Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Profil pasien refluks laringofaring di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Runtung, Maureen; Pelealu , Olivia C. P.; Pontoh, Valentini M.
e-CliniC Vol. 12 No. 3 (2024): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v12i3.53653

Abstract

Abstract: Diagnosis of laryngopharyngeal reflux (LPR) requires a clinical history based on clinical symptoms (Reflux Symptom Index - RSI) and laryngeal examination (Reflux Finding Score - RFS) due to its nonspecific symptoms and laryngoscopic signs do not always correlate with the severity of symptoms. This study aimed to obtain the profile of patients with LPR at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. This was a retrospective and descriptive study using medical records of LPR patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital during the period 2020-2022. The results showed that the majority of LPR patients were females (57.6%), aged 41-65 years and occupation as housewife. The most commonly experienced complaints were difficulty in swallowing (36.3%) and feeling of throat tightness (25,0%). The most frequent endoscopic finding was erythema/hyperemia of the arytenoids (36.8%). In conclusion, laryngo-pharyngeal reflux is often experienced by females aged 41-65 years, occupation as housewife. The most common complaints are difficulty in swallowing and feeling of throat tightness. Erythema/hyperemia of the arytenoid has the highest percentage in endoscopic finding. Keywords: laryngopharyngeal reflux; patient profile   Abstrak: Dalam mendiagnosis refluks laring faring (RLF), diperlukan anamnesis berdasarkan gejala klinis (Reflux Symptom Index - RSI) dan pemeriksaan laring (Reflux Finding Score - RFS) karena gejalanya tidak spesifik dan tanda laringoskopi tidak selalu sesuai dengan tingkat keparahan gejala. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil pasien RLF di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif menggunakan data pasien yang tercatat di Instalasi Rekam Medis RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode 2020 hingga 2022. Hasil penelitian mendapatkan bahwa mayoritas pasien RLF ialah perempuan (57,6%) dengan usia 41-65 tahun. Distribusi pekerjaan menunjukkan jumlah pasien tertinggi ialah ibu rumah tangga. Keluhan yang paling sering dialami ialah sulit menelan (36,3%) dan rasa mengganjal pada leher (25,0%). Temuan endoskopi paling sering ialah eritema/hiperemis aritenoid (36,8%). Simpulan penelitian ini ialah refluks laring faring sering dialami oleh perempuan pada usia 41-65 tahun, dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Keluhan paling sering ialah sulit menelan dan rasa mengganjal di tenggorokan. Distribusi tertinggi pasien refluks laring faring berdasarkan kondisi laring ialah eritema/hiperemis aritenoid. Kata kunci: refluks laringofaring; profil pasien
Profil Gangguan Pendengaran Berdasarkan Pemeriksaan Audiometri di Instalasi Rawat Jalan Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Firdaus, Septiana; Pontoh, Valentini M.; Pelealu, Olivia C. P.
Medical Scope Journal Vol. 7 No. 1 (2025): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.v7i1.53643

Abstract

Abstract: Hearing loss is a person's inability to hear sound in one or both ears in either part of the auditory system or the whole. Hearing loss can occur in all age groups due to organ structure damage or certain medical conditions. This study aimed to obtain the profile of outpatiens’ hearing loss based on audiometry examination at Installation of Ear Nose Throat and Head Neck Surgery Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. This was a retrospective and descriptive study with a cross sectional design. The results showed that there were 207 patients with hearing loss based on audiometry examination. The highest number of cases was in 2022 (59%). Hearing loss was more frequently experienced by males (55%), and occured at the age of 20-60 years (57%). Symptoms that arised in hearing loss patients include decreased hearing, ear pain, difficulty in communicating, and tinnitus. The most common type of hearing loss was conductive hearing loss (CHL) (43.6%). In conclusion, hearing loss is often experienced by male patients, and occurs at the age of 20-60 years. The most common causes of hearing loss are untreated wax buildup in the ear canal and exposure to high-intensity noise. Using audiometric examination can determine advanced management according to the type of hearing loss. Keywords: hearing process; hearing loss; audiometry   Abstrak: Gangguan pendengaran merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga baik pada sebagian sistem pendengaran atau keseluruhan. Gangguan pendengaran dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat kerusakan struktur organ atau kondisi medis tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil gangguan pendengaran berdasarkan pemeriksaan audiometri di Instalasi Rawat Jalan Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou tahun 2020-2022. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Hasil penelitian mendapatkan sampel 207 penderita gangguan pendengaran yang dilakukan pemeriksaan audiometri. Penderita terbanyak pada tahun 2022 (59%).  Gangguan pendengaran lebih sering dialami oleh laki-laki dengan total 114 kasus (55%), dan terjadi pada usia 20-60 tahun sebanyak 117 kasus (57%). Gejala yang sering timbul pada penderita gangguan pendengaran antara lain penurunan pendengaran, nyeri telinga, sulit berkomunikasi, dan telinga berdenging. Jenis gangguan pendengaran tersering yaitu conductive hearing loss (CHL) (43,6%). Simpulan penelitian ini ialah gangguan pendengaran sering dialami oleh laki-laki dan terjadi pada usia 20-60 tahun. Penyebab tersering gangguan pendengaran yaitu penumpukan serumen pada saluran telinga dan paparan dari kebisingan intensitas tinggi. Dengan pemeriksaan audiometri maka dapat ditentukan manajemen lanjutan sesuai jenis gangguan pendengaran. Kata kunci: proses mendengar; gangguan pendengaran; audiometri