This research aims to answer the question of how global norms such as good governance is implemented at the local level. It is also picturing the challenges of implementing global norms at local level, which telling a big picture of south and west relations. In this research, two villages are selected as case studies namely Wedomartani and Terban which both are in the Special Regency of Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta/DIY) Indonesia in the period of 2014-2022. The province promotes the Village Cultural Program (Program Desa Budaya) which is believed implementing principles of good governance. Using a qualitative method, this research found that good governance principles collide with existing local norms. Taken from the two case studies, the most difficult principles under good governance to be implemented on the ground are transparency and accountability. These principles clash with local values named Sendhika Dhawuh, a form of adherence to a higher hierarchy in Yogyakarta and mendhem jero.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana norma global seperti Tata Kelola Pemerintahan yang Baik diimplementasikan di tingkat lokal. Penelitian ini juga menggambarkan tantangan-tantangan dalam mengimplementasikan norma global di tingkat lokal, yang merupakan gambaran besar dari hubungan antara negara-negara Selatan dan Barat. Dalam penelitian ini, dua desa dipilih sebagai studi kasus yaitu Desa Wedomartani di Kabupaten Sleman dan Desa Terban di Kota Yogyakarta, yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia, pada periode 2014-2022. Provinsi ini menggalakkan Program Desa Budaya yang diyakini telah menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini menemukan bahwa prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik berbenturan dengan norma-norma lokal yang ada. Dari dua studi kasus yang diambil, prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik yang paling sulit diterapkan di lapangan adalah transparansi dan akuntabilitas. Prinsip-prinsip ini berbenturan dengan nilai-nilai lokal yang dinamakan Sendhika Dhawuh, sebuah bentuk kepatuhan terhadap hierarki yang lebih tinggi di Yogyakarta dan mendhem jero.