Riadi, Bambang
Badan Informasi Geospasial

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

IDENTIFIKASI LAHAN RAWA DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Studi Kasus Lahan Rawa di Kabupaten Indragiri Hulu Riadi, Bambang; M.A, AB. Suriadi; Suryanto, Jaka; Pranadita, Sekar
GEOMATIKA Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.507 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2012.18-2.185

Abstract

Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau memiliki areal rawa yang luas mencapai 146.367 ha dari luas wilayah 795.569 ha atau 18,4 % wilayah kabupaten. Saat ini kondisi rawa tersebut terdegradasi untuk pemanfaatan lain diantaranya untuk perkebunan dan kegiatan ekonomi lainnya. Kondisi rawa yang masih berupa hutan (hutan tanaman industri, hutan, gambut dan rawa) mencapai 33.700 ha sedang yang berubah menjadi kebun kelapa sawit mencapai 39.800 ha dan kebun campuran 30.500 ha. Ada pemanfaatan lain di areal rawa untuk kegiatan ekonomi selain kegiatan ekonomi di atas. Tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan adalah extraksi Peta Rupabumi, kompilasi data sekunder, interpretasi data inderaja, survey lapangan dan pemutakhiran peta. Area rawa dianalisis menggunakan SRTM 30m dan pemutakhiran tutupan lahan menggunakan data citra satelit SPOT5. Analisis perubahan pemanfaatan lahan rawa menggunakan teknik overlay pada Sistem Informasi Geografi, guna memvalidasi hasil analisis dilakukan survey lapangan.Kata kunci: degradasi, hutan, pemutakhiran peta, tutupan lahanABSTRACTIndragiri Hulu Regency of Riau Province has wetlands area reaches 146.367 ha of the total area 795.569 hectares (11.5% of the area). Currently, most of the wetland areaare converted and degraded into other  usage such as plantations and other economic activities. In the area,  33.700 hectares are still forested(forest industry plants, forests, peat bogs and swamps) while about 39.800 and 30.500 hectares are now being converted into palm plantations and mixed garden. Besides that, there are other utilization for economic activity different to the mentioned above. There werephases conducted in the research: topographic map information extraction, secondary data compilation, remote sensing data interpretation, field survey, and map updating. The wetlands was analyzed by using 30m SRTM; and its land cover was updated using SPOT-5 imagery. A GIS-overlaytechnique was implemented to analyze the change of land use and field survey was carried out to validate the results.Key words: degradation, forest, map updating, land cover
KAJIAN PROTOTIPE PETA DESA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI Riadi, Bambang; Rachma, Tia Rizka N
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.561 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2017.19-2.605

Abstract

ABSTRAKPeta desa merupakan peta tematik bersifat dasar yang menyajikan unsur-unsur alam dan unsur tema khusus yang pemilihan skalanya mempertimbangkan penyajian seluruh wilayah desa tersajikan dalam satu muka peta. Pengkajian prototipe peta desa bertujuan untuk menguji spesifikasi teknis pembuatan peta desa dan menyediakan peta desa yang dapat memenuhi keperluan masyarakat desa dan pengguna lainnya. Penelitian juga bertujuan untuk mengkaji hal-hal teknis dan non teknis terkait pembuatan peta desa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra tegak resolusi tinggi (CTRT) yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Metode yang digunakan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap delineasi batas desa secara kartometrik dan tahap penyajian peta desa. Tahapan delineasi batas desa secara kartometrik mengacu pada Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) No. 45 Tahun 2016, sedangkan tahap penyajian peta desa sesuai spesifikasi yang tertuang dalam Peraturan Kepala BIG No. 3 tahun 2016. Selanjutnya peta yang sudah sesuai spesifikasi tersebut diuji melalui kegiatan wawancara dengan aparat desa dan masyarakat untuk mengetahui kebutuhan masyarakat desa akan unsur-unsur yang perlu ditampilkan pada peta. Hasil dari penelitian adalah prototipe peta desa, dengan studi kasus desa Karangligar. Prototipe peta desa mengusulkan penambahan dari spesifikasi penyajian peta yang tertuang dalam Peraturan Kepala BIG, yaitu dengan penambahan unsur kontur, penambahan daftar koordinat titik kartometrik hasil kesepakatan, serta pewarnaan yang disesuaikan  dengan warna dasar citra sebagai latar belakangnya. Selain itu, berdasar hasil wawancara dan diskusi dengan masyarakat desa, diketahui warga lebih mudah membaca dan menggunakan peta dalam bentuk peta garis daripada peta citra.Kata kunci: desa, peta desa, batas desa, Karangligar, citra tegak resolusi tinggi                                                                ABSTRACTVillage maps are included in the category of basic-thematic maps which presents natural features and special theme considering the scale, and all village area show in one map. Study of village maps prototype is intended to examine technical specification of village map that can fulfill the needs of rural communities and other users, as well as be reviewing the technical and non-technical matters related to making the village map. The data used in this study is orthorectified high-resolution satellite imagery, from Geospatial Information Agency. Method of this study divided into two parts. The first is a delineation of village border that refers to Indonesian Minister of Home Affairs’s Regulation (Permendagri No. 45/2016), then presenting the village map based on a specification of Head of Indonesian Geospatial Information Agency’s Regulation (Peraturan Kepala BIG No.3/2016). The map that fulfills the specification tested by a discussion with the villagers to confirm the villagers need of the map. The result of this research is Village map prototype in Karangligar Village. The prototype of village maps proposed additional elements to complete the village maps, such as adding contour elements, adding the list of coordinates of cartometric points (presented the border points), and modify the element colors adjusted to the color of satellite imagery as the base-map. Moreover, from discussion with villagers as map user, known that villagers more easily got information from a map if it presented in vector maps than imagery maps.Keywords: village, village map, village border, Karangligar, high resolution satellite imagery