Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) didefinisikan sebagai hasil hutan hayati baik untuk hewan maupun tumbuhan non-kayu HHBK telah digunakan dalam strategi pengelolaan hutan namun masih kurang produktif karena nilainya yang tidak stabil. Untuk meningkatkan nilai HHBK perlu diubah menjadi produk yang banyak digunakan oleh masyarakat, seperti produk kerajinan tangan yang saat ini banyak dikomersialkan di ibu kota, namun belum diketahui jenis tanaman dan karakteristik HHBK yang dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai jenis tanaman HHBK, bagian tanaman yang digunakan, ukuran, kadar air, kebutuhan bahan baku, daerah asal, permintaan pasar terhadap produk kerajinan dan harganya. Penelitian ini dilakukan di Kota Solok, ibu kota Kabupaten Solok, di mana data dikumpulkan di enam gerai kerajinan melalui observasi langsung dan kuesioner. Terdapat lima jenis tanaman, yaitu bambu (Bambusa spp.), rotan (Calamus spp.), kelapa (Cocos nucifera), karet (Arenga pinata Merr.), dan pandan (Pandanus spp.) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan 16 produk kerajinan, baik dari bagian batang maupun daun. Ukuran bagian tanaman HHBK bervariasi tetapi lebih rendah dari 100 mm dengan kadar air lebih rendah dari 15%. Bambu dan Pandan paling banyak dibutuhkan untuk produk kerajinan di Kota Solok. Tidak ada produk yang dibuat secara lokal baik di Kota Solok maupun di Kabupaten Solok, tetapi didatangkan dari kota-kota lain di provinsi Sumatera Barat dengan rata-rata 50 buah per produk yang dibutuhkan per bulan. Studi ini menunjukkan bahwa terdapat permintaan yang tinggi terhadap jenis-jenis HHBK.