Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Transfer Teknologi Pengomosan Cepat Dan Pemanfaatan Produk Kompos Pada Tanaman Pakchoy Susilowati, Lolita Endang; Jaya, Dori Kusuma; Azizah, Isnaniar Rahmatul; Arifin, Zainal
Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 9 No. 2 (2024): June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/linov.v9i2.1719

Abstract

Di desa Sukadana, dusun Montong Tekot, kecamatan Pujut, Lombok Tengah, masalah utama adalah jumlah limbah kotoran sapi yang sangat banyak, dengan populasi sapi mencapai 36.466 ekor yang menyumbang sekitar 55% dari total limbah di kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Kondisi minimnya pengetahuan dan pengalaman masyarakat mitra dalam mengelola limbah kotoran sapi menjadi kompos pupuk kandang menjadi alasan utama dilakukannya pengabdian ini. Kegiatan ini bertujuan memberikan pengetahuan kepada kelompok tani mitra tentang pengolahan limbah kotoran sapi menjadi kompos pupuk kandang dengan metode pengomposan cepat dan memberikan pengetahuan kepada kelompok tani mitra tentang cara memanfaatkan dan menerapkan kompos pupuk kandang pada tanaman pakchoy. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini melibatkan kelompok tani dan mahasiswa MBKM. Rangkaian kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Melalui kegiatan penyuluhan, petani meningkatkan pengetahuan mereka tentang pengolahan limbah ternak menjadi produk yang bermanfaat. Melalui workshop pengomposan cepat, petani memahami pentingnya penggunaan bioaktivator seperti M-11 dan konsorsium BPF untuk mempercepat proses pengomposan. Dari hasil menunjukkan bahwa bioaktivator M-11 lebih efektif dalam menguraikan limbah organik dibandingkan konsorsium BPF, hal ini terlihat dari perubahan nilai pH yang lebih rendah pada bioaktivator M-11. Melalui pendampingan dalam budidaya pakchoy, petani menyadari manfaat kompos limbah ternak sebagai pupuk penyubur tanah dan tanaman. Petani tetap memerlukan kegiatan semacam ini, terutama berkaitan dengan transfer teknologi untuk menjaga kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan biaya produksi yang lebih terjangkau. Transfer of Fast Composting Technology and Utilization of Compost Products in Pakchoy Plants Abstract Sukadana village, Montong Tekot hamlet, Pujut subdistrict, Lombok Tengah, faces a significant challenge in managing the vast amount of cattle manure generated by its 36,466 cattle, accounting for 55% of the total waste in Lombok Tengah Regency, West Nusa Tenggara. Limited knowledge and experience among local farmers in composting cattle manure into organic fertilizer necessitates this community service initiative. Empower local farmer groups with the knowledge and skills to convert cattle manure into organic fertilizer using a rapid composting method. Educate farmer groups on the effective utilization of cattle manure compost in pakchoy cultivation. Collaboration between farmer groups and MBKM students in community service activities. Successful execution of planned activities and goal achievement. Enhanced knowledge among farmers regarding livestock waste management into valuable products. Understanding of bioactivator usage (M-11 and PSB consortium) to expedite the composting process. Superior effectiveness of bioactivator M-11 in decomposing organic waste compared to PSB consortium, evident in lower pH values. Recognition of cattle manure compost's benefits as a soil and plant fertilizer through pakchoy cultivation guidance. Continuous demand for technology transfer initiatives to maintain soil fertility and promote cost-effective crop growth.
Sosialisasi dan Bimtek Pembuatan Biosaka untuk Tanaman Pakcoy di Dusun Montong Lauq, Desa Selat, Narmada Azizah, Isnaniar Rahmatul; Susilowati, Lolita Endang; Arifin, Zaenal; Jaya, Dori Kusuma
Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 9 No. 4 (2024): December
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/linov.v9i4.2221

Abstract

Desa Selat adalah salah satu desa utama penghasil beras di Kecamatan Narmada menghadapi berbagai tantangan seperti produktivitas tanaman dan ketergantungan pada pupuk kimia. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) memperkenalkan Biosaka sebagai inovasi berbasis bahan baku lokal untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen tanaman bagi petani di Dusun Montong Lauq, Desa Selat, Kecamatan Narmada. Metode pengumpulan data melibatkan wawancara partisipatif dan observasi langsung di lapangan. Pelatihan mencakup diskusi kelompok, praktek pembuatan Biosaka, dan evaluasi. Kegiatan ini melibatkan 23 anggota kelompok tani “Pamansam” Dusun Montong Lauq. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa sebelum pelatihan, 47% petani memiliki pemahaman sangat rendah tentang Biosaka, dan hanya 3% yang sangat baik. Setelah pelatihan, hasil post-test menunjukkan 36% petani kini memahami Biosaka dengan sangat baik, 37% baik, dan hanya 9% yang tetap pada pemahaman rendah. Peningkatan ini menunjukkan keberhasilan kegiatan PkM dalam meningkatkan pengetahuan petani.  Socialization and Training on Biosaka Production for Pakcoy Plants in Montong Lauq, Selat Village, Narmada Abstract Selat Village is one of the primary rice-producing villages in the Narmada District, facing various challenges such as crop productivity and reliance on chemical fertilizers. The Community Service Program (PkM) introduced Biosaka as an innovation based on local raw materials to enhance plant growth and yields for farmers in Montong Lauq Hamlet, Selat Village, Narmada District. Data collection methods included participatory interviews and direct field observations. The training comprised group discussions, practical Biosaka production, and evaluations, involving 23 members of the "Pamansam" farmer group. Results indicated that prior to training, 47% of farmers had a very low understanding of Biosaka, with only 3% demonstrating a very good understanding. Post-training, the results showed that 36% of farmers now understood Biosaka very well, 37% well, and only 9% remained at a low understanding level. This improvement demonstrates the success of the PkM program in enhancing farmers' knowledge.