Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang berperan sebagai vektor utama penyakit demam berdarah dengue (DBD), Dengue Hemorhagic Fever (DHF), filariasis, demam kuning (yellow fever), chikungunya dan demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit DBD, diantaranya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) lewat 3M (Menguras,Menutup, dan Mengubur), melakukan fogging dan pemberian abate, serta memelihara ikan pemakan jentik, pemberantasan jentik/larva nyamuk A. Aegypti dengan pemberian larvasida sintetik dan penggunaan insektisida kimiawi. Penggunaan insektisida kimiawi dan larvasida sintetik secara terus menerus dapat menyebabkan nyamuk jadi resisten, umumnya meninggalkan residu yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu keseimbangan lingkungan serta dapat membunuh hewan peliharaan dan juga manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu adanya penelitian mengenai biolarvasida sebagai pengganti larvasida sintetik dari tanaman yang memiliki senyawa yang dapat membunuh jentik/larva yang tidak memiliki efek samping terhadap kesehatan dan juga lingkungan yang dapat membahayakan penggunanya. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai biolarvasida adalah rimpang lengkuas merah (Alpinia Purpurata K. Schum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kematian larva setelah diberikan infusa rimpang lengkuas merah (Alpinia Purpurata K. Schum). Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimen Laboratorium dengan desain penelitian fokus untuk menguji efektifitas infusa rimpang lengkuas (Alpinia Purpurata K. Schum) terhadap kematian larva Aedes aegypti. Konsentrasi 25% merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti. Dengan begitu maka semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula tingkat kematian larva nyamuk.