Pengembangan Masyarakat Terpadu sebagai strategi utama pemberdayaan pembangunan pedesaan, khususnya di bidang pariwisata. Komponen utama yang menjadi subjek pertumbuhan pariwisata adalah pemilik rumah singgah, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan Kelompok Wanita Tani (KWT). Kehadiran entitas dapat menjadi penopang ekonomi, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan di kawasan pariwisata. Hal ini menjadi lebih menarik ketika rumah singgah dan UMKM dipimpin dan dikelola oleh perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi analisis ketahanan wirausaha perempuan dan pengembangan desa wisata, perspektif kesetaraan gender terhadap aksesibilitas untuk meraih peluang pertumbuhan usaha.Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan metode kualitatif, yang melibatkan wawancara mendalam dengan informan utama dan informan tambahan, telaah penelitian dan publikasi. Observasi dilakukan selama enam bulan untuk menilai dan menganalisis ekosistem. Subjek penelitian adalah 50 orang perempuan pemilik homestay, UMKM, dan anggota KWT . Sebagian besar UMKM, pemilik homestay, dan anggota KWT adalah perempuan lanjut usia yang tetap aktif dan menjamu tamu. Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Somongari (Purworejo) dan Lerep (Semarang), Provinsi Jawa Tengah.Temuan penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pendekatan pengembangan masyarakat terpadu dalam pengelolaan rumah singgah, UMKM, dan objek wisata dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan wirausaha perempuan dan kohesi sosial di desa wisata. Implikasi praktisnya meliputi perlunya dukungan dan sumber daya yang konsisten untuk memaksimalkan dampak manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat sekitar desa. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman pendekatan berbasis masyarakat dalam keberlanjutan dan ketahanan wirausaha perempuan, dengan menekankan keterkaitan ekonomi, lingkungan, dan budaya dalam pariwisata.