunjukkan daya tahan yang kuat.